Pages - Menu

Wednesday, September 17, 2014

Menyerahkan Kepada Allah

Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. —Markus 10:22
Menyerahkan Kepada Allah
Sebagai seorang pahlawan bagi generasi yang tumbuh setelah Perang Dunia II, Corrie ten Boom meninggalkan warisan berupa hikmat dan kesalehan yang menjadi ciri hidupnya. Setelah menjadi korban dari pendudukan Nazi atas negeri Belanda, ia berhasil bertahan hidup untuk menceritakan kisah iman dan ketergantungannya kepada Allah di sepanjang masa penderitaannya yang sangat mengerikan itu.
“Aku pernah punya banyak hal yang kupegang,” kata Corrie, “dan aku kehilangan semuanya. Namun apa pun yang telah kuserahkan ke dalam tangan Allah, aku tetap memilikinya hingga kini.”
Corrie sangat mengerti arti kehilangan. Ia kehilangan keluarga, harta milik, dan juga masa-masa hidupnya yang direnggut oleh para musuh yang membencinya. Namun ia belajar untuk memperhatikan berkat rohani dan kekuatan jiwa yang akan diterimanya ketika ia menyerahkan segala sesuatunya ke tangan Bapa Surgawi.
Apa artinya itu bagi kita? Apa yang sepatutnya kita serahkan ke dalam tangan Allah untuk dipelihara oleh-Nya? Menurut kisah tentang seorang muda yang kaya dalam Markus 10, jawabannya adalah semuanya. Anak muda itu memiliki harta yang melimpah, tetapi ketika Yesus memintanya untuk melepaskan semuanya, pemuda itu menolak. Ia memilih untuk mempertahankan harta miliknya dan gagal menjadi pengikut Yesus—alhasil ia pun “pergi dengan sedih” (ay.22).
Sama seperti Corrie ten Boom, kita dapat mempunyai pengharapan ketika menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Allah dan kemudian mempercayakan masa depan kita kepada-Nya. —JDB
Berserah kepada Yesus
Tubuh, roh, dan jiwaku;
Kukasihi, kupercaya,
Kuikuti Dia ‘trus. —Van de Venter
(Kidung Jemaat, No. 364)
Hidup yang paling terjamin adalah hidup yang diserahkan kepada Allah.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate