Pages - Menu

Wednesday, August 26, 2015

Kuasa Perkataan

Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya. —Amsal 18:21
Kuasa Perkataan
Nelson Mandela, tokoh penentang rezim apartheid di Afrika Selatan yang dipenjara selama hampir tiga dekade, sangat paham tentang kuasa perkataan. Kita sering mengutip perkataannya saat ini, tetapi selama dipenjara, ia tidak banyak bicara karena takut akan akibat buruk yang dapat ditimbulkannya. Satu dekade setelah pembebasannya, ia berkata: “Bukan kebiasaan saya untuk berkata-kata dengan sembarangan. Pengalaman selama 27 tahun mendekam di penjara telah mengajar kami untuk menggunakan kesunyian dari kesendirian itu guna memahami betapa berharganya perkataan, dan betapa kuat dampak perkataan terhadap hidup-mati seseorang.”
Raja Salomo, penulis dari sebagian besar kitab Amsal di Perjanjian Lama, sering menulis tentang kuasa perkataan. Ia berkata, “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya” (Ams. 18:21). Perkataan berpotensi untuk menghasilkan konsekuensi yang positif atau negatif (ay.20). Perkataan berkuasa memberikan hidup melalui kata-kata yang jujur dan membangkitkan semangat. Namun, perkataan dapat juga merusak dan membunuh lewat kebohongan dan gosip. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa perkataan yang kita ucapkan akan memberikan hasil yang baik? Satu-satunya cara adalah dengan tekun menjaga hati kita. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23).
Yesus dapat mengubah hati kita agar kita dapat mengucapkan perkataan yang sungguh-sungguh baik—yang jujur, tenang, tepat, dan sesuai untuk situasi yang ada. —Marvin Williams
Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku. Mazmur 19:15
Perkataan kita berkuasa membangun atau menghancurkan hidup sesama.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate