Pages - Menu

Monday, December 12, 2016

Uang

Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. —Matius 6:24
Uang
Di awal karier saya, saya pernah melakukan suatu pekerjaan yang lebih mirip sebagai pelayanan. Saat itu ada perusahaan lain menawarkan kedudukan yang menjanjikan gaji jauh lebih besar. Jika saya menerima pekerjaan tersebut, kami sekeluarga tentu akan lebih punya banyak uang. Namun ada satu masalah. Saya tidak sedang mencari pekerjaan baru karena saya senang dengan peran saya saat itu, peran yang saya rasakan sesuai dengan panggilan saya.
Namun uangnya itu . . .
Saya pun meminta saran kepada Ayah yang pada waktu itu sudah berusia lebih dari 70 tahun. Walaupun pemikirannya yang dahulu tajam sudah dilemahkan oleh penyakit stroke dan usia lanjut, jawaban beliau sangat tegas dan jelas: “Jangan pikirkan uangnya. Apa yang sebenarnya ingin kau kerjakan?”
Saat itu juga saya membulatkan tekad. Tidak mungkin saya meninggalkan pekerjaan yang saya cintai hanya demi uang! Terima kasih, Ayah.
Dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus mencurahkan sebagian besar waktu-Nya untuk berbicara tentang uang dan kegemaran kita akan uang. Dia mengajar kita untuk tidak memohon kekayaan yang berlimpah ruah, melainkan untuk “makanan [kita] yang secukupnya” setiap hari (Mat. 6:11). Dia memperingatkan kita agar tidak menyimpan harta di dunia, dan menunjuk pada burung dan bunga sebagai bukti bahwa Allah sangat mempedulikan makhluk ciptaan-Nya (ay.19-31). “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,” kata Yesus, “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (ay.33).
Uang memang penting, tetapi uang tidak boleh mengendalikan proses kita dalam mengambil keputusan. Masa-masa yang sulit dan setiap keputusan penting merupakan kesempatan untuk menumbuhkan iman kita dengan cara-cara yang baru. Bapa Surgawi selalu memelihara kita. —Tim Gustafson
Jangan pernah mengira bahwa godaan adalah kesempatan.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate