Pages - Menu

Sunday, March 31, 2019

Hadiah Terbaik

Kami telah menemukan Dia, . . . yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret. —Yohanes 1:45
Daily Quotes ODB
Selama bertahun-tahun, teman saya Barbara telah memberi saya banyak kartu berisi kata-kata yang menguatkan dan hadiah-hadiah kecil yang penuh makna. Setelah saya mengabarinya bahwa saya telah menerima Yesus sebagai Juruselamat, ia memberikan hadiah terbaik darinya: Alkitab pertama saya. Ia berkata, “Kamu akan semakin dekat dengan Allah dan semakin dewasa dalam kerohanianmu jika kamu bertemu dengan Dia setiap hari, membaca Kitab Suci, berdoa, beriman, dan menaati-Nya.” Hidup saya berubah ketika Barbara mengajak saya untuk lebih mengenal Allah.
Barbara mengingatkan saya pada Filipus. Setelah Yesus mengajak Filipus untuk mengikut Dia (Yoh. 1:43), sang murid segera memberi tahu sahabatnya, Natanael bahwa Yesus adalah pribadi “yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi” (ay.45). Ketika Natanael merasa ragu, Filipus tidak membantah, mengkritik, atau meninggalkan sahabatnya itu. Yang ia lakukan hanyalah mengajak Natanael untuk bertemu sendiri dengan Yesus. “Mari dan lihatlah!” katanya (ay.47).
Saya dapat membayangkan betapa sukacitanya Filipus ketika ia mendengar Natanael menyebut Yesus sebagai “Anak Allah” dan “Raja orang Israel” (ay.49). Tentu Filipus juga sangat berbahagia saat mengetahui bahwa sahabatnya akan ikut melihat “hal-hal yang lebih besar” yang Yesus janjikan kepada mereka (ay.50-51).
Roh Kudus memprakarsai hubungan kita dengan Allah, lalu Dia hidup di dalam diri setiap orang yang merespons dengan iman. Dia memampukan kita untuk mengenal Allah secara pribadi dan untuk mengajak orang lain agar mau bertemu dengan Dia setiap hari lewat Roh-Nya dan Kitab Suci. Ajakan untuk mengenal Yesus lebih jauh adalah hadiah terbaik yang bisa kita terima dan berikan. —Xochitl Dixon
Siapa yang akan kamu ajak untuk mengenal Yesus lebih jauh? Bagaimana Dia memakai orang lain untuk menumbuhkan imanmu?
Mengenal Yesus adalah anugerah terbaik yang bisa kita terima; memperkenalkan-Nya kepada sesama adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan.

Saturday, March 30, 2019

Pencipta dan Penopang

Ia adalah cahaya kemuliaan Allah . . . dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. —Ibrani 1:3
Daily Quotes ODB
Dengan bantuan kaca pembesar dan pinset, seorang pembuat jam dari Swiss bernama Phillipe dengan cermat menjelaskan kepada saya bagaimana ia membongkar, membersihkan, dan memasang kembali bagian-bagian kecil dari arloji mekanis yang dirancang khusus. Di antara semua bagian arloji yang kecil-kecil, ada satu komponen terpenting, yaitu pegas utama. Pegas utama merupakan komponen yang menggerakkan semua roda gigi yang memungkinkan jam tangan menunjukkan waktu dengan tepat. Tanpa hal itu, jam tangan rancangan seseorang yang paling ahli sekalipun tidak akan dapat berfungsi.
Dalam Perjanjian Baru, ada bagian indah dari kitab Ibrani yang dengan terang-terangan memuji Yesus sebagai Pribadi yang melalui-Nya Allah menciptakan langit dan bumi. Seperti kerumitan arloji yang dirancang khusus, setiap detail alam semesta kita diciptakan oleh Tuhan Yesus (Ibr. 1:2). Dari luasnya tata surya sampai keunikan sidik jari kita, semua hal itu diciptakan oleh-Nya.
Namun, Yesus bukan saja Pencipta, tetapi bagaikan pegas utama arloji, kehadiran-Nya teramat penting bagi keberlangsungan dan perkembangan ciptaan-Nya. Dia senantiasa “menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (ay.3), memelihara semua yang telah diciptakan-Nya agar bekerja sama dengan baik dalam segala kerumitannya yang luar biasa.
Jika kamu memiliki kesempatan untuk mengalami keindahan alam ciptaan Allah hari ini, ingatlah bahwa “segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kol. 1:17). Semoga kesadaran akan peran utama Yesus dalam penciptaan dan keberlangsungan alam semesta ini mendorong kita untuk terus bersyukur dan memuji pemeliharaan-Nya atas hidup kita. —Lisa Samra
Apa saja karya ciptaan Allah yang mendorongmu untuk menyembah Dia, dan apa alasannya?
Tuhan Yesus, terima kasih atas cara-Mu memelihara dan menopang ciptaan-Mu.

Friday, March 29, 2019

Cahaya Terang

Kamu adalah terang dunia. —Matius 5:14
Daily Quotes ODB
Di musim panas tahun 2015, rombongan tim misi dari gereja kami merasa iba melihat keadaan di Mathare, salah satu kawasan kumuh di Nairobi, Kenya. Kami mengunjungi sekolah dengan lantai tanah, dinding dari lembaran seng berkarat, dan bangku-bangku kayu. Namun, di tengah lingkungan yang sedemikian sederhana, ada satu orang yang terlihat sangat menonjol.
Nama wanita itu Brilliant, yang berarti Cemerlang. Sungguh nama yang sangat cocok untuknya. Sebagai guru di sekolah dasar itu, pembawaannya yang riang dan penuh semangat sangat cocok dengan misinya. Dengan baju berwarna-warni, penampilan dan keceriaannya dalam mengajar serta menyemangati anak-anak sangatlah menakjubkan.
Cahaya terang yang dibawa oleh Brilliant ke tengah lingkungannya menyerupai cara hidup yang patut dijalani oleh orang-orang Kristen di Filipi yang menerima surat Paulus pada abad pertama. Di tengah dunia yang haus rohani, orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus harus bersinar “seperti bintang-bintang di dunia” (Flp. 2:15). Sampai sekarang pun, tugas kita masih sama. Cahaya terang dibutuhkan di mana-mana!
Sungguh kita terhibur saat menyadari bahwa melalui Dia “yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (ay.13), orang-orang percaya di dalam Yesus dapat bersinar seperti yang dikatakan Yesus tentang mereka yang menjadi pengikut-Nya. Kepada kita juga Dia berkata, “Kamu adalah terang dunia. . . . Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat. 5:14-16). —Arthur Jackson
Bagaimana cara kamu memancarkan terang Kristus kepada orang lain? Apa yang dapat kamu lakukan untuk membawa sukacita Kristus kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya?
Terangi dunia kamu dengan memantulkan terang Yesus.

Thursday, March 28, 2019

Dikelilingi oleh Tuhan

Yerusalem, gunung-gunung sekelilingnya; demikianlah Tuhan sekeliling umat-Nya, dari sekarang sampai selama-lamanya. —Mazmur 125:2
Daily Quotes ODB
Di sebuah bandara yang sibuk, seorang ibu muda terlihat sangat kerepotan. Anak balitanya mengamuk, menjerit, menendang, dan menolak naik ke pesawat. Dalam kondisi kewalahan dan hamil besar, ibu muda itu akhirnya tidak tahan lagi, dan ia pun terduduk di lantai dengan frustrasi. Sambil menutupi wajah, tangisnya pun meledak.
Seketika itu juga, enam sampai tujuh calon penumpang lain yang tidak saling mengenal mengerubungi ibu muda dan anaknya itu. Mereka membagikan camilan, air minum, pelukan, bahkan nyanyian untuk menenangkan si anak. Keberadaan mereka yang mengelilingi ibu dan anaknya itu membuat keduanya tenang kembali, lalu mereka naik ke pesawat. Para wanita yang lain kembali ke tempat duduk masing-masing, tanpa membicarakan lagi apa yang telah mereka lakukan tadi, tetapi menyadari bahwa dukungan mereka telah menguatkan ibu muda itu di saat ia sangat membutuhkannya.
Kisah tadi menjadi gambaran yang tepat dari kebenaran indah dalam Mazmur 125. “Yerusalem, gunung-gunung sekelilingnya,” kata ayat 2, “demikianlah Tuhan sekeliling umat-Nya, dari sekarang sampai selama-lamanya.” Gambaran itu mengingatkan kita bagaimana kota Yerusalem yang ramai benar-benar dikelilingi oleh bukit-bukit, di antaranya Bukit Zaitun, Gunung Sion, dan Gunung Moria.
Demikian jugalah Allah melingkupi umat-Nya—mendukung dan menjaga jiwa kita “dari sekarang sampai selama-lamanya.” Jadi, bila hari-hari kita terasa berat, pandanglah “ke gunung-gunung,” seperti yang dikatakan oleh pemazmur (Mzm. 121:1). Allah siap menolong, dengan memberi kamu harapan teguh dan kasih abadi. —Patricia Raybon
Bagaimana kamu merasakan bahwa Tuhan melingkupimu dengan kasih-Nya? Kepada siapa kamu dapat membagikan kasih-Nya hari ini?
Tuhan, ketika kami menghadapi hari-hari yang sulit, lingkupi jiwa kami dengan kasih-Mu yang meneduhkan.

Wednesday, March 27, 2019

Mengenang Ayah

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. —Kolose 3:23
Daily Quotes ODB
Ingatan terbaik saya tentang ayah saya adalah membayangkan ia berada di luar rumah, sedang bertukang atau berkebun, atau berkutat di ruang bawah tanah, bekerja di ruang kerjanya yang berantakan dan penuh dengan berbagai jenis perangkat yang aneh-aneh. Tangannya selalu sibuk mengerjakan tugas atau proyek—kadang-kadang membangun sesuatu (garasi, dek, atau sangkar burung), lain waktu mengutak-atik kunci, atau bisa juga merancang perhiasan dan membuat kerajinan dari kaca timah.
Kenangan tentang ayah saya membuat saya teringat pada Bapa saya di surga, Sang Pencipta alam semesta yang selalu sibuk bekerja. Pada awalnya, “[Allah] meletakkan dasar bumi . . . [dan] menetapkan ukurannya . . . pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai”(ayb. 38:4-7). Segala sesuatu yang Dia ciptakan adalah karya seni, sebuah mahakarya. Dia merancang dunia yang begitu indah dan mengatakan bahwa semua itu “sungguh amat baik” (Kej. 1:31).
Itu termasuk kamu dan saya. Allah merancang kita dengan sangat detail dan cermat (Mzm. 139:13-16); kemudian Dia mempercayakan dan menanamkan dalam diri kita (ciptaan yang segambar dengan Dia) tujuan dan kerinduan untuk bekerja, termasuk menguasai dan merawat bumi serta makhluk-makhluk di dalamnya (Kej. 1:26-28; 2:15). Apa pun yang kita lakukan—dalam pekerjaan atau di waktu senggang—Allah memperlengkapi dan memberikan apa yang kita butuhkan agar bisa bekerja sepenuh hati untuk-Nya.
Dalam segala hal yang kita lakukan, kiranya kita melakukannya untuk menyenangkan Dia. —Alyson Kieda
Apa yang telah Tuhan kerjakan dalam hidupmu baru-baru ini? Bagaimana hal itu mengubah pandanganmu bahwa tugas-tugas yang sepele sekalipun dapat dipandang sebagai kesempatan untuk melayani dan memuliakan Tuhan?
Allah terkasih, terima kasih karena Engkau memperlengkapi kami untuk melakukan pekerjaan yang Engkau mau kami lakukan.

Tuesday, March 26, 2019

Tutup Kuping

Mereka tidak mendengarkan Musa karena mereka putus asa dan karena perbudakan yang berat itu. —Keluaran 6:8
Daily Quotes ODB
Karakter kartun Winnie the Pooh pernah berkata, “Kalau orang yang engkau ajak bicara sepertinya tidak mendengarkan, bersabarlah. Mungkin telinganya sedang tertutup oleh sesuatu.”
Pengalaman bertahun-tahun mengajarkan saya bahwa perkataan Winnie itu ada benarnya. Saat seseorang tidak mau mendengarkan nasihat kamu yang sebenarnya bermanfaat baginya, mungkin memang ia sedang enggan untuk menyimak. Atau mungkin ada hambatan lain: Ada orang yang sulit mendengarkan nasihat karena mereka sedang kecewa dan putus asa.
Musa berkata bahwa ia berusaha berbicara kepada orang-orang Israel tetapi mereka tidak mau mendengarkannya karena perbudakan yang kejam telah membuat mereka putus asa (Kel. 6:8). Istilah putus asa di sini dalam bahasa Ibrani secara harfiah berarti “kehabisan napas”, dan itu diakibatkan oleh pengalaman perbudakan yang pahit di Mesir. Oleh karena itu, keengganan orang Israel mendengarkan perintah Musa haruslah dimaklumi dan dikasihani, bukan justru dikecam.
Apa yang harus kita lakukan ketika orang lain tidak mau mendengarkan? Perkataan Winnie the Pooh sangatlah bijak: “Bersabarlah.” Allah berkata, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati” (1 Kor. 13:4); kasih itu rela menunggu. Tuhan belum selesai membentuk orang itu. Dia sedang berkarya melalui kesedihan mereka dan kasih serta doa-doa kita. Mungkin saja, pada waktu-Nya, Dia akan membuka telinga mereka untuk mau mendengar. Bersabarlah. —David H. Roper
Ketika ada seseorang yang tidak mau mendengarkanmu, pelajaran apa yang dapat kamu terima tentang hubunganmu sendiri dengan Tuhan? Bagaimana kasih dan kesabaran saling melengkapi dalam sebuah hubungan yang penuh kasih?
Bersabarlah, karena Allah belum selesai membentuk kita.

Monday, March 25, 2019

Berkat Itu Pasti Datang

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. —Galatia 6:9
Daily Quotes ODB
Suatu hari, saya berjalan-jalan dengan seorang teman wanita yang membawa serta cucu-cucunya. Sambil mendorong kereta bayi, ia berkata kalau jalan paginya kali itu sia-sia—karena alat pelacak di pergelangan tangannya tidak menghitung hanya karena ia tidak mengayunkan lengan. Saya mengingatkan bahwa kegiatan pagi itu tidak akan sia-sia karena masih berguna bagi kesehatan tubuhnya. “Memang,” ia tertawa. “Tapi aku benar-benar ingin mendapat bintang emas dari alat pelacakku!”
Saya mengerti perasaannya! Mengerjakan sesuatu tanpa langsung mendapatkan hasilnya tentu terasa mengecewakan. Namun, suatu hasil tidak selalu langsung didapat atau terlihat.
Ketika itu terjadi, sering kali kita merasa bahwa hal-hal baik yang kita lakukan, seperti menolong teman atau bersikap baik kepada orang asing, ternyata tidak berguna. Paulus menjelaskan kepada jemaat di Galatia bahwa “apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal. 6:7). Namun, jangan sampai kita “jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai” (ay.9). Kita berbuat baik bukan untuk memperoleh keselamatan, dan Alkitab tidak memperinci apakah upah itu kita tuai sekarang atau nanti di surga, tetapi kita dapat meyakini bahwa berkat pasti akan kita tuai.
Berbuat baik itu sulit, terutama ketika kita tidak melihat atau mengetahui apa yang akan kita tuai. Namun, seperti teman saya yang tetap memperoleh manfaat fisik dari berjalan kaki bersama cucu, kita patut terus berbuat baik karena berkat itu pasti datang! —Julie Schwab
Apakah kamu kecewa? Mintalah agar Tuhan menolongmu tetap setia menunaikan panggilanmu. Hal baik apa yang bisa kamu lakukan untuk orang lain hari ini?
Upah dan berkat kita tidak selalu langsung didapat atau terlihat.

Sunday, March 24, 2019

Bernyanyi dalam Roh

Hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. —Efesus 5:18-19
Daily Quotes ODB
Semasa Kebangunan Rohani di Wales pada awal abad kedua puluh, guru Alkitab dan penulis G. Campbell Morgan menceritakan apa yang ia lihat di sana. Ia meyakini Allah Roh Kudus bergerak di tengah umat-Nya “bagaikan gelombang besar saat lagu-lagu pujian dinyanyikan.” Morgan menulis bahwa ia menyaksikan bagaimana musik dapat menyatukan seluruh jemaat dalam kebaktian-kebaktian yang mendorong jemaat untuk berdoa tanpa diminta, mengakui dosa, dan menyanyi secara spontan. Ketika ada yang terbawa perasaan dan berdoa terlalu lama, atau mengatakan sesuatu yang tidak sejalan dengan yang lain, seseorang akan mulai bernyanyi perlahan. Yang lain pun mengikuti, satu demi satu, hingga akhirnya terbentuk paduan suara yang kekuatannya menenggelamkan suara-suara lain.
Alkitab juga memiliki kisah-kisah tentang bagaimana musik memainkan peranan penting dalam kebangunan rohani seperti yang digambarkan Morgan. Musik digunakan untuk merayakan kemenangan (Kel. 15:1-21); dalam doa pentahbisan Bait Suci (2 Taw. 5:12-14); dan sebagai bagian dari strategi militer (20:21-23). Kita memiliki buku nyanyian di tengah-tengah Alkitab (Mzm. 1-150). Lalu di Perjanjian Baru, dalam surat Paulus kepada jemaat di Efesus, kita membaca tentang gambaran hidup dalam Roh: “Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani”(EF. 5:19).
Di tengah perselisihan, dalam penyembahan, dan dalam segala aspek kehidupan, musik yang lahir dari iman dapat menolong untuk menyatukan suara kita. Melalui lagu-lagu zaman lampau dan masa kini, kita terus-menerus diperbarui, bukan oleh kuat dan gagah kita, tetapi oleh Roh dan nyanyian-nyanyian tentang Allah kita. —Mart DeHaan
Nyanyian apa yang baru-baru ini terasa begitu mengena di hatimu? Bagaimana musik dapat semakin mendekatkan hubunganmu dengan Allah?
Roh Allah menaruh pujian dalam hati mereka yang mau mendengarkan-Nya.

Saturday, March 23, 2019

Tersembunyi di Balik Awan

Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan. —2 Korintus 4:18
Daily Quotes ODB
Fenomena supermoon langka muncul pada bulan November 2016, ketika bulan pada orbitnya berada di titik terdekat dengan bumi dalam masa enam puluh tahun terakhir, sehingga terlihat lebih besar dan lebih terang dibandingkan pada waktu-waktu lain. Namun, sayang sekali hari itu langit di tempat saya berada sedang tertutup awan kelabu. Meskipun saya dapat melihat keindahan fenomena tersebut lewat foto-foto yang dikirim teman dari tempat lain, saat menengadah ke langit, saya perlu meyakini bahwa ada supermoon tersembunyi di balik awan.
Rasul Paulus menghadapi banyak kesulitan, tetapi ia percaya bahwa apa yang tidak kelihatanlah yang bertahan selamanya. Ia mengatakan bahwa “penderitaan ringan yang sekarang ini” akan menghasilkan “kemuliaan kekal” (2 Kor. 4:17). Oleh karena itu, ia “tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,” karena yang “tak kelihatan adalah kekal” (ay.18). Paulus merindukan agar iman kita—seperti iman jemaat Korintus—bertumbuh, sehingga walaupun menderita, kita tetap percaya kepada Allah. Mungkin kita tidak bisa melihat Dia, tetapi kita percaya bahwa Dia memperbarui batin kita dari hari ke hari (ay.16)
Saya teringat kepada Allah yang tidak kelihatan tetapi kekal ketika saya menatap awan-awan hari itu dan mengetahui bahwa supermoon tersembunyi di baliknya. Saya pun berharap, apabila suatu saat nanti saya merasa Allah jauh dari saya, saya akan memusatkan perhatian pada apa yang tidak kelihatan. —Amy Boucher Pye
Apa maksudnya bagi kamu untuk memperhatikan yang tidak kelihatan? Bagaimana pengharapan kamu dalam Yesus menolongmu menghadapi segala kesulitan hidup?
Tuhan Allah, terkadang aku merasa Engkau jauh dariku. Tolonglah aku untuk mempercayai bahwa Engkau selalu dekat, entah aku dapat merasakan kehadiran-Mu ataupun tidak.

Friday, March 22, 2019

Menanggung Beban Kesalahan

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan. —1 Petrus 3:9
Daily Quotes ODB
Tanggal 30 Januari 2018, setelah hampir tiga puluh delapan tahun dijebloskan ke penjara, Malcolm Alexander dibebaskan. Bukti DNA telah membebaskan Alexander, yang selama proses pengadilan tetap gigih menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah. Pengacara yang tidak kompeten (belakangan izin praktiknya dicabut), bukti yang tidak kuat, dan taktik penyelidikan yang meragukan telah membuat seseorang yang tidak bersalah harus mendekam dalam penjara selama hampir empat dekade. Namun, ketika dibebaskan, Alexander masih menunjukkan rasa syukur atas anugerah besar yang diterimanya. “Tidak perlu marah,” katanya. ”Saya tidak punya waktu untuk marah.”
Perkataan Alexander itu menunjukkan kebesaran hati yang luar biasa. Seandainya kita diperlakukan tidak adil dan harus mendekam di penjara selama tiga puluh delapan tahun serta kehilangan nama baik, besar kemungkinan kita akan sangat marah dan mendendam. Meskipun Alexander harus menanggung beban kesalahan yang ditimpakan kepadanya selama puluhan tahun, ia tidak mau kalah oleh ketidakadilan itu. Alih-alih menghabiskan energi untuk membalas dendam, Alexander menerapkan apa yang diperintahkan oleh Rasul Petrus: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan” (1 Ptr. 3:9).
Kitab Suci melangkah lebih jauh: daripada membalas dendam, Rasul Petrus justru mendorong kita untuk memberkati (ay.9). Kita mengampuni dan mendoakan mereka yang telah memperlakukan kita secara tidak adil. Tanpa membenarkan perbuatan jahat mereka, kita bisa “membalas” mereka dengan belas kasihan Allah. Tuhan Yesus sudah menanggung dosa-dosa kita di kayu salib supaya kita menerima anugerah-Nya dan meneruskannya kepada orang lain—termasuk mereka yang pernah menyakiti kita. —Winn Collier
Bagaimana kamu dapat berbelaskasihan kepada orang yang telah menyakitimu tanpa membenarkan tindakannya? Bagaimana cara kamu “memberkati” mereka?
Tuhan, sulit untuk tidak membalas mereka yang telah menyakiti hatiku. Tolonglah agar aku mampu menunjukkan belas kasihan dan anugerah-Mu.

Thursday, March 21, 2019

Dibuat Khusus dengan Tangan

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. —Efesus 2:10
Daily Quotes ODB
Nenek saya sangat pintar menjahit. Ia selalu merayakan peristiwa penting dalam hidup saya dengan memberi hadiah sebuah hasil jahitannya sendiri. Sweter rajut berwarna merah anggur sebagai hadiah saya lulus SMA. Sehelai selimut warna pirus sebagai hadiah pernikahan kami. Saya suka membuka lipatan pada ujung setiap hasil jahitannya, karena saya akan menemukan sebaris tulisan khasnya yang berbunyi, “Dibuat khusus dengan tangan untukmu.” Lewat setiap kata yang tersulam, saya bisa merasakan kasih nenek saya dan keyakinannya pada masa depan saya.
Paulus menulis kepada jemaat di Efesus mengenai tujuan keberadaan mereka di dunia ini, dengan menggambarkan mereka sebagai “buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik” (2:10). Kata “buatan Allah” merujuk kepada karya seni atau mahakarya. Kemudian Paulus menyatakan bahwa karya tangan Allah yang menciptakan kita akan membuat kita melakukan pekerjaan baik dengan tangan kita—atau untuk mengungkapkan hubungan kita yang sudah dipulihkan dengan Yesus—demi kemuliaan-Nya di dunia ini. Kita tidak diselamatkan oleh perbuatan baik kita, tetapi ketika tangan Allah membentuk kita demi tujuan-Nya, Dia dapat memakai kita untuk membawa orang lain kepada kasih-Nya yang besar.
Hasil jahitan tangan nenek saya mengungkapkan kasih sayangnya kepada saya dan kerinduannya agar saya menemukan tujuan hidup saya di bumi ini. Dengan tangan-Nya, Allah membentuk hari-hari kita dengan sangat mendetail. Dia merajut kasih dan tujuan-Nya dalam hati kita agar kita bisa mengalami Dia dalam hidup kita dan memperlihatkan karya tangan-Nya kepada sesama kita. —Elisa Morgan
Menurutmu, apa yang Allah mau kamu lakukan sebagai tujuan penciptaan-Nya? Kepada siapa kamu bisa menunjukkan kasih-Nya hari ini?
Bapa, terima kasih Engkau telah membentuk diriku; tolonglah aku menyatakan diri-Mu kepada dunia.

Wednesday, March 20, 2019

Dari Ratapan Menjadi Pujian

Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, . . . pinggangku Kauikat dengan sukacita. —Mazmur 30:12
Daily Quotes ODB
Kim mulai berjuang melawan kanker payudara pada tahun 2013. Empat hari setelah pengobatannya berakhir, Kim didiagnosis menderita penyakit paru-paru stadium lanjut dan diberi tahu bahwa harapan hidupnya hanya sisa tiga sampai lima tahun. Ia sedih sekali, dan di tahun pertama, ia sering berdoa dan menangis di hadapan Tuhan. Waktu saya bertemu Kim lagi pada tahun 2015, ia sudah lebih berserah kepada Allah dan memancarkan sukacita serta kedamaian yang menular ke banyak orang. Meski masih bergumul, penderitaan Kim yang berat itu diubah Allah menjadi kesaksian indah yang penuh harapan lewat semangat yang ia teruskan kepada orang lain.
Saat kita berada dalam situasi yang menakutkan, Allah sanggup mengubah ratapan kita menjadi tari-tarian. Meski kesembuhan dari-Nya tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan, kita bisa mempercayai jalan-jalan Allah (Mzm. 30:2-4). Meskipun jalan yang harus kita tempuh bersimbah air mata, tetap tidak terhitung banyaknya alasan untuk memuji Dia (ay.5). Kita dapat bersukacita dalam Allah, dan Dia akan meneguhkan iman kita (ay.6-8). Kita bisa berseru meminta belas kasihan-Nya (ay.9-11), mensyukuri harapan yang Dia bawa kepada begitu banyak orang yang menangis dan memohon kepada-Nya. Hanya Allah yang dapat mengubah ratapan putus asa menjadi sukacita besar yang tidak tergantung pada keadaan (ay.12-13).
Saat Allah yang berbelaskasihan itu menghibur kita yang bersedih, Dia melingkupi kita dengan damai sejahtera dan memampukan kita menyalurkan belas kasihan itu kepada orang lain dan diri sendiri. Allah yang penuh kasih setia itu sanggup dan memang mengubah ratapan kita menjadi pujian, bahkan kita mampu mempercayai-Nya sepenuh hati, memuji dan menari-nari dengan penuh sukacita. —Xochitl Dixon
Apakah sumber damai dan sukacita sejati? Apa artinya berserah total kepada Allah?
Tuhan, peganglah kami erat-erat karena kami percaya Engkau sanggup mengubah ratapan kami menjadi pujian.

Tuesday, March 19, 2019

Iman Nenek yang Membekas

Hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. —2 Timotius 3:14
Daily Quotes ODB
Namanya panjang tetapi umurnya lebih panjang lagi: Madeline Harriet Orr Jackson Williams hidup hingga umur 101 tahun, lebih lama dari kedua suaminya. Kedua suaminya adalah pengkhotbah. Madeline adalah nenek saya, dan kami memanggilnya Momma. Saya dan saudara-saudara saya sangat dekat dengannya; kami tinggal di rumahnya sampai ia pindah mengikuti suami keduanya. Tidak terlalu jauh, karena tempat tinggalnya kurang dari 80 kilometer jauhnya dari kami. Nenek kami senang menyanyi lagu gereja, menghafal katekismus, bermain piano, dan seorang yang takut akan Allah. Imannya sangat membekas dalam diri saya dan saudara-saudara saya.
Menurut 2 Timotius 1:3-7, nenek Timotius, Lois, dan ibunya, Eunike, memiliki dampak besar atas hidup Timotius. Kehidupan dan pengajaran mereka berakar dalam Kitab Suci (ay.5; 2 Tim. 3:14-16) dan akhirnya iman mereka bertumbuh dalam hati Timotius. Pengalaman dibesarkan menurut nilai-nilai Alkitab tidak hanya mendasari hubungan Timotius dengan Allah, tetapi juga sangat penting bagi keefektifannya dalam pelayanan kepada Tuhan (1:6-7).
Hari ini, seperti pada zaman Timotius, Allah memakai pria-wanita yang setia untuk meninggalkan warisan iman kepada generasi mendatang. Doa, perkataan, tindakan, dan pelayanan kita dapat dipakai Tuhan secara luar biasa, baik saat kita hidup maupun setelah kita meninggal dunia. Itulah sebabnya saya dan saudara-saudara masih melakukan hal-hal yang diajarkan Momma kepada kami. Saya berdoa agar warisan Momma tidak berhenti hanya pada kami. —Arthur Jackson
Bagaimana kamu menggunakan doa, perkataan, tindakan, dan pelayanan kamu untuk menolong orang lain bertumbuh dalam Yesus? Apa yang kelak akan kamu wariskan bagi generasi berikutnya?
Bapa Surgawi, pakailah hidup kami sebagai warisan bagi kemuliaan-Mu dan yang memperkaya sesama kami.

Monday, March 18, 2019

Bersukacita di Masa Sukar

Namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. —Habakuk 3:18
Daily Quotes ODB
Setiap kali teman saya tidak menjawab panggilan telepon, ada mesin perekam suara yang meminta saya meninggalkan pesan. Di penghujung rekaman suaranya, ada pesan bernada riang, “Jadikan hari ini luar biasa!” Saat merenungkan kata-kata itu, saya menyadari bahwa kita tidak berkuasa menjadikan setiap hari “luar biasa”, karena adakalanya keadaan memang terlalu berat. Namun, jika mau melihat lebih dalam, bisa jadi saya akan menemukan sesuatu yang baik dan indah di hari itu, entah keadaan sedang baik-baik saja atau tidak.
Habakuk juga mengalami situasi yang tidak mudah. Sebagai nabi, Habakuk telah ditunjukkan Allah tentang hari-hari mendatang ketika tanaman maupun ternak—yang dijadikan sumber penghidupan banyak orang—tidak menghasilkan bahan makanan (3:17). Tidak cukup sekadar optimis untuk menghadapi masa-masa sukar yang akan datang. Sebagai sebuah bangsa, Israel akan mengalami masa kelaparan yang parah. Habakuk didera ketakutan yang sangat besar hingga ia gemetar dan menjadi lemah (ay.16).
Meskipun demikian, Habakuk berkata bahwa ia akan “bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah” (ay.18). Dia menyatakan harapannya di dalam Allah yang akan memberinya kekuatan untuk berjalan melewati masa-masa sulit (ay.19).
Terkadang kita harus melewati masa-masa yang sangat sulit dan berat. Namun, apa pun kehilangan yang kita alami, apa pun keinginan kita yang kandas, seperti Habakuk, kita dapat tetap bersukacita dalam hubungan kita dengan Allah yang Maha Pengasih. Bahkan ketika kita merasa tidak memiliki apa-apa lagi, Dia tidak pernah membiarkan atau meninggalkan kita (Ibr. 13:5). Dia yang “memberi kegembiraan dan sukacita kepada orang yang bersedih dan berkabung” adalah alasan utama kita untuk bersukacita (Yes. 61:3 BIS). —Kirsten Holmberg
Dalam hal apa hubungan kamu dengan Yesus membawa kebahagiaan terbesar? Bagaimana Dia menjamahmu di tengah cobaan atau dukacita yang kamu alami?
Tuhan, bagaimana pun keadaanku, tolong aku bersukacita di dalam-Mu.

Sunday, March 17, 2019

Bertahan dengan Berani

Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar. —Ulangan 31:6
Daily Quotes ODB
Ketika sebagian besar pemimpin gereja di Jerman tunduk kepada Hitler, pendeta dan teolog Martin Niemöller termasuk segelintir orang yang berani menentang kejahatan Nazi. Saya ingat pernah membaca cerita tentang suatu hari di dekade 1970-an, ketika sekelompok orang tua Jerman berdiri di depan sebuah hotel besar, seorang lelaki yang terlihat lebih muda dari mereka semua terlihat sibuk mengurusi koper-koper. Seseorang bertanya tentang mereka. “Mereka para pendeta dari Jerman,” jawab seseorang. “Lalu, siapa pria yang lebih muda itu?” “Itu Martin Niemöller—umurnya sudah delapan puluh tahun. Namun, ia tetap terlihat muda karena ia tidak kenal takut.
Niemöller tidak kenal takut bukan karena ia manusia super yang memiliki kemampuan untuk tidak merasa takut, tetapi semata-mata karena anugerah Allah. Sebenarnya dahulu ia anti dengan orang Yahudi. Namun, ia bertobat dan Allah memulihkannya. Dia menolongnya untuk memberitakan dan menghidupi kebenaran.
Musa mendorong bangsa Israel untuk mengalahkan ketakutan dan mengikuti kebenaran Allah. Ketika bangsa itu takut karena menyadari Musa akan segera wafat, sang pemimpin meneguhkan mereka dengan kata-kata yang tegas: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar . . . sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau” (Ul. 31:6). Tidak ada alasan untuk gentar terhadap masa depan yang tidak pasti karena satu alasan: Allah menyertai mereka.
Masalah apa pun yang menghadang kamu di depan, apa pun persoalan yang bertubi-tubi melanda—Allah menyertaimu. Dengan anugerah-Nya, kiranya kamu dapat menghadapi ketakutan itu dengan kesadaran bahwa Allah “tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (ay.6,8). —Winn Collier
Ketakutan apa yang sedang kamu hadapi? Bagaimana kehadiran Allah memberikan keberanian kepada hatimu?
Hidup dengan berani bukan berarti tidak merasa takut, melainkan tidak ditundukkan oleh ketakutan itu.

Saturday, March 16, 2019

Lebih dari Sekadar Simbol

Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. —Filipi 2:3
Daily Quotes ODB
Dengan sengaja, bintang bola basket Jordan Bohannon dari Universitas Iowa memelesetkan tembakan bebas yang jika masuk dapat memecahkan rekor kampus yang sudah bertahan selama dua puluh lima tahun. Mengapa ia melakukannya? Pada tahun 1993, Chris Street, bintang bola basket dari kampus yang sama, berhasil mencetak rekor dengan tiga puluh empat kali tembakan bebasnya masuk berturut-turut. Namun, beberapa hari kemudian ia tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. Bohannon memilih menghormati kenangan terhadap Street dengan menolak memecahkan rekornya.
Lewat sikapnya, Bohannon menunjukkan kepekaan terhadap hal-hal yang lebih penting daripada prestasinya sendiri. Kita melihat nilai-nilai yang sama dalam diri seorang pejuang muda bernama Daud. Saat bersembunyi dalam gua bersama pasukannya, Daud ingin sekali minum air dari perigi di kampung halamannya Betlehem, tetapi pasukan Filistin sedang menduduki wilayah itu (2 Sam. 23:14-15).
Dengan penuh keberanian, tiga perwira bawahan Daud “menerobos perkemahan orang Filistin”, mengambil air, lalu membawanya kepada Daud. Melihat hal itu, Daud pun tidak tega meminumnya. Ia justru “mempersembahkannya sebagai korban curahan kepada Tuhan”, dengan berkata, “Bukankah ini darah orang-orang yang telah pergi dengan mempertaruhkan nyawanya?” (ay.16-17).
Di dunia yang sering kali lebih menghargai mereka yang berhasil merebut apa saja yang bisa diraih, alangkah dahsyatnya tindakan yang didasari oleh kasih dan pengorbanan! Tindakan mulia seperti itu mempunyai arti lebih daripada sekadar simbol. —Tim Gustafson
Alih-alih menggolkan agenda sendiri, bagaimana caranya kamu dapat menghargai keberhasilan orang lain dan usaha mereka? Bagaimana tindakan kasih kita merefleksikan kasih Tuhan?
Bapa, bimbing hatiku hari ini. Tolong aku mengatur ulang prioritasku agar aku bisa memperhatikan kebutuhan sesamaku seperti kebutuhanku sendiri.

Friday, March 15, 2019

Teruslah Maju

Karena beriman, maka Musa meninggalkan Mesir tanpa merasa takut terhadap kemarahan raja. —Ibrani 11:27 BIS
Daily Quotes ODB
Bekerja di dunia swasta membuat saya berinteraksi dengan banyak orang yang berbakat dan berpikiran sehat. Namun, saya menemui kesulitan dalam satu proyek yang dipimpin oleh manajer yang tinggal di luar kota. Meskipun tim kami menunjukkan perkembangan, si manajer terus saja mengkritik dan menuntut kami bekerja lebih keras dalam rapat via telepon yang kami lakukan tiap minggu. Komentarnya membuat saya tawar hati dan takut, bahkan sempat terpikir untuk mengundurkan diri saja.
Bisa jadi Musa juga ingin menyerah saat menghadap Firaun di saat Mesir dijatuhi tulah kegelapan. Allah telah menjatuhkan delapan tulah atas Mesir sebelumnya, dan akhirnya kali ini kemarahan Firaun meledak. Ia berkata kepada Musa, “Pergilah dari padaku; awaslah engkau, jangan lihat mukaku lagi, sebab pada waktu engkau melihat mukaku, engkau akan mati” (Kel. 10:28).
Meski diancam, Musa tetap dipakai Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari cengkeraman Firaun. “Karena beriman, maka Musa meninggalkan Mesir tanpa merasa takut terhadap kemarahan raja. Musa maju menuju tujuannya seolah-olah ia sudah melihat Allah yang tidak kelihatan itu” (Ibr. 11:27 bis). Musa menghadapi Firaun dengan mempercayai bahwa Allah akan menepati janji pembebasan-Nya (Kel. 3:17).
Hari ini, kita dapat berpegang pada janji bahwa Allah akan selalu menyertai kita dalam segala keadaan dan menopang kita lewat Roh-Nya yang kudus. Ia menolong kita bertahan terhadap intimidasi dan menjaga kita dari respons yang salah. Caranya dengan memberi kita roh yang menjadikan kita kuat, penuh kasih, dan dapat menahan diri (2 Tim. 1:7). Roh Kudus memberi kekuatan yang kita butuhkan untuk terus maju dan mengikuti pimpinan Allah dalam hidup kita. —Jennifer Benson Schuldt
Situasi seperti apa yang membuat kamu kesal? Bagaimana cara kamu bergantung kepada Tuhan?
Tuhan, tolong aku tetap berfokus kepada-Mu ketika aku kesal. Lindungi, pimpin, dan tolonglah aku mempercayai-Mu dalam segala keadaanku.

Thursday, March 14, 2019

Kehidupan yang Tiada Tara

Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: “Sekali ini aku akan bersyukur kepada Tuhan.” —Kejadian 29:35
Daily Quotes ODB
Dalam sebuah acara TV, beberapa orang pemuda berperan menjadi murid SMA agar dapat lebih memahami kehidupan remaja. Mereka mendapati bahwa media sosial memiliki peranan yang sangat penting bagi remaja dalam mengukur harga diri mereka. Salah satu peserta mengamati, “Nilai diri [para pelajar] terkait erat dengan media sosial—tergantung dari berapa banyak ‘likes’ yang mereka dapat pada foto yang mereka unggah.” Kebutuhan untuk diterima orang lain dapat mendorong kaum muda bertindak ekstrem di dunia maya.
Keinginan untuk diterima orang lain sudah ada sejak zaman lampau. Dalam Kejadian 29, kita dapat memahami bagaimana Lea rindu dicintai oleh suaminya, Yakub. Itu terlihat dari nama tiga anak lelaki pertamanya—semuanya menyiratkan kesepian yang dirasakannya (ay.31-34). Sedihnya, tidak ada tanda-tanda Yakub pernah memberi perhatian yang didambakan Lea.
Setelah kelahiran putra keempatnya, Lea berpaling kepada Allah daripada suaminya, dan menamai anak itu Yehuda, yang berarti “pujian” (ay.35). Sepertinya Lea, pada akhirnya, memilih menemukan nilai dirinya dalam Allah. Ia menjadi bagian dari rencana keselamatan Allah atas umat-Nya: Yehuda adalah leluhur dari Raja Daud, dan kemudian, Yesus.
Kita bisa mencoba mencari nilai diri kita lewat berbagai cara, tetapi hanya dalam Yesus kita menemukan identitas sejati sebagai anak-anak Allah, pewaris Kerajaan Allah bersama Kristus, yang akan hidup kekal bersama Bapa Surgawi. Seperti yang ditulis Paulus, tidak satu hal pun di dunia ini yang sebanding dengan “pengenalan akan Kristus Yesus, [yang] lebih mulia dari pada semuanya” (flp. 3:8). —Peter Chin
Dalam hal apakah, atau pada siapakah, kamu berusaha mendapatkan pengakuan dan penerimaan? Bagaimana iman kepada Yesus menyingkapkan identitas sejati kamu?
Bapa Surgawi, tolonglah aku memandang nilai diriku dalam Engkau dan bukan dalam hal-hal lain. Hanya dalam Engkaulah aku menemukan identitas sejatiku dan keindahan hidup yang tiada tara!

Wednesday, March 13, 2019

Memilih Menggelandang

Oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai. —Ibrani 2:18
Daily Quotes ODB
Keith Wasserman memilih hidup menggelandang di jalanan selama beberapa hari setiap tahunnya sejak tahun 1989 agar ia bisa belajar lebih mengasihi dan berbelaskasihan kepada orang lain. “Saya pergi menggelandang di jalanan untuk memperluas sudut pandang dan pemahaman” tentang kaum tunawisma, kata Keith, direktur eksekutif dari Good Works, Inc.
Saya berpikir, mungkinkah cara Keith menjadi seperti orang-orang yang ia layani itu merupakan sekilas gambaran tentang apa yang pernah Yesus lakukan bagi kita. Allah sendiri, Pencipta alam semesta, memilih membatasi diri-Nya dalam keadaan yang rapuh sebagai seorang bayi, menjalani hidup sebagai manusia, merasakan apa yang kita semua rasakan, dan akhirnya mengalami kematian di tangan manusia—semua itu agar kita dapat menikmati suatu hubungan pribadi dengan Allah.
Penulis kitab Ibrani menyatakan bahwa Yesus “menjadi sama dengan [manusia] dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut” (2:14). Yesus dibuat menjadi lebih rendah daripada malaikat, meskipun Dialah yang menciptakan mereka (ay.9). Dia menjadi manusia dan mati, meskipun Dia abadi. Dia pun menderita bagi kita, meskipun Dia Allah yang Mahakuasa. Mengapa Dia melakukan semua itu? Supaya Dia dapat menolong kita ketika kita menghadapi berbagai pencobaan dan memulihkan hubungan kita dengan Allah (ay.17-18).
Kiranya kita mengalami kasih-Nya hari ini, dengan menyadari bahwa Dia memahami sisi kemanusiaan kita dan telah menyediakan jalan bagi penghapusan dosa-dosa kita. —Estera Pirosca Escobar
Sudahkah kamu datang kepada Yesus untuk mengalami kasih dan pengampunan-Nya? Jika sudah, bagaimana realitas itu berdampak dalam kehidupan kamu hari ini? Jika belum, maukah kamu menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat hari ini?
Tuhan Yesus, terima kasih untuk pengorbanan-Mu.

Tuesday, March 12, 2019

Mengharapkan Penundaan

Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya. —Amsal 16:9
Daily Quotes ODB
Yang benar saja? Saya sudah terlambat, tetapi tulisan di papan informasi jalan di depan saya mengandaskan harapan saya untuk tiba di kantor tepat waktu: “Ada Hambatan di Depan”.
Saya berharap segala sesuatu berjalan sesuai jadwal yang sudah saya susun, tetapi tidak memperkirakan adanya perbaikan jalan.
Dalam hal rohani, tak banyak dari kita mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal yang akan menghambat perjalanan kita atau memaksa kita mengubah rencana. Namun, kalau dipikir-pikir, saya jadi ingat betapa seringnya keadaan memaksa saya menata ulang rencana hidup saya—dalam hal besar maupun kecil. Hambatan akan selalu ada.
Dalam Amsal 16, Raja Salomo menulis tentang bagaimana rencana kita terkadang tidak sama dengan rencana Allah. Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari menuliskan ayat 1 sebagai berikut: “Manusia boleh membuat rencana, tapi Allah yang memberi keputusan.” Salomo mengulangnya di ayat 9 (BIS), dengan berkata, “Manusia dapat membuat rencana, tetapi Allah yang menentukan jalan hidupnya.” Dengan kata lain, kita dapat membayangkan apa yang seharusnya terjadi, tetapi adakalanya Allah mempunyai jalan lain untuk kita jalani.
Bagaimana saya bisa melupakan kebenaran rohani itu? Saya menyusun rencana-rencana saya, tetapi bisa jadi lupa bertanya kepada Allah apa rencana-Nya bagi saya. Saya pun frustrasi ketika sesuatu menyela dan mengubah rencana saya.
Namun, daripada khawatir, kita dapat mengikuti nasihat Salomo dengan belajar mempercayai bahwa Allah menuntun kita, langkah demi langkah, sembari terus berdoa mencari wajah-Nya, menanti tuntunan-Nya, dan mengizinkan-Nya terus mengarahkan kita.—Adam Holz
Bagaimana biasanya reaksimu saat menghadapi penundaan dan perubahan rencana yang tidak terduga? Ketika merasa frustrasi, apa yang akan menolongmu berserah kepada Allah dan mempercayai Dia lebih lagi?
Ganti kekhawatiranmu dengan kepercayaan. Allah akan menuntun kamu.

Monday, March 11, 2019

Dihapus Sampai Bersih

Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. —Yesaya 44:22
Daily Quotes ODB
Saat menciptakan penghapus pensil, insinyur Inggris bernama Edward Nairne awalnya menggunakan sepotong roti. Pada tahun 1770, kulit roti tawar digunakan untuk menghapus tulisan di kertas. Namun, tanpa sengaja, Nairne mengambil lembaran karet lateks dan mendapati bahwa ternyata karet bisa menghapus tulisan, meninggalkan “remah-remah” karet yang mudah dibersihkan dengan tangan.
Kesalahan kita yang terburuk pun dapat dihapus, karena Tuhan Yesus, Sang Roti Hidup yang membersihkan semua itu dengan nyawa-Nya sendiri, berjanji tidak akan pernah mengingat dosa-dosa kita lagi. “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri,” kata Yesaya 43:25, “dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.”
Mungkin kita menganggap hal itu terlalu ajaib, bahkan tidak layak kita terima. Banyak orang sulit mempercayai bahwa dosa masa lalu dapat begitu saja dihapuskan oleh Allah “seperti kabut diterbangkan angin.” Benarkah Allah, yang tahu segala sesuatu, dengan mudah melupakan dosa kita?
Namun, persis itulah yang Allah lakukan saat kita menerima Yesus sebagai Juruselamat. Dengan memilih mengampuni dosa-dosa kita dan tidak lagi “mengingat-ingat dosa [kita]”, Bapa Surgawi membuat kita bebas untuk melangkah maju. Dengan tidak lagi terbebani oleh kesalahan-kesalahan di masa lalu, kita bersih dari segala dosa dan siap untuk melayani Allah kembali, sekarang dan selamanya.
Memang tetap ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Namun, Allah telah menghapus dosa itu sendiri lalu mengajak kita kembali menjalani hidup yang baru dan bersih. Tidak ada cara lain yang lebih baik untuk memulai kembali. —Patricia Raybon
Hal apa di masa lalu yang tidak mudah kamu lupakan? Minta Allah menolong kamu meyakini firman-Nya.
Tuhan, hapuskan dosa-dosa lamaku, gantikan dengan hidup baru di dalam-Mu. Ajar aku menghayati berkat pengampunan-Mu dengan penuh sukacita.

Sunday, March 10, 2019

Misi Penyelamatan Terbesar

Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. —Lukas 19:10
Daily Quotes ODB
Pada 18 Februari 1952, sebuah badai besar menghantam kapal tanker SS Pendleton hingga patah menjadi dua bagian sekitar 16 kilometer dari tepi pantai Massachusetts. Lebih dari 40 orang pelayar terjebak di buritan kapal yang perlahan tenggelam di tengah tiupan angin kencang dan terjangan ombak ganas.
Saat kabar tentang musibah itu sampai ke kantor Penjaga Pantai AS di Chatham, Massachusetts, Kepala Kelasi Bernie Webber pun menurunkan perahu penyelamat dengan 3 orang awak. Mereka berusaha menyelamatkan para anak buah kapal yang terjebak itu dalam keadaan yang hampir mustahil. Usaha mereka akhirnya berhasil menyelamatkan tiga puluh dua ABK. Tindakan mereka yang berani itu tercatat sebagai salah satu aksi penyelamatan terbesar sepanjang sejarah Penjaga Pantai AS, dan kisah mereka telah diangkat ke layar lebar dengan judul The Finest Hours yang rilis pada tahun 2016.
Di Lukas 19:10, Yesus menggambarkan misi penyelamatan-Nya demikian: “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Salib dan kebangkitan menjadi ungkapan penyelamatan terbesar yang pernah ada, lewat penyerahan diri Yesus demi menanggung dosa kita dan memulihkan kembali hubungan semua orang yang percaya kepada-Nya dengan Allah Bapa. Selama 2.000 tahun, begitu banyak orang telah menerima tawaran hidup berkelimpahan di dunia dan hidup kekal bersama-Nya di surga. Mereka semua selamat!
Sebagai pengikut Yesus, kita mempunyai hak istimewa, dengan pertolongan Roh Kudus, untuk mengikuti Juruselamat kita dalam misi penyelamatan-Nya. Siapa orang dalam hidupmu yang membutuhkan kasih-Nya yang menyelamatkan? —Bill Crowder
Bagaimana cara Allah menyelamatkan kamu meninggalkan pengaruhnya bagimu? Apa yang dapat menolong kamu secara efektif membagikan rencana keselamatan-Nya kepada sesamamu?
Bapa, mampukan aku melihat dunia seperti cara-Mu melihat dunia dan terlibat dalam misi penyelamatan-Mu. Jadikan aku alat kasih karunia-Mu.

Saturday, March 9, 2019

Menyambut Orang Asing

Haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir. —Ulangan 10:19
Daily Quotes ODB
Ketika teman-teman saya tinggal di Moldova, salah satu negara termiskin di Eropa, mereka dibuat terharu oleh sambutan hangat yang mereka terima, terutama dari saudara seiman di sana. Suatu kali, mereka membawa sumbangan pakaian dan sembako untuk sepasang suami-istri di gereja mereka. Pasangan itu sangat miskin tetapi masih bersedia menjadi orangtua asuh bagi beberapa anak. Mereka menghidangkan teh manis dan makanan dan memperlakukan teman-teman saya layaknya tamu kehormatan. Teman-teman saya pulang membawa buah tangan berupa buah-buahan dan sayur-mayur. Mereka sangat kagum pada kebaikan hati dan keramahan pasangan itu.
Orang-orang Kristen itu menunjukkan keramahtamahan sebagaimana yang Allah perintahkan kepada umat-Nya, orang-orang Israel. Dia memerintahkan mereka untuk “hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu” (Ul. 10:12). Bagaimana orang Israel dapat menjalankannya? Jawabannya ada di beberapa ayat kemudian, “Haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir” (ay.19). Menyambut orang asing sama dengan melayani dan memuliakan Allah; menunjukkan kasih dan kepedulian berarti memperlihatkan iman mereka kepada Allah.
Kondisi kita mungkin berbeda dengan kondisi orang Moldova atau orang Israel, tetapi kita juga dapat menunjukkan kasih kita kepada Allah lewat sikap kita yang terbuka menyambut orang lain. Baik dengan membuka rumah kita atau tersenyum ramah kepada orang yang kita temui, kita dapat meneruskan kasih dan perhatian Allah di dunia yang penuh dengan jiwa-jiwa yang terluka dan kesepian. —Amy Boucher Pye
Ketika kamu disambut baik oleh orang lain, pengaruh apa yang kamu alami? Adakah orang tertentu yang teringat oleh kamu ketika berpikir tentang keramahtamahan?
Orang percaya menunjukkan kasih Allah lewat keramahtamahan mereka.

Friday, March 8, 2019

Lemah Lembut Sekaligus Perkasa

Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. —Filipi 4:5
Daily Quotes ODB
Ketika wilayah pendudukan musuh di Belanda makin meluas, Anne Frank dan keluarganya menyiapkan diri lalu pindah ke tempat persembunyian untuk menghindari bahaya. Mereka bersembunyi selama dua tahun di masa Perang Dunia ke-2, sebelum akhirnya ditemukan dan dikirim ke kamp konsentrasi. Walaupun demikian, dalam catatannya yang kemudian diterbitkan sebagai buku terkenal berjudul Diary of a Young Girl, Anne menulis, “Untuk jangka panjang, senjata yang paling ampuh adalah kebaikan hati dan kelemahlembutan.”
Namun, kelemahlembutan bukan hal yang mudah saat kita berhadapan dengan dunia nyata.
Dalam Yesaya 40 kita melihat gambaran Allah yang lemah lembut sekaligus perkasa. Di ayat 11 kita membaca, “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya.” Namun, ayat itu muncul setelah yang ini, ”Lihat, itu Tuhan Allah, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa” (ay.10). Berkuasa penuh, tetapi lemah lembut saat melindungi yang lemah.
Ingatlah juga pada Yesus, yang meraih cambuk dan mengayunkannya untuk membalikkan meja para penukar uang di Bait Allah, tetapi bersikap lemah lembut kepada anak-anak. Dia berkata-kata dengan keras untuk mengecam orang Farisi (Mat. 23) tetapi mengampuni seorang wanita yang membutuhkan belas kasihan-Nya yang lembut (Yoh. 8:1-11).
Memang ada saatnya kita harus bersikap tegas membela yang lemah dan menantang yang lain untuk memperjuangkan keadilan, tetapi kita juga perlu membiarkan “kebaikan hati [kita] diketahui semua orang” (Flp. 4:5). Dalam melayani Allah, terkadang menunjukkan hati yang lemah lembut kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan justru menjadi kekuatan kita yang terbesar. —Dave Branon
Bagaimana kamu mengupayakan keadilan dan belas kasihan dengan lembut tetapi tegas hari ini? Bagaimana Roh Kudus menolong kita agar lemah lembut dan perkasa?
Kelemahlembutan menolong kita menyatakan sikap tanpa menciptakan musuh.

Thursday, March 7, 2019

Lepas dari Kebisingan

Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. —1 Raja-Raja 19:12
Daily Quotes ODB
Beberapa tahun lalu, pimpinan sebuah kampus mengajak para mahasiswa untuk bergabung dalam kegiatan “mematikan gawai” pada suatu malam. Awalnya para mahasiswa merasa berat meninggalkan telepon genggam dan masuk ke kapel. Namun, mereka akhirnya bersedia dan selama satu jam, duduk diam dalam kebaktian yang diisi dengan musik dan doa. Sesudahnya, salah seorang mahasiswa menggambarkan pengalamannya itu sebagai “suatu kesempatan indah untuk menenangkan diri . . . untuk lepas dari segala kebisingan yang tidak perlu.”
Kadang kala memang sulit melepaskan diri dari “kebisingan yang tidak perlu.” Kebisingan dari luar maupun dari dalam diri kita bisa memekakkan telinga. Namun, ketika kita bersedia “mematikannya”, kita akan mulai memahami maksud sang pemazmur yang mengingatkan bahwa kita perlu berdiam diri untuk dapat mengenal Allah (Mzm. 46:11). Dalam 1 Raja-Raja 19, kita melihat bagaimana ketika Nabi Elia mencari Tuhan, ia tidak menemukan-Nya dalam keriuhan angin, gempa bumi, atau api (ay.9-13). Namun kemudian, Elia mendengar bisikan lembut Allah (ay.12).
Dalam suatu keramaian sudah pasti terjadi kebisingan. Saat keluarga dan teman-teman berkumpul bersama, di sanalah terjadi obrolan seru, makan-makan, senda gurau, dan kehangatan. Namun, saat kita membuka hati dalam keteduhan, kita mendapati bahwa waktu-waktu yang dilalui bersama Allah ternyata lebih indah dari semua itu. Seperti Elia, kita lebih mungkin bertemu Allah dalam keheningan. Adakalanya, jika kita memperhatikan dengan sungguh-sungguh, kita juga bisa mendengar bisikan lembut dari-Nya. —Cindy Hess Kasper
Apa yang dapat menolong kamu mendekat kepada Allah dalam ketenangan dan kesendirian? Bagaimana kamu dapat secara teratur menyisihkan gawai maupun meneduhkan pikiranmu?
Dalam keheninganlah kita lebih mungkin mendengar bisikan lembut Allah.

Wednesday, March 6, 2019

Pengembalian Investasi

Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau! —Markus 10:28
Daily Quotes ODB
Pada tahun 1995, para investor pasar modal AS menerima rekor pengembalian tertinggi—rata-rata mendapatkan keuntungan sebesar 37,6 persen atas investasi mereka. Kemudian, di tahun 2008, para investor mengalami kerugian dalam jumlah yang hampir sama besarnya: negatif 37,0 persen. Tingkat keuntungan pada tahun-tahun di antaranya bervariasi besarnya, sehingga mereka yang menginvestasikan uangnya di pasar modal bertanya-tanya—terkadang dengan perasaan takut—bagaimana nasib investasi mereka.
Yesus meyakinkan para pengikut-Nya bahwa mereka akan mendapatkan hasil yang luar biasa apabila mereka menginvestasikan hidup mereka dalam Dia. Mereka “telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut [Dia]”—rumah, pekerjaan, status, dan keluarga untuk mempertaruhkan hidup mereka kepada Yesus (ay.28). Namun, para murid mulai merasa khawatir kalau-kalau investasi mereka akan sia-sia setelah melihat bagaimana seorang yang kaya raya tidak sanggup melepaskan diri dari hartanya yang sangat banyak. Namun, jawab Yesus, setiap orang yang rela berkorban bagi Dia “pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat . . . dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (ay.30). Itu hasil yang sungguh jauh lebih baik daripada hasil investasi mana pun.
Kita tidak perlu mengkhawatirkan “tingkat suku bunga” dalam investasi spiritual kita—kepastian yang kita dapatkan dari Allah sungguh tidak terbandingkan. Tujuan investasi keuangan adalah untuk memperoleh keuntungan finansial sebesar-besarnya. Namun hasil investasi dalam Allah bukanlah berupa rupiah, melainkan sukacita yang datang dari pengenalan akan Dia, sekarang dan selamanya—dan dari membagikan sukacita itu kepada sesama! —Kirsten Holmberg
Apa yang dapat kamu “investasikan” dalam Tuhan hari ini—waktu, bakat, atau hartamu? Sukacita apa saja yang pernah kamu alami dalam hubungan dengan Yesus?
Hidup bagi Tuhan adalah investasi yang tidak pernah gagal.

Tuesday, March 5, 2019

Saat Kita Tidak Terpilih

Lalu mereka membuang undi . . . dan yang kena undi adalah Matias. —Kisah Para Rasul 1:26
Daily Quotes ODB
Seorang teman di Facebook mengumumkan bahwa ia telah berhasil menyelesaikan sebuah proyek. Teman-teman yang lain mengucapkan selamat kepadanya, tetapi pengumumannya itu menusuk hati saya. Seharusnya saya yang menggarap proyek itu. Namun, saya dilewati, tanpa tahu apa alasannya.
Yusuf yang malang. Ia dilewati oleh Tuhan, dan ia tahu apa alasannya. Yusuf merupakan salah satu dari dua orang yang diusulkan untuk menggantikan Yudas. Para murid berdoa, “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini” (Kis. 1:24). Allah tidak memilih Yusuf. Dia pun menunjukkan keputusan-Nya kepada kelompok itu, ketika “yang kena undi adalah Matias” (ay.26).
Ketika para murid mengucapkan selamat kepada Matias, dalam hati saya bertanya-tanya tentang Yusuf. Bagaimana reaksi Yusuf terhadap penolakannya? Apakah ia merasa tertolak, mengasihani diri sendiri, dan menjauhkan diri dari orang? Ataukah ia tetap percaya pada Tuhan dan tetap mendukung pelayanan mereka dengan senang hati?
Saya tahu opsi mana yang terbaik. Saya pun tahu opsi mana yang sebenarnya ingin saya ambil. Sungguh memalukan! Kalau kalian tidak menginginkan saya, terserah. Lihat saja nanti, bisa apa kalian tanpa saya. Pilihan itu terasa lebih menyenangkan, tetapi itu sangat egois.
Yusuf tidak disebut-sebut lagi dalam Alkitab, sehingga kita tidak tahu reaksinya. Yang lebih relevan adalah respons kita saat tidak terpilih. Kiranya kita tetap mengingat bahwa Kerajaan Allah jauh lebih penting daripada kesuksesan kita, dan kiranya dengan senang hati kita melayani dalam peran apa pun yang Dia tentukan bagi kita. —Mike Wittmer
Bagaimana perasaan kamu ketika kamu tidak dipilih atau ditinggalkan? Bagaimana sikap kamu dapat menghalangimu melihat petunjuk Tuhan bagi hidupmu?
Bapa, asalkan aku bisa melayani di dalam Kerajaan-Mu, aku tidak mementingkan bagaimana caranya atau di mana tempatnya.

Monday, March 4, 2019

Selalu Menyertai Kita

Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” —Matius 14:17
Daily Quotes ODB
Wanita itu memusatkan perhatiannya pada rak paling atas, tempat botol-botol saus spageti dipajang. Sudah sejak tadi saya berdiri di sampingnya, memperhatikan rak yang sama dan menimbang-nimbang. Akan tetapi, wanita itu sepertinya tidak menyadari kehadiran saya dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tidak sulit bagi saya untuk mengambil botol dari rak paling atas karena badan saya yang lumayan tinggi. Namun, tidak demikian dengan wanita itu. Saya menyapanya sambil menawarkan bantuan. Wanita itu sempat tersentak, lalu berkata, “Ya ampun, saya tidak sadar kamu ada di sini. Terima kasih bantuannya, Pak.”
Murid-murid Yesus menghadapi situasi yang cukup pelik—orang-orang yang kelaparan, lokasi yang terpencil, dan hari yang semakin larut. Mereka berkata kepada Tuhan, “Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa” (Mat. 14:15). Ketika ditantang oleh Yesus untuk mengurus orang banyak itu, mereka menjawab, “Yang ada pada kami di sini hanya . . .” (ay.17). Yang mereka lihat hanyalah kekurangan mereka. Padahal, tepat di samping mereka berdiri Yesus, yang bukan hanya sanggup melipatgandakan roti, tetapi adalah Roti Hidup itu sendiri.
Sering kali kita terlalu sibuk memikirkan pergumulan hidup kita dan berusaha mencari jalan keluar dengan sudut pandang kita yang terbatas, sampai-sampai kita melupakan kehadiran Kristus yang telah bangkit itu. Padahal, dalam segala situasi kehidupan kita, Dia, Imanuel—Allah yang menyertai kita—selalu siap dan mampu menolong dalam kesesakan kita. —John Blase
Bagaimana kamu dapat meningkatkan kesadaranmu terhadap kehadiran Yesus? Mengapa penting bagi kita mendapatkan sudut pandang Tuhan dalam hal-hal yang kita hadapi?
Di mana pun kita berada dan apa pun tantangannya, Kristus, Imanuel, selalu menyertai kita.

Sunday, March 3, 2019

Maksud dari Penderitaan?

[Allah] menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. —2 Korintus 1:4
Daily Quotes ODB
Ketika Siu Fen menerima kabar bahwa dirinya mengalami gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah seumur hidup, rasanya ia ingin menyerah saja. Sebagai pensiunan yang hidup melajang, ia merasa tidak ada gunanya lagi hidup. Namun, teman-teman meyakinkannya untuk bertahan dan melakukan cuci darah, serta terus percaya bahwa Tuhan akan menolongnya.
Dua tahun kemudian, ia mengunjungi seorang teman gereja yang sakit parah dan mendapati keadaannya persis dengan apa yang pernah dialaminya. Teman itu merasa kesepian, karena tidak banyak orang yang benar-benar memahami kondisinya. Namun, Siu Fen memahami betul penderitaan fisik dan emosional wanita itu sehingga ia bisa menjadi dekat dengannya. Pengalaman Siu Fen membuatnya bisa mendampingi wanita itu dan memberikan penghiburan yang tidak dapat diberikan oleh orang lain. “Kini saya melihat Allah masih bisa memakai saya,” katanya.
Mungkin sulit dimengerti mengapa kita menderita. Namun, Allah dapat memakai penderitaan kita dengan cara yang tidak terduga. Saat kita berpaling kepada-Nya untuk menerima penghiburan dan kasih di tengah masalah, kita juga dikuatkan untuk menolong orang lain. Tidak heran Paulus pun belajar melihat maksud dari penderitaannya sendiri: Ia mendapat kesempatan menerima penghiburan dari Allah, yang kemudian dapat digunakannya untuk memberkati orang lain (2Kor. 1:3-5). Kita tidak diminta untuk menyangkali kesakitan dan penderitaan kita, tetapi kita percaya Allah sanggup menggunakannya untuk kebaikan. —Leslie Koh
Bagaimana Allah telah memakaimu untuk menghibur orang lain? Bagaimana imanmu telah menolongmu bertahan selama ini?
Tuhan, tolong aku tetap mempercayai-Mu di tengah kesulitan, karena yakin bahwa aku akan menerima penghiburan yang tak terbatas dari-Mu dan dimampukan untuk membagikannya kepada orang lain.

Saturday, March 2, 2019

Pencarian Harta Karun

Keuntungan [hikmat] melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. —Amsal 3:14
Daily Quotes ODB
Harta karun yang terpendam. Kedengarannya seperti dongeng anak-anak. Namun, seorang jutawan eksentrik bernama Forrest Fenn mengaku menyembunyikan peti berisi emas permata senilai 2 juta dollar di suatu tempat di Pegunungan Rocky. Banyak orang pun pergi mencarinya. Bahkan, 4 orang kehilangan nyawa saat berusaha memburu harta karun yang tersembunyi itu.
Penulis kitab Amsal memberikan alasan yang patut kita pikirkan sungguh-sungguh: Adakah harta yang begitu berharganya hingga layak ditukar dengan nyawa? Dalam Amsal 4, seorang ayah yang menuliskan nasihat tentang menjalani hidup yang baik kepada anak-anaknya menunjukkan bahwa hikmat adalah satu-satunya harta berharga yang layak dikejar dengan sekuat tenaga (ay.7). Hikmat, katanya, akan menuntun kita dalam menjalani kehidupan, menjaga langkah kita agar tidak tersandung, dan memahkotai kita dengan kehormatan (ay.8-12). Beratus-ratus tahun kemudian, Yakobus, salah seorang murid Yesus, juga menuliskan tentang pentingnya hikmat. “Hikmat yang dari atas,” tulisnya, “adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (Yak. 3:17). Saat kita mencari hikmat, kita akan mendapati segala sesuatu yang baik berkembang dalam hidup kita.
Mencari hikmat pada dasarnya adalah mencari Allah, sumber segala hikmat dan pengertian. Hikmat yang datang dari atas sungguh jauh lebih berharga daripada segala harta terpendam yang pernah kita bayangkan. —Amy Peterson
Apakah kamu selalu mencari hikmat Allah secara aktif? Apa yang bisa kamu lakukan untuk mencari hikmat itu hari ini?
Tuhan, latihlah hatiku untuk mengingini hikmat dan latihlah kakiku untuk berjalan sesuai kehendak-Mu.

Friday, March 1, 2019

Tidak Terbandingkan

Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang. —Amsal 14:30
“Kapan-kapan, akan kutaruh semuanya di Facebook—dan bukan cuma yang baik-baik saja, lho!”
Itu komentar teman saya, Sue—saat makan siang bersama suaminya—yang membuat saya tertawa terbahak-bahak sekaligus berpikir. Media sosial bisa bermanfaat—kita dapat menjalin hubungan dengan teman-teman yang tinggal jauh dan sudah lama tidak berjumpa, serta berdoa untuk mereka. Namun, jika tidak hati-hati, media sosial bisa membuat kita terjebak dalam pandangan hidup yang tidak realistis. Ketika sebagian besar dari apa yang kita lihat di media sosial adalah “hal-hal baik” yang ditampilkan orang, kita bisa tertipu dan mengira hidup orang lain bebas dari masalah, sambil merasa ada yang tidak beres dengan hidup kita sendiri.
Membanding-bandingkan diri dengan orang lain akan membuat kita tidak bahagia. Ketika para murid saling membandingkan diri (lihat Luk. 9:46; 22:24), Yesus segera menengahi mereka. Tak lama setelah kebangkitan-Nya, Yesus memberi tahu Petrus bahwa ia akan menderita karena imannya. Lalu Petrus melihat Yohanes dan bertanya kepada Tuhan, “Apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.” (Yoh. 21:21-22).
Yesus menunjukkan kepada Petrus cara terbaik untuk berhenti membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Saat pikiran kita terfokus kepada Allah dan semua yang telah diperbuat-Nya untuk kita, kita akan mulai berhenti memikirkan diri sendiri dan rindu untuk mengikuti-Nya. Di dunia yang penuh persaingan dan tekanan ini, Dia hadir memberikan kita kasih dan damai sejahtera-Nya. Tiada yang sebanding dengan-Nya. —James Banks
Bagaimana kamu bisa menggunakan media sosial dengan cara-cara yang menghormati Allah? Bagaimana hubungan yang erat dengan Allah dapat menjagamu dari sikap membanding-bandingkan diri dengan orang lain?
Membanding-bandingkan akan merenggut sukacita. —Theodore Roosevelt
 

Total Pageviews

Translate