Pages - Menu

Sunday, March 22, 2015

Keluarga dalam Iman

Karena kamu telah kami kasihi. —1 Tesalonika 2:8
Keluarga dalam Iman
Pada dekade 1980-an, kelas pembinaan bagi kaum lajang di gereja kami menjadi sebuah keluarga yang akrab bagi banyak orang yang telah kehilangan pasangan akibat perceraian atau kematian. Ketika seseorang akan pindah, para anggota kelas itu akan membantu untuk mengemas barang-barang, mengangkut perabotan, dan menyediakan makanan. Hari ulang tahun dan hari libur tidak lagi dijalani seorang diri, karena iman dan persahabatan telah melebur menjadi suatu hubungan yang langgeng dan sangat menguatkan. Banyak dari ikatan yang terjalin pada masa-masa sulit tiga dekade lalu itu terus berkembang dan menopang sejumlah pribadi dan keluarga hingga saat ini.
Surat Paulus kepada para pengikut Yesus di Tesalonika melukiskan suatu hubungan yang rela berbagi hidup di dalam keluarga Allah. “Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya” (1Tes. 2:7). “Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. . . . supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu” (ay.9). “Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang” (ay.11). Bagai seorang ibu, ayah, dan saudara, Paulus dan rekan-rekannya membagikan Injil dan hidup mereka dengan saudara-saudara seiman yang mereka kasihi (ay.8).
Dalam keluarga Allah, Dia mengaruniakan ibu, ayah, dan saudara-saudara kepada kita. Tuhan memberikan sukacita-Nya ketika kita berbagi hidup bersama dalam anugerah dan kasih-Nya. —David McCasland
Bapa, Engkau telah memanggil kami untuk saling melayani. Berilah aku hati yang bersedia menerima perhatian orang lain. Kiranya aku mau meminta tolong saat membutuhkan pertolongan dan menanggapi dengan senang hati saat mereka meminta pertolonganku.
Allah mengasihimu dan saya; marilah kita saling mengasihi.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate