Pages - Menu

Friday, May 20, 2016

Cabai

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. —Yakobus 1:27
Cabai
Ibu saya memberi kami cabai sebelum kami tidur,” kata Samuel, sambil mengenang masa kecilnya yang sulit di daerah selatan Gurun Sahara, Afrika. “Kami minum banyak air untuk mendinginkan mulut, hingga kami merasa kenyang. Namun itu tak selalu berhasil.”
Pergolakan dalam pemerintahan memaksa ayah Samuel untuk melarikan diri dan membuat ibunya harus bekerja mencari nafkah bagi keluarga. Kemudian saudara laki-laki Sam menderita penyakit anemia sel sabit, dan mereka tak mampu membiayai pengobatannya. Ibu pun membawa mereka ke gereja, tetapi bagi Sam hal itu tidak terlalu berguna. Sam bertanya-tanya, Bagaimana mungkin Allah membiarkan keluarga kami menderita seperti ini?
Lalu suatu hari seseorang tahu tentang keadaan mereka. Ia menemukan obat yang dibutuhkan saudara Sam dan memberikannya kepada mereka. “Hari Minggu nanti, kita akan beribadah di gereja orang itu,” kata ibunya. Sam segera merasakan ada yang berbeda dengan gereja itu. Jemaat gereja itu menunjukkan iman mereka kepada Yesus dengan cara meneruskan kasih-Nya melalui hidup mereka.
Peristiwa itu terjadi tiga dekade yang lalu. Saat ini di daerahnya, Sam telah membangun lebih dari 20 gereja, sebuah sekolah yang besar, dan sebuah panti asuhan. Ia terus menerapkan pengajaran dari Yakobus, saudara Yesus, tentang ibadah yang murni. Ia mendorong kita untuk “menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja” (Yak. 1:22). “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka” (ay.27).
Alangkah ajaibnya pengaruh dari satu perbuatan baik sederhana yang dilakukan dalam nama Yesus. —Tim Gustafson
Adakalanya perbuatan baik menjadi kesaksian kita yang terbaik.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate