Pages - Menu

Thursday, December 3, 2015

Saat untuk Tidak Bersukacita

Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh. —Amsal 24:17
Saat untuk Tidak Bersukacita
Suku Akan di Ghana mempunyai pepatah yang sepadan dengan ungkapan di Indonesia, yaitu “menari di atas penderitaan orang lain”. Bersukacita atas musibah yang menimpa seseorang sama saja dengan ikut serta menyebabkan musibah itu, atau bahkan mengharapkan sesuatu yang lebih buruk lagi terjadi atas orang tersebut.
Itulah sikap bani Amon yang dengan tega bergembira ketika Bait Allah di Yerusalem “kekudusannya dilanggar, dan mengenai tanah Israel, waktu itu dijadikan sunyi sepi, dan mengenai kaum Yehuda, waktu mereka harus pergi ke dalam pembuangan” (Yeh. 25:3). Karena bani Amon yang keji itu bersukacita merayakan musibah yang dialami Israel, mereka pun mengalami ketidaksenangan Allah dan menerima hukuman yang mengerikan (ay.4-7).
Bagaimana sikap kita ketika malapetaka atau kesusahan menimpa sesama kita? Jika ia seorang yang baik dan ramah kepada kita, tentu kita akan bersimpati dan rela menolongnya. Namun bagaimana apabila ia adalah seorang yang tidak ramah dan sering mencari-cari masalah? Mungkin kita cenderung untuk tidak mengacuhkannya atau bahkan diam-diam bergembira atas kesulitan yang menimpanya.
Kitab Amsal memperingatkan kita: “Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok” (Ams. 24:17). Sebaliknya, Yesus meminta kita untuk menunjukkan kasih-Nya dalam tindakan nyata dengan melakukan perintah-Nya, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat. 5:44). Dengan melakukan itu, kita sedang mencerminkan kasih Tuhan yang sempurna (Mat. 5:48). —Lawrence Darmani
Tuhan, bukalah mata dan hatiku untuk jujur mengakui sikapku terhadap mereka yang bersikap jahat atau tidak adil kepadaku. Penuhi hatiku dengan kasih-Mu, ya Tuhan, dan tolonglah aku untuk mendoakan mereka.
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate