Pages - Menu

Sunday, April 13, 2014

Ketetapan Hati

Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku. —Rut 1:16

Ketetapan Hati
Ketika laporan berita di televisi menayangkan tentang penderitaan para pengungsi yang terpaksa keluar dari negaranya yang sedang dilanda peperangan, saya dibuat tercengang oleh perkataan seorang gadis cilik berumur 10 tahun di sana. Meski kecil sekali kemungkinan baginya untuk pulang kembali ke rumah, gadis cilik itu menunjukkan semangatnya yang gigih: “Saat pulang nanti, aku akan mengunjungi tetanggaku; aku akan bermain dengan teman-temanku,” katanya dengan suatu tekad yang bulat. “Ayahku berkata bahwa kami tak punya rumah. Aku bilang padanya, kita akan memperbaikinya.”

Sifat gigih memang diperlukan dalam hidup ini, terutama ketika sifat itu berakar di dalam iman kita kepada Allah dan kasih kita kepada sesama. Kitab Rut diawali dengan tiga wanita yang dipersatukan karena suatu tragedi. Setelah suami dan kedua putranya meninggal, Naomi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Betlehem dan mendesak kedua menantunya yang telah menjanda untuk pulang ke negeri asal mereka, Moab. Orpa pun kembali ke Moab, tetapi Rut berjanji untuk ikut bersama Naomi, sambil berkata, “Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut 1:16). Ketika Naomi melihat Rut “berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia” (ay.18), mereka mulai perjalanan mereka berdua.

Sifat keras kepala terkadang berasal dari kesombongan, tetapi komitmen bertumbuh dari kasih. Ketika Yesus disalibkan, “Ia mengambil keputusan untuk pergi ke Yerusalem” (Luk. 9:51 BIS). Melihat ketetapan hati-Nya untuk rela mati bagi kita, kita pun menetapkan hati untuk memberikan hidup kita bagi-Nya. —DCM

G’nap hidupku dan kasihku
‘Ku s’rahkanlah kepada-Hu.
Engkau t’lah mati bagiku,
Juruselamatku. —Hudson
(Nyanyian Kemenangan Iman, No. 260)

Kasih menuntut komitmen.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate