Pages - Menu

Tuesday, November 4, 2014

Persepsi Atau Realitas?

KomikStrip-WarungSateKamu-20141104-Allah-Peduli
Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa? —Markus 4:38
Persepsi Atau Realitas?
Kita sering mendengar pemeo, “Persepsi adalah realitas.” Bagi warga Amerika Serikat, pendapat itu mungkin terbukti pada 26 September 1960. Pada tanggal itu, berlangsung debat calon presiden yang untuk pertama kalinya ditayangkan di televisi. Di depan kamera, John Kennedy tampil dengan meyakinkan; sementara Richard Nixon terlihat gugup. Persepsi yang ditangkap pemirsa adalah bahwa John Kennedy akan menjadi pemimpin yang lebih tangguh. Debat tersebut tidak hanya mengubah hasil pemilihan, tetapi juga mengubah praktik politik di Amerika Serikat. Politik berdasarkan persepsi menjadi praktik yang umum.
Terkadang persepsi memang menjadi realitas, tetapi tidak selalu—apalagi persepsi kita tentang Allah. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya menyeberangi Danau Galilea dalam sebuah perahu nelayan yang kecil, badai tiba-tiba mengancam untuk menenggelamkan perahu tersebut. Melihat Yesus sedang tertidur, murid-murid yang dilanda kepanikan itu berusaha membangunkan-Nya, dan bertanya, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Mrk. 4:38).
Pertanyaan mereka mirip dengan berbagai pertanyaan yang pernah saya ajukan. Adakalanya saya menganggap sikap diam Allah sebagai wujud ketidakpedulian-Nya. Namun sebenarnya, perhatian-Nya atas saya jauh melampaui apa yang dapat saya lihat atau ukur. Allah kita sungguh peduli atas segala sesuatu yang mengkhawatirkan kita. Dia mendorong kita untuk menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada- Nya, “sebab Ia yang memelihara [kita]” (1Ptr. 5:7). Itulah realitas yang sesungguhnya. —WEC
Ia mengawasi, Ia mengawasi,
Karena Ia yang rahmani.
Keadaan sukar, semua berubah,
Tuhan tetap mengawasi. —Graeff
(Puji-Pujian Kristen, No. 159)
Bahkan ketika kita tidak merasakan kehadiran Allah, kasih pemeliharaan-Nya terlihat nyata di sekitar kita.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate