Pages - Menu

Sunday, June 22, 2014

Saat Ayahku Bertemu Yesus

Aku dikasihani . . . aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. —1 Timotius 1:16
Saat Ayahku Bertemu Yesus
Kakek saya, ayah saya, dan saudara-saudaranya berwatak keras. Mereka tak menyukai orang yang berbicara tentang iman Kristen kepada mereka. Saat ayah saya, Howard, didiagnosa menderita kanker ganas yang mematikan, saya begitu khawatir sehingga saya memanfaatkan tiap kesempatan untuk berbicara tentang kasih Yesus dengannya. Ia selalu mengakhiri perbincangan kami dengan sopan tetapi tegas: “Aku sudah tahu semua yang kuperlu tahu.”
Saya berjanji takkan membahasnya lagi dan memberinya seperangkat kartu berisikan ayat-ayat tentang pengampunan Allah yang dapat dibacanya kapan saja. Saya menyerahkan ayah kepada Allah dan berdoa untuknya. Seorang kawan juga meminta Allah untuk memberi kesempatan bagi ayah saya agar dapat mengenal Yesus selagi ia masih hidup.
Suatu siang saya menerima kabar bahwa ayah saya telah meninggal dunia. Saat bertemu saudara saya di bandara, ia berkata, “Ayah menyuruhku memberitahumu bahwa ia memohon kepada Yesus untuk mengampuni dosanya.” “Kapan?” “Pada pagi hari sebelum ia wafat,” jawab Mark. Allah telah menunjukkan belas kasihan-Nya kepada ayah saya sebagaimana yang telah ditunjukkan-Nya kepada kita (1Tim. 1:16).
Ada saatnya Injil kita beritakan, dan di lain waktu kita membagikan pengalaman iman kita. Mungkin ada kalanya kita hanya dapat menunjukkan teladan Kristus tanpa kata—namun kita harus selalu berdoa. Kita tahu, keselamatan itu sepenuhnya karya Allah dan bukan sesuatu yang dapat kita perbuat bagi orang lain. Allah itu Maha Pemurah, dan apa pun jawaban atas doa kita, Dia dapat dipercaya. —RKK
Sungguh lembut Tuhan Yesus memanggil,
Memanggil aku dan kau.
Lihatlah Dia prihatin menunggu,
Menunggu aku dan kau. —Thompson
(Kidung Jemaat, No. 353)
Kita menanam dan menyiram, tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate