Pages - Menu

Thursday, May 5, 2016

Doa Maraton

Tetaplah berdoa. —1 Tesalonika 5:17
Doa Maraton
Apakah kamu bergumul untuk memiliki kehidupan doa yang teratur? Banyak dari kita bergumul dengan hal itu. Kita tahu bahwa doa itu penting, tetapi doa itu juga dapat sulit dilakukan. Adakalanya kita merasa begitu erat bersekutu dengan Allah. Namun, di waktu-waktu lain kita bisa merasa doa hanyalah rutinitas belaka. Mengapa kita bergumul begitu rupa dengan doa-doa kita?
Kehidupan iman kita ibarat sebuah perlombaan maraton. Semangat yang berkobar, semangat yang menurun, dan perasaan sekadar menjalankan rutinitas dalam kehidupan doa kita merupakan cerminan dari perlombaan itu. Dan seperti halnya dalam maraton, kita perlu tetap berlari, maka kita pun tetap berdoa. Poinnya adalah: Jangan menyerah!
Allah juga mendorong kita untuk bertekun. Rasul Paulus berkata, “Tetaplah berdoa” (1Tes. 5:17), “bertekunlah dalam doa!” (Rm. 12:12), dan “hendaklah kalian berdoa dengan tekun” (Kol. 4:2 BIS). Semua pernyataan tersebut mengandung ide untuk mengambil sikap teguh dan tekun dalam berdoa.
Karena Allah, Bapa Surgawi, adalah satu pribadi, kita dapat membangun suatu waktu persekutuan yang erat dengan-Nya, sama seperti kita menjalin hubungan dengan orang-orang yang terdekat dengan kita. A. W. Tozer menulis bahwa ketika kita belajar berdoa, kehidupan doa kita dapat bertumbuh “dari mengucapkan doa yang seadanya hingga mencapai suatu persekutuan terakrab yang sanggup digapai oleh jiwa manusia.” Itulah yang sangat kita rindukan— terjalinnya komunikasi yang akrab dengan Allah. Hal itu terjadi ketika kita tetap berdoa. —Poh Fang Chia
Ya Bapa, kami sering bergumul untuk mempunyai waktu bersama-Mu. Tolong kami untuk menyediakan waktu, dan mampukan kami agar dapat merasakan kebaikan dan hadirat-Mu.
Tak ada satu hari pun di mana kita tak perlu berdoa.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate