Pages - Menu

Friday, March 13, 2015

Menyerahkan Cermin Kita

Dibuatnyalah [oleh Bezaleel] bejana pembasuhan dan juga alasnya dari tembaga, dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani. —Keluaran 38:8
Menyerahkan Cermin Kita
Ketika Musa mengumpulkan bangsa Israel untuk memulai pekerjaan membangun Kemah Suci (Kel. 35-39), ia memanggil Bezaleel, seorang tukang yang ahli, untuk membantu dalam membuat perabotannya. Kita membaca bahwa sejumlah pelayan perempuan diminta untuk memberikan cermin tembaga mereka yang berharga agar dibuat menjadi bejana pembasuhan (38:8). Mereka menyerahkan cermin-cermin itu untuk membantu dalam menyiapkan suatu tempat kediaman bagi Allah.
Bagi kebanyakan dari kita, menyerahkan cermin mungkin tidak mudah untuk dilakukan. Kita memang tidak diminta untuk menyerahkan cermin, tetapi saya terpikir bahwa terlalu banyak introspeksi diri mungkin dapat membawa dampak yang mengkhawatirkan. Akibatnya, bisa saja kita menjadi lebih suka memikirkan diri sendiri dan kurang memikirkan keadaan orang lain.
Ketika kita dapat segera melupakan keadaan kita dan mengingat bahwa Allah mengasihi kita apa adanya—dengan segala ketidaksempurnaan kita—kita dapat mulai untuk tidak hanya “memperhatikan kepentingan [kita] sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4).
Agustinus pernah berkata, kita akan kehilangan jati diri bila kita mengasihi diri sendiri, tetapi kita menemukan jati diri sejati bila kita mengasihi orang lain. Dengan kata lain, rahasia kebahagiaan bukanlah dengan memuaskan diri sendiri, melainkan dengan memberikan hati kita, hidup kita, dan diri kita dalam kasih kepada sesama. —David Roper
Bapa, tolong aku untuk lebih mendahulukan orang lain daripada diriku sendiri. Kiranya aku tidak mementingkan diriku sendiri ketika memperhatikan orang lain dan kebutuhan mereka.
Hati yang berfokus kepada orang lain tidak akan berpikir untuk mendahulukan diri sendiri.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate