Pages - Menu

Thursday, November 16, 2017

Dalam Hadirat-Nya

Berbahagialah bangsa yang beribadat dengan gembira, yang hidup dalam cahaya kehadiran-Mu, Tuhan. —Mazmur 89:16 BIS
Dalam Hadirat-Nya
Brother Lawrence, biarawan dari abad ke-17, terbiasa berdoa sebelum memulai pekerjaannya sehari-hari sebagai juru masak di komunitasnya seperti ini: “Ya Allahku . . . berilah kepadaku anugerah-Mu untuk tinggal dalam hadirat-Mu. Tolonglah aku dalam pekerjaanku. Kuasailah seluruh perasaanku.” Selama bekerja, ia senantiasa berbicara kepada Allah, memperhatikan petunjuk-Nya, dan mengabdikan pekerjaannya itu kepada-Nya. Bahkan pada saat ia sangat sibuk, ia akan mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri dan memohon anugerah-Nya. Apa pun yang terjadi, Lawrence mencari dan mendapati kasih dari Penciptanya.
Seperti yang diungkapkan di Mazmur 89, respons yang tepat kepada Allah Sang Pencipta segala sesuatu, yang berkuasa atas samudra dan disembah para malaikat, adalah mempersembahkan hidup kita seutuhnya kepada Allah. Ketika kita memahami keindahan dari Allah yang kita puja, “sepanjang hari” kita akan “bersukacita”—kapan pun dan di mana pun kita berada (ay.16-17 BIS).
Hidup kita memang penuh dengan momen-momen yang dapat membuat kita jengkel, baik ketika harus mengantre di toko atau di bandara, atau menunggu seseorang menjawab panggilan telepon kita. Momen-momen itu sesungguhnya dapat kita gunakan untuk menenangkan diri dan melihat tiap jeda yang ada sebagai kesempatan belajar “ hidup dalam cahaya kehadiran [Allah]” (ay.15 BIS).
Momen-momen yang kita anggap “sia-sia”—saat kita sedang menunggu atau terbaring sakit atau bahkan bertanya-tanya tentang apa yang akan kita lakukan selanjutnya—dapat menjadi waktu yang memungkinkan kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan hidup kita dalam cahaya kehadiran-Nya. —Harold Myra, penulis tamu
Setiap momen dapat dijalani dalam hadirat Allah.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate