Pages - Menu

Advertisement

Thursday, December 31, 2020

Kembang Api Kehidupan

 

Dialah damai sejahtera kita. —Efesus 2:14

Kembang Api Kehidupan

Di malam Tahun Baru, ketika pertunjukan kembang api berkekuatan tinggi diselenggarakan di berbagai kota besar dan kecil di seluruh dunia, suara ledakannya sengaja dibuat sangat nyaring. Menurut pembuatnya, kembang api yang memancarkan cahaya gemerlap itu pada dasarnya memang dimaksudkan untuk “membelah atmosfer”. Ledakan-ledakan susulannya akan menghasilkan bunyi paling keras, apalagi jika diledakkan tidak jauh dari tanah.

Masalah juga dapat meledak dan mengacaukan hati, pikiran, serta keluarga kita. “Kembang api” kehidupan seperti pergumulan keluarga, keretakan hubungan, tantangan dalam pekerjaan, kesulitan keuangan, bahkan perpecahan dalam gereja dapat terasa bagai ledakan yang mengguncang suasana batin kita.

Namun, kita mengenal satu Pribadi yang mengangkat kita keluar dari kemelut tersebut. Kristus sajalah “damai sejahtera kita,” tulis Paulus dalam Efesus 2:14. Ketika kita berada di hadirat-Nya, damai sejahtera-Nya sanggup mengatasi kekacauan dan meredakan setiap kekhawatiran, kepedihan, serta perpecahan.

Itulah jaminan yang pasti bagi siapa saja, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Mereka pernah hidup “tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” (ay.12). Sekarang mereka terancam oleh penganiayaan dan perpecahan di antara mereka sendiri. Namun, dalam Kristus, mereka telah didekatkan kepada Allah, dan oleh karenanya masing-masing pihak juga didekatkan oleh darah-Nya. “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” (ay.14).

Saat kita memulai tahun baru, dengan masa depan yang mungkin diwarnai ancaman kekacauan dan perpecahan, marilah kita mengalihkan perhatian kita dari bisingnya persoalan hidup kepada Sang Damai yang selalu hadir bagi kita. Dia sanggup meredakan kemelut hidup dan memulihkan kita. —Patricia Raybon

WAWASAN
Proses membawa orang ke dalam keluarga Allah adalah karya ketiga Pribadi Tritunggal—Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kitab Efesus dimulai dengan pujian tertinggi kepada Allah, “yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga” (1:3) dan telah memeteraikan orang-orang yang percaya kepada Yesus dengan Roh Kudus (ay.13-14). Karya Yesus dijelaskan dalam pasal 2. Ironisnya, kematian-Nya yang keji di atas kayu salib menjadi jalan pendamaian bagi orang Yahudi dan bukan Yahudi, serta cara bagi seluruh umat manusia yang berdosa untuk dapat diperdamaikan dengan Allah: “Sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus” (2:13). Perhatikan juga bahwa misi Sang Anak termasuk membawa kita kepada Bapa melalui karya Roh Kudus: “karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa” (ay.18). —Arthur Jackson

“Kembang api” apa saja yang mengoyakkan ketenangan hidupmu? Ketika kamu menyerahkan pergumulan tersebut kepada Allah dalam doa, damai sejahtera seperti apa yang kamu rasakan?

Ya Allah sumber penghiburanku, ketika kembang api kehidupan mengguncang hidupku dan menggoyahkanku, dekatkanlah aku kepada-Mu agar kualami damai sejahtera-Mu.

Wednesday, December 30, 2020

Keberhasilan Sejati

 

Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya. —Keluaran 34:6

Keberhasilan Sejati

Seorang tokoh yang sedang saya wawancarai telah menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan santun. Meski demikian, saya merasa ada sesuatu yang tidak ia ungkapkan. Komentar sepintas yang saya lontarkan berhasil memancingnya bicara.

“Kamu telah menginspirasi ribuan orang,” kata saya.

“Oh, bukan ribuan,” gumamnya. “Jutaan.”

Sang tamu lalu mengingatkan saya pada segala pencapaiannya—gelar-gelar yang dimilikinya, prestasi-prestasinya, majalah-majalah yang memuat kisah tentang dirinya. Suasana menjadi tidak mengenakkan.

Mengingat pengalaman tersebut, saya dibuat kagum oleh cara Allah menyatakan diri-Nya kepada Musa di Gunung Sinai (Kel. 34:5-7). Dia Pencipta alam semesta dan Hakim atas umat manusia, tetapi Allah tidak menyebutkan gelar-gelar-Nya itu. Dialah yang membuat 100 milyar galaksi, tetapi Dia tidak memamerkan kehebatan-Nya itu. Sebaliknya, Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai “Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (ay.6). Ketika Dia menyatakan diri-Nya, yang Dia tunjukkan bukan gelar atau pencapaian melainkan karakter-Nya.

Ini sangat penting karena manusia diciptakan segambar dengan Allah dan dipanggil untuk meneladani-Nya (Kej. 1:27; Ef. 5:1-2). Meraih prestasi tentu baik, demikian juga dengan memiliki sederet gelar, tetapi yang terpenting, sudahkah kita menyayangi sesama, penuh kasih, dan berlaku setia?

Seperti tamu saya tadi, kita pun bisa menganggap segala pencapaian kita sebagai yang terpenting. Saya juga pernah melakukannya. Namun, Allah kita telah memberikan teladan apa itu kesuksesan yang sesungguhnya. Pertanyaannya bukanlah apa yang tertulis pada kartu nama dan riwayat hidup kita, melainkan sudahkah diri kita semakin menyerupai Dia? —Sheridan Voysey

WAWASAN
Musa tinggal di atas gunung selama empat puluh hari dan empat puluh malam, bersekutu dengan Allah dan menerima hukum dari-Nya—hukum yang akan mengatur ikatan perjanjian antara Allah dan umat Israel (Keluaran 24:18; 31:18). Namun, di perkemahan di bawah gunung, bangsa Israel sedang menyembah anak lembu emas dan dengan itu memutuskan ikatan perjanjian tersebut. Pemutusan itu dilambangkan dengan tindakan Musa memecahkan dua loh batu yang berisi hukum Allah (32:19). Musa menengahi dengan memohon pengampunan Allah bagi umat itu atas dosa mereka dan agar Allah tidak meninggalkan mereka (ay.31-32; 33:12-17). Meski Allah mengampuni umat Israel, Allah juga memberikan penghukuman-Nya (32:31-35). Dalam pasal 34, hukum Allah diteguhkan kembali dan perjanjian itu diperbarui (ay.1). Allah juga menyingkapkan sifat-sifat diri-Nya kepada umat: Dia penyayang, pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih, setia, penuh pengampunan, dan adil (ay.6-7). —K.T. Sim

Seberapa besar godaan untuk menganggap pencapaianmu sebagai yang terpenting? Aspek mana dari karakter Allah yang masih perlu bertumbuh dalam dirimu hari ini?

Roh Allah yang hidup, jadikanku semakin penyayang, pengasih, panjang sabar, dan penuh dengan kasih setia!

Tuesday, December 29, 2020

Kenyataan yang Tidak Tampak

 

Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi . . . melawan roh-roh jahat di udara. —Efesus 6:12

Kenyataan yang Tidak Tampak

Pada tahun 1876, para pekerja tambang yang sedang mencari batubara di wilayah tengah Indiana, Amerika Serikat, mengira bahwa mereka telah menemukan pintu gerbang neraka. Sejarawan John Barlow Martin melaporkan bahwa pada kedalaman 180 meter, mengepul “asap berbau diiringi suara gemuruh yang menakutkan.” Karena takut kalau-kalau mereka tanpa sengaja telah merusak “atap gua tempat tinggal Iblis” para pekerja tambang itu pun menutup mulut sumur dan segera berlarian pulang.

Tentu saja, para pekerja tambang itu keliru—dan beberapa tahun kemudian, tempat itu kembali digali dan ditemukanlah gas alam yang melimpah. Walaupun mereka keliru, saya merasa sedikit iri pada mereka. Para pekerja tambang itu hidup dengan suatu kesadaran akan adanya dunia roh, sesuatu yang seringkali terlewatkan dalam hidup saya. Dengan mudah, saya menjalani hidup seolah-olah dunia roh dan dunia fana ini tidak saling bersinggungan dan lupa bahwa “perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi . . . melawan roh-roh jahat di udara” (Ef. 6:12).

Ketika melihat kejahatan merebak di mana-mana, kita tidak boleh menyerah atau mencoba melawannya dengan kekuatan kita sendiri. Sebaliknya, kita harus melawan kejahatan dengan memakai “seluruh perlengkapan senjata Allah” (ay.13-18). Mempelajari firman Tuhan, bertemu secara teratur dengan saudara seiman supaya dapat saling menguatkan, dan mengambil keputusan dengan mendahulukan kepentingan orang lain dapat menolong kita untuk “bertahan melawan tipu muslihat Iblis” (ay.11). Dengan kekuatan Roh Kudus, kita dapat tetap berdiri menghadapi segala sesuatu (ay.13). —Amy Peterson

WAWASAN
Pada zaman Paulus hidup, tentara Romawi biasanya membawa perisai besar dari kayu yang dilapisi kulit ketika berperang. Kulit perisai itu dibasahi agar dapat mematikan api dari ujung panah yang dilepaskan oleh pihak musuh. Dalam perang, para tentara di barisan pertama akan memegang perisai mereka di depan, sedangkan barisan-barisan di belakangnya akan memegang perisai mereka di atas kepala mereka, sehingga dengan demikian, unit itu akan berhasil terlindungi dari ancaman yang datang hampir dari semua arah. Cara itu disebut formasi testudo (atau kura-kura) karena menyerupai bentuk tempurung kura-kura. Dalam Efesus 6:10-20, Paulus secara halus memutarbalikkan gambaran militer itu untuk menggambarkan perlawanan orang percaya terhadap kuasa si jahat. Paulus mengandalkan perumpamaan dari Yesaya 59:17, yang menyatakan keadilan Allah yang memulihkan umat-Nya dari pembuangan. Metafora tersebut mengungkapkan bahwa satu-satunya cara bagi orang percaya untuk teguh bertahan melawan si jahat adalah dengan bergantung terus-menerus “di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya (Efesus 6:10). —Monica La Rose

Bagaimana kamu dapat memupuk kesadaran akan adanya dunia roh? Apakah Allah memanggilmu untuk menggunakan sebagian “senjata” yang digambarkan oleh Paulus? Menurutmu, seperti apa peperangan rohani yang terjadi di masa sekarang?

Ya Allah, tolonglah aku agar selalu ingat untuk hidup dan melayani dengan iman dan kuasa-Mu.

Monday, December 28, 2020

Membangun Kembali Reruntuhan

 

Dan kota ini akan menjadi pokok kegirangan: ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku. —Yeremia 33:9

Membangun Kembali Reruntuhan

Pada usia tujuh belas tahun, Dowayne harus meninggalkan rumah keluarganya di Manenberg, Cape Town, Afrika Selatan, karena kebiasaannya mencuri dan kecanduannya pada heroin. Ia tidak pergi jauh, hanya ke halaman belakang rumah ibunya. Di sana ia mendirikan pondok dari seng bekas, yang kemudian dikenal dengan julukan Casino, sebagai tempatnya menggunakan narkoba. Namun, pada usia sembilan belas tahun, Dowayne bertobat dan percaya kepada Yesus. Perjuangannya melepaskan diri dari narkoba begitu panjang dan melelahkan, tetapi akhirnya ia berhasil bebas berkat pertolongan Allah dan dukungan teman-temannya sesama orang percaya. Sepuluh tahun setelah Dowayne mendirikan Casino, ia bersama teman-temannya mengubah pondok itu menjadi sebuah gereja rumah. Tempat yang dahulu gelap dan menakutkan sekarang menjadi tempat untuk beribadah dan berdoa.

Para pemimpin gereja itu melihat Yeremia 33 sebagai rujukan bagaimana Allah sanggup membawa kesembuhan dan pemulihan bagi manusia dan tempat, seperti yang dilakukan-Nya kepada Dowayne dan tempat yang bernama Casino. Kepada umat Allah yang masih di pengasingan, Nabi Yeremia mengatakan bahwa meskipun kota mereka tidak akan diselamatkan, Allah akan memulihkan umat-Nya dan kembali “membangun mereka,” dengan menyucikan mereka dari segala dosa (Yer. 33:7-8). Sebagai hasilnya, kota mereka pun akan membawa kegirangan, kebanggaan, dan kehormatan bagi-Nya (ay.9).

Ketika kita tergoda untuk menyerah terhadap dosa yang menyebabkan kita hancur dan menderita, teruslah memohon kepada Allah agar Dia membawa pemulihan dan pengharapan, seperti yang telah dilakukan-Nya di halaman belakang sebuah rumah di Manenberg. —Amy Boucher Pye

WAWASAN
Sang nabi mengucapkan kata-kata dalam Yeremia 33:6-11 ketika Yerusalem sedang dikepung oleh tentara Nebukadnezar, sementara ia sendiri menjadi tahanan raja Zedekia pada waktu itu. Karena tidak menyukai pesan-pesan Yeremia yang terus-menerus menghakimi Yehuda, raja Zedekia menahan Yeremia (lihat 32:2-5). Bayangkan menjadi tahanan di dalam kota yang kelaparan dan dikepung oleh tentara musuh. Demikian keadaan diri Yeremia. Meski demikian, Allah terus berbicara melalui nabinya. Pasal 33 dimulai dengan, “Datanglah firman TUHAN untuk kedua kalinya kepada Yeremia, ketika ia masih terkurung di pelataran penjagaan itu” (ay.1). Pesannya masih suram. Segala usaha kota itu untuk menyelamatkan diri pasti gagal, tetapi ayat 6 menandakan tibanya perubahan. Allah kelak akan membawa pembebasan. - Tim Gustafson

Pernahkah kamu mengalami pemulihan dari Allah dalam hidupmu dan orang lain? Kesembuhan apa yang kamu butuhkan dari-Nya hari ini?

Ya Allah, terima kasih karena Engkau telah menumbuhkan tunas baru dalam kehidupan yang kelihatannya sudah mati. Teruslah bekerja dalam diriku, agar aku dapat membagikan kasih-Mu yang menyelamatkan kepada sesamaku.

Sunday, December 27, 2020

Nyanyian di Malam Hari

 

Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. —Mazmur 103:8

Nyanyian di Malam Hari

Matahari sudah lama terbenam ketika listrik di rumah saya tiba-tiba mati. Hari itu saya sedang bersama kedua anak kami yang masih kecil, dan ini pertama kalinya mereka mengalami pemadaman listrik. Setelah memastikan bahwa memang sedang ada pemadaman listrik, saya mengambil beberapa batang lilin, dan mengajak anak-anak duduk di dapur dengan hanya diterangi cahaya lilin yang berkedip-kedip. Mereka terlihat cemas dan gelisah, maka kami pun mulai bernyanyi. Tak lama kemudian, wajah-wajah khawatir mereka berganti menjadi senyuman. Terkadang, di saat-saat tergelap dalam hidup ini, yang kita butuhkan adalah nyanyian.

Mazmur 103 adalah salah satu mazmur yang kemungkinan besar didoakan atau dinyanyikan setelah umat Allah kembali dari pengasingan ke kampung halaman mereka yang porak poranda. Di masa-masa krisis, mereka merasa perlu bernyanyi. Namun, bukan sembarang nyanyian, melainkan nyanyian pujian tentang Allah dan perbuatan-Nya. Mazmur 103 juga menolong kita mengingat bahwa Dia itu “penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (ay.8). Jika kita bertanya-tanya apakah kita masih akan dihakimi karena dosa-dosa kita, mazmur ini menyatakan bahwa Allah tidak lagi marah, melainkan sudah mengampuni dan berbelas kasihan kepada kita. Semua ini sangat baik untuk dinyanyikan di tengah pengalaman hidup yang kelam.

Mungkin itulah yang sedang kamu alami—berada di tempat yang gelap dan sulit, dengan bertanya-tanya apakah Allah benar-benar baik dan mengasihimu. Jika demikian, berdoa dan bernyanyilah kepada Dia yang berlimpah dengan kasih setia! —Glenn Packiam

WAWASAN
Dalam Mazmur 103, Daud memuji Allah dan menyuruh pembacanya untuk tidak melupakan “segala kebaikan-Nya” (ay.2), yang jasmani maupun rohani, termasuk pengampunan dosa dan kesembuhan dari penyakit (ay.3). Daud memakai sejumlah gambaran untuk menerangkan kebaikan-kebaikan tersebut. Salah satu gambaran dari kebaikan jasmani tampak dalam ungkapan “sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” (ay.5), yang sangat tepat karena burung rajawali adalah lambang vitalitas dan kekuatan. Sejumlah penafsir menyebut ungkapan itu mungkin mengacu kepada tindakan meranggas, yaitu ketika bulu burung luruh dan tumbuh yang baru, sehingga dapat dikatakan bahwa masa mudanya menjadi baru. Contoh kebaikan rohani dijelaskan melalui gambaran debu dan rumput (ay.14-16). Daud menyamakan kehidupan manusia yang sementara dengan bunga yang berbunga sesaat lalu diterbangkan angin, dan dikontraskan dengan “kasih setia TUHAN” yang kekal selamanya (ay.17). —Julie Schwab

Bagaimana karya penyelamatan Allah dalam Yesus memberikanmu gambaran yang lebih baik tentang diri-Nya? Apa yang dilihat-Nya pada dirimu?

Tuhan Yesus, tolonglah aku melihat kasih Allah yang disingkapkan lewat kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Mu. Tegakkan kembali kepalaku agar aku bisa bernyanyi tentang kebaikan dan kesetiaan-Mu.

 

Total Pageviews

Translate