Pages - Menu

Tuesday, April 30, 2013

Tawaran Menggiurkan


Baca: 1 Petrus 1:3-9

. . . , yang karena rahmat [Allah] yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. —1 Petrus 1:3

Saya merasa takjub melihat berbagai tawaran menggiurkan yang membanjiri kotak surat elektronik saya setiap harinya. Baru-baru ini saya coba menjumlahkan uang gratis yang ditawarkan kepada saya dalam satu minggu dan total yang bisa saya raup adalah 26 juta dolar AS. Namun tak ada satu pun tawaran itu yang benar. Setiap tawaran itu—dari hadiah satu juta dolar hingga tawaran tujuh juta dolar—tidak lain adalah kebohongan yang dikirim oleh para penipu untuk memeras uang saya.

Kita semua rentan tergoda pada tawaran yang menggiurkan dan penipuan yang pada kenyataannya hanya akan mendatangkan masalah. Kita ditawari harapan palsu yang berujung pada impian yang hancur.

Namun ada satu tawaran yang benar, sekalipun terdengar begitu sulit dipercaya. Itulah tawaran Allah kepada kita, yakni keselamatan melalui iman kepada karya sempurna Yesus di atas kayu salib: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” (Kis. 16:31). Itu adalah tawaran yang dibayar mahal oleh-Nya—dan kitalah yang menerima manfaatnya. Kitab Roma menuliskan, “Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (4:25).

Dengan menerima tawaran keselamatan, kita pun mempunyai pengharapan (Tit. 1:2), damai sejahtera (Rm. 5:1), pengampunan dosa (Ef. 1:7), kekayaan berlimpah (2:7), dan penyelamatan (4:30). Inilah tawaran yang benar. Kematian dan kebangkitan Yesuslah yang menjamin kebenarannya. —JDB

Agung benar, ya Tuhanku:
Engkau tersiksa gantiku!
Agung benar, ya Tuhanku:
Engkau tersiksa gantiku! —Wesley
(Kidung Jemaat, No. 31)

Keselamatan kita dibayar mahal oleh Allah, tetapi diterima secara cuma-cuma oleh kita.

Monday, April 29, 2013

Mengatasi Kabar Buruk


Baca: Mazmur 4

Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN! —Mazmur 4:7

Banyak orang berkata, ‘Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?’” (Mzm. 4:7). Perkataan Daud ini tampaknya menggambarkan pandangan pesimistis yang begitu mudah kita anut di tengah budaya kita masa kini. Berita di halaman depan surat kabar dan tajuk utama di Internet atau televisi tampaknya terpusat pada topik kejahatan, kecelakaan, politik, ekonomi dan para tokoh terkemuka yang berperilaku buruk. Percakapan kita di tempat kerja dan di tengah keluarga dibumbui kabar tentang masalah demi masalah, dan suasana pun menjadi muram. Di mana kita bisa mendapat kabar yang lebih baik?

Di tengah semua masalah yang dihadapinya, Daud datang kepada Tuhan, yang memberinya kelegaan (ay.2) dan mendengar doanya (ay.4). Alih-alih mengharapkan hikmah sesaat yang timbul dari keadaan yang berubah, Daud mendapat penguatan yang tidak berkesudahan di dalam Allah. “Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN” (ay.7). Ia pun memperoleh sukacita di dalam hati yang melampaui segala kelimpahan atau keberhasilan duniawi apa pun (ay.8).

Sepanjang hidup Daud, baik sebelum atau setelah menjadi raja Israel, ia tidak pernah tidak mempunyai musuh. Namun di penghujung hari, ia bisa berkata, “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur; sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman” (ay.9).

Merenungkan kebenaran tentang pemeliharaan Allah atas kita yang tertulis dalam Mazmur 4 merupakan cara yang baik untuk memulai dan mengakhiri hari demi hari. —DCM

Meyakini pemeliharaan-Nya
Aku akan tertidur lelap,
Karena Tuhan Penyelamatku
Akan menjagaku tetap. —Psalter

Allah adalah tempat berteduh yang aman di tengah badai hidup yang menerjang.

Sunday, April 28, 2013

Saat-Saat Mengerikan

Baca: Mazmur 23

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. —Mazmur 23:4

Ketika anak sulung kami lahir, istri saya, Marlene, telah menjalani proses bersalin selama lebih dari 30 jam, dan ini membuat dirinya dan si bayi sangat tertekan. Dokter yang bertugas saat itu adalah seorang dokter pengganti yang tidak mengetahui keadaan Marlene dan kehamilannya. Alhasil, sang dokter tidak tanggap dalam memutuskan untuk melakukan bedah sesar darurat, dan trauma yang dialami bayi laki-laki kami membuatnya harus ditempatkan di ruang perawatan intensif pasca kelahiran. Pihak rumah sakit tidak berdaya menolong bayi kami untuk mengatasi keadaannya yang diakibatkan trauma itu.

Atas kasih karunia Allah, Matt pun pulih—tetapi rasanya tidak ada pengalaman lain di dalam hidup saya yang lebih mengerikan daripada saat-saat saya berdiri di sisi ranjang Matt di ruang perawatan intensif itu. Namun saya tahu Tuhan menyertai saya ketika saya berbicara kepada-Nya melalui doa.

Di saat-saat mengerikan di dalam hidup (dan semua keadaan lainnya juga), tidak ada yang bisa memberikan penghiburan pada hati yang sedang terluka kecuali kehadiran dan pemeliharaan Allah yang nyata. Daud sang pemazmur menulis, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” (Mzm. 23:4).

Tuhan hadir di tengah rasa takut yang melanda dengan hebatnya. Kehadiran-Nya yang menghibur hati akan menopang kita melewati pencobaan yang terberat sekalipun. —WEC

Sewaktu hidupku tenang dan aman,
Ataupun susah menimpa—
‘Ku di mana pun, Tuhan yang menuntun,
Jiwaku, jiwaku tenanglah. —Spafford
(Buku Lagu Perkantas, No. 140)

Kehadiran Allah memberikan damai sejahtera.

Memanggil Anda


Baca: 1 Samuel 3:1-10

Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. —1 Samuel 3:6

Bersama sepasang rekan kerja saya, kami baru saja melewati pemeriksaan keamanan bandara dan sedang berjalan menuju gerbang tujuan kami. Saat itulah saya mendengar nama saya disebut: “Panggilan kepada Anne Cetas. Panggilan kepada Anne Cetas.” Nama saya bukanlah nama yang umum, jadi kami tahu bahwa itu ditujukan kepada saya. Saya mengira telah melupakan sesuatu dan meninggalkannya di tempat pemeriksaan. Saya bertanya kepada seorang petugas maskapai, lalu ia memberi tahu saya untuk menggunakan telepon berwarna merah, menyebut nama saya, lalu bertanya mengapa saya dipanggil. Saya mencari telepon itu dan terhubung dengan seorang operator. Namun operator itu berkata, “Tidak, kami tidak memanggil Anda.” Saya berkata, “Itu pasti nama saya.” Ia menjawab dua kali, “Tidak, kami tidak memanggil Anda.” Saya tak pernah tahu mengapa nama saya dipanggil hari itu.

Dahulu kala, seorang anak laki-laki bernama Samuel mendengar namanya dipanggil (1Sam. 3:4). Kitab Suci mengatakan bahwa ia “belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya” (ay.7). Eli, imam di rumah Allah itu, harus membantunya memahami siapa yang memanggilnya (ay.8-9). Allah kemudian menyatakan rencana-Nya atas hidup Samuel.

Tuhan juga memiliki rencana bagi kita dan Dia berbicara pada hati kita: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Itulah panggilan-Nya kepada kita untuk menerima berkat keselamatan, kelegaan dan damai sejahtera dari-Nya.

Sang Juruselamat memanggil kita untuk datang kepada-Nya. —AMC

Yesus memanggilku—aku harus ikut,
Mengikut-Nya saat ini juga;
Saat suara lembut-Nya meminta,
Bagaimana bisa aku menunda? —Brown

Kristus memanggil mereka yang gelisah untuk memperoleh kelegaan di dalam diri-Nya.

Saturday, April 27, 2013

Musim Yang Terbaik


Baca: Efesus 5:15-21

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, . . . dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. —Efesus 5:15-16

Hidup ini berjalan seperti cuaca yang musim-musimnya datang silih berganti. Suka atau tidak, jalan hidup mendesak kita untuk keluar dari satu musim dan masuk ke musim berikutnya. Dan ketika terdesak masuk ke musim berikutnya, kita sering merasa bimbang bahkan takut pada apa yang akan terjadi pada kita.

Hal ini dialami terutama di musim-musim penghujung hidup kita, ketika kita dihantui dengan berbagai pikiran seperti: Apa saya akan ditinggal sendiri? Apa saya akan selalu sehat? Apa uang saya akan cukup? Apa pikiran saya akan tetap jernih? Sebagaimana halnya dengan setiap musim kehidupan, kita harus memilih—menyia-nyiakan musim itu dengan diliputi oleh ketakutan atau, seperti yang dikatakan Paulus, menggunakan “waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef. 5:16).

Apa pun musim yang sedang Anda jalani, Anda dapat senantiasa mengandalkan kesetiaan Allah. Dia telah berfirman, “‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’ Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: ‘Tuhan adalah penolongku. Aku tidak akan takut’” (Ibr. 13:5-6).

Karena kehadiran Allah dan pemeliharaan-Nya atas Anda, Anda bisa menggunakan waktu Anda sebaik-baiknya di setiap musim yang ada dengan sungguh-sungguh mengikut Yesus, merenungkan firman- Nya dan berdoa, lebih sungguh mengasihi dan mengampuni, dan melayani sesama dengan penuh sukacita dan kemurahan hati.

Allah telah memberkati kita dengan musim yang kita jalani saat ini—gunakanlah sebaik-baiknya! —JMS

Tuhan, berilah aku kerelaan untuk menerima keadaan hidup yang
kualami saat ini, dan tolong aku untuk mengalahkan rasa takut yang
membuatku menyia-nyiakan waktu yang ada. Berilah aku hikmat
dan hasrat untuk menggunakan setiap hari bagi kemuliaan-Mu.

Hidup itu berarti—gunakanlah sebaik-baiknya!

Friday, April 26, 2013

Sulit Untuk Dikasihi


Baca: Kisah Para Rasul 13:13-23

Empat puluh tahun lamanya Ia sabar terhadap tingkah laku mereka di padang gurun. —Kisah Para Rasul 13:18

Bertahun-tahun lalu dalam suatu acara perkemahan, saya melayani sebagai konselor bagi sejumlah remaja lelaki yang nakal. Saya merasa tertantang dalam menangani perilaku mereka. Mereka suka menyiksa hewan di kebun binatang dan terkadang saling berkelahi. Jadi saya berusaha untuk bersikap tenang sekaligus tegas dalam membimbing mereka. Meski mereka sering membuat saya frustrasi, saya selalu memastikan bahwa kebutuhan fisik mereka terpenuhi.

Walaupun saya bersikap ramah dan penuh kasih, sering kali saya makan hati dalam menghadapi mereka dan bersikap “sabar terhadap” mereka. Perasaan itu membuat saya sungguh-sungguh merenungkan tentang bagaimana Bapa surgawi yang penuh kasih memelihara anak-anak-Nya yang keras kepala. Ketika mengisahkan tentang bangsa Israel yang keluar dari Mesir, Paulus berkata, “Empat puluh tahun lamanya [Allah] sabar terhadap tingkah laku mereka di padang gurun” (Kis. 13:18). Dalam bahasa Yunani, frasa “sabar terhadap” kemungkinan besar berarti Allah dengan sabar memenuhi kebutuhan umat itu meski mereka bersikap tidak tahu berterima kasih.

Mungkin ada orang-orang yang tidak menanggapi dengan baik usaha kita untuk menunjukkan kasih dan perhatian. Ketika ini terjadi, ada baiknya kita mengingat bahwa Allah sabar terhadap kita. Dan Dia telah mengaruniakan Roh Kudus-Nya untuk menolong kita agar dengan penuh kasih menanggapi mereka yang rasanya sulit untuk dikasihi atau yang tidak tahu berterima kasih (Gal. 5:22-23).

Berikan kami kesabaran-Mu, ya Tuhan, terhadap siapa pun yang terasa sulit untuk dikasihi dalam hidup kami. —HDF

Aku menginginkan kasih yang siap menanggung
Apa pun yang diberikan tangan Bapaku;
Aku menginginkan kasih yang sabar menanggung
Kesalahan dari lawan maupun kawan. —NN.

Sabarlah terhadap sesama sebagaimana Allah telah bersabar terhadap Anda.

Thursday, April 25, 2013

Setia Sampai Akhir


Baca: Ibrani 12:1-4

. . . marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. —Ibrani 12:1

Setelah berlari sejauh 32 kilometer dalam Lomba Maraton Salomon Kielder di Inggris, seorang pelari berhenti lalu menumpang sebuah bus dan turun di daerah pepohonan dekat garis akhir. Kemudian, ia ikut bergabung kembali ke dalam lomba dan merebut juara ketiga. Ketika ditanya oleh petugas lomba, ia beralasan bahwa ia berhenti berlari karena sudah lelah.

Banyak dari kita bisa memahami kelelahan yang dirasakan para olahragawan yang sudah kepayahan karena kita juga menempuh suatu perlombaan iman. Kitab Ibrani mendorong kita untuk “berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (12:1). Berlomba dengan tekun mengharuskan kita untuk menyingkirkan dosa yang menghalangi langkah kita dan menanggalkan beban berat yang memperlambat laju kita. Kita harus tetap maju meski kita mungkin mengalami penganiayaan (2Tim. 3:12).

Agar kelemahan dan keputusasaan tidak berdiam di dalam jiwa kita (Ibr. 12:3), Alkitab mendorong kita untuk memusatkan perhatian kepada Kristus. Ketika kita lebih memperhatikan Dia daripada pergumulan kita, kita akan melihat Dia berlari di sisi kita—menopang ketika kita tersandung (2Kor. 12:9) dan menyemangati kita dengan teladan-Nya (1Ptr. 2:21-24). Dengan mengarahkan pandangan kepada Yesus “yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibr. 12:2), kita akan ditolong untuk tetap dekat dengan sumber kekuatan kita dan untuk tetap setia sampai akhir. —JBS

Pandanglah pada Yesus,
Pandanglah wajah mulia-Nya;
Di dalam terang kemuliaan-Nya,
Dunia akan menjadi hampa. —Lemmel
(Buku Lagu Perkantas, No. 74)

Kita bisa mencapai akhir dengan meyakinkan ketika kita memusatkan perhatian kepada Kristus.

Wednesday, April 24, 2013

Sekarang Saya Melihat


Baca: Yohanes 14:15-27

Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. —Yohanes 14:26

Deborah Kendrick sangat suka menghadiri pertunjukan drama musikal Broadway meski ia seorang tunanetra dan selalu berjuang keras untuk memahami tata letak panggung dan pergerakan dari para tokoh di atas pentas. Namun baru-baru ini, ia menghadiri suatu pertunjukan yang memanfaatkan D-Scriptive, suatu teknologi baru yang meneruskan laporan pandangan mata tentang bagian demi bagian pementasan melalui sebuah alat berukuran kecil yang bisa menerima gelombang FM. Rekaman narasi, yang terhubung dengan alat pengatur cahaya dan suara, akan menggambarkan tata letak dan pergerakan cerita yang sedang berlangsung di atas panggung. Dalam tulisannya untuk The Columbus Dispatch, Deborah berkata, “Jika Anda bertanya apakah minggu lalu saya menyaksikan pertunjukan di New York, jawaban saya adalah ya . . . Saya menjawab dengan jujur dan sungguh-sungguh telah menyaksikan pertunjukan itu.”

Pengalamannya itu menyentak saya sebagai suatu gambaran yang tepat akan peran Roh Kudus yang menolong kita memahami firman Allah. Sesaat sebelum Yesus disalib, Dia berkata kepada para murid- Nya bahwa “Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26).

Ketika kita membaca atau mempelajari Alkitab, Roh Kebenaran itu menyertai kita untuk memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (16:13). Kita yang tadinya buta akan bisa melihat dengan panduan dari Roh Kudus. —DCM

Tuhan, pecahkanlah roti hayat, Bagai di tasik dulu Kau buat.
Kau kerinduanku, ya Tuhanku,
Dikau ‘kucari dalam sabda-Mu. —Lathbury
(Kidung Jemaat, No. 464)

Bapa mengaruniakan Roh Kudus untuk mengajarkan firman-Nya kepada kita.

Tuesday, April 23, 2013

Karya Seni Debu


Baca: Kejadian 2:1-7

Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. —Kejadian 2:7

Ketika Allah memilih debu tanah sebagai bahan untuk menciptakan Adam (Kej. 2:7), Dia tidak perlu cemas akan kehabisan bahan baku. Menurut Hannah Holmes, penulis The Secret Life of Dust (Rahasia Kehidupan Debu), “Ada 1 hingga 3 milyar ton debu gurun terbang ke angkasa setiap tahunnya. Satu milyar ton debu bisa mengisi 14 juta gerbong kereta yang jika dibariskan bisa mengelilingi garis khatulistiwa Bumi sebanyak enam kali.”

Karena jumlahnya yang berlimpah ruah itu, tidak seorang pun perlu membeli debu. Di rumah, saya mengacuhkannya selagi saya bisa. Alasan saya sederhana: Jika saya tidak mengusiknya, debu itu tidak akan begitu terlihat. Namun pada akhirnya debu akan menumpuk sedemikian rupa, sehingga saya tak bisa lagi menganggap debu itu tidak ada. Akhirnya, saya harus mengeluarkan semua peralatan pembersih dan mulai menyingkirkan debu yang sudah lama menumpuk itu.

Selagi membersihkan debu, saya bisa melihat wajah saya tercermin pada permukaan yang mengkilap. Kemudian saya melihat hal lain: Saya melihat Allah mengambil debu yang tidak berharga dan membentuknya menjadi sesuatu yang tak ternilai—yaitu Anda, saya, dan setiap manusia (Kej. 2:7).

Kenyataan bahwa Allah menggunakan debu untuk menciptakan manusia membuat saya berpikir ulang jika saya hendak menyebut seseorang atau sesuatu itu tidak berharga. Mungkin sesuatu yang hendak saya singkirkan—baik itu seseorang atau suatu masalah yang menjengkelkan—justru menjadi bahan yang Allah berikan untuk menyatakan kemuliaan-Nya. —JAL

Tuhan, terlalu sering aku begitu cepat mengabaikan orang lain
atau menolak keadaan yang sulit. Tolong aku agar melalui
semua itu, aku bersedia untuk belajar dari-Mu dan
melihat kemuliaan-Mu.

Karena kita semua tercipta dari debu tanah yang sama, marilah saling mengasihi dan bersikap adil. —Longfellow

Monday, April 22, 2013

Satu Demi Satu


Baca: Kisah Para Rasul 8:26-35

Maka mulailah Filipus . . . memberitakan Injil Yesus kepadanya. —Kisah Para Rasul 8:35

Edward Payson adalah pengkhotbah ternama di masa silam. Di suatu hari Minggu yang diliputi badai, ia hanya mempunyai satu orang pendengar. Beberapa bulan kemudian, si pendengar tunggal itu berkata kepadanya: “Saya dibimbing kepada Sang Juruselamat melalui ibadah itu. Karena setiap kali Anda berbicara tentang dosa dan keselamatan, saya melirik ke sekeliling untuk melihat kepada siapa Anda tujukan ucapan tersebut. Namun karena tak ada siapa pun di sana kecuali saya, saya tak punya pilihan kecuali menerima setiap perkataan yang Anda ucapkan itu ke dalam hati dan jiwa saya!”

Allah menyelamatkan kita satu demi satu. Jika Anda hanya bisa menjangkau satu orang, orang itulah ladang penginjilan Anda. Sebuah slogan berbunyi: “Setiap jiwa yang percaya Kristus adalah penginjil; setiap jiwa tanpa Kristus adalah ladang penginjilan”. Kita tak bisa menjangkau seluruh dunia seorang diri, tetapi kita bisa mengasihi sesama. “Siapakah sesamaku?” kita bertanya. Sesama kita adalah orang-orang yang kita temui sepanjang hidup ini.

Roh Allah membawa Filipus kepada seorang sida-sida Etiopia yang sedang membaca Kitab Suci dan diperlukan seseorang untuk menjelaskan makna bacaan itu kepadanya (Kis. 8:26-35). Roh Allah memberikan kata-kata yang tepat untuk dikatakan Filipus, dan sida-sida itu pun menyatakan imannya kepada Kristus (ay.37).

Mintalah kepada Allah untuk membawa Anda kepada seseorang yang sudah disiapkan-Nya. Dia akan membawa Anda ke tempat dan waktu yang tepat untuk berbicara dengan orang itu. Dia akan berbicara melalui bibir Anda, berkarya melalui tangan Anda, dan menggenapi kehendak-Nya yang mulia di dalam diri Anda. —DHR

Bapa, kami telah dipanggil untuk bersaksi—
Dipanggil untuk memberitakan Putra-Mu;
Roh Kudus, berilah kami kepekaan;
Pimpin kami pada yang sedang mencari. —D. DeHaan

Keberhasilan Anda dalam Kerajaan Allah diukur dari kesetiaan Anda pada panggilan-Nya.

Sunday, April 21, 2013

Diciptakan Dengan Ajaib


Baca: Mazmur 139:13-18

Ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. —Mazmur 139:14

Selagi memeriksakan mata baru-baru ini, dokter saya mengeluarkan sebuah peralatan yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Saya bertanya kepadanya tentang alat itu dan ia menjawab, “Saya akan menggunakannya untuk memotret bagian dalam dari sisi belakang mata Anda.”

Saya kagum ketika mengetahui seseorang telah menciptakan kamera yang bisa melakukan hal itu. Namun saya lebih kagum lagi pada sesuatu yang dapat dipelajari dokter saya melalui foto tersebut. Ia berkata, “Hanya dengan melihat sisi belakang dari mata Anda, kami bisa mengetahui seluk-beluk kondisi kesehatan Anda secara umum saat ini.”

Komentar dokter tersebut membuat saya sangat takjub. Sungguh mengagumkan bagaimana seluruh kondisi kesehatan seseorang dapat diukur dari kesehatan matanya. Betapa jelinya Allah menempatkan setiap bagian terkecil di dalam tubuh manusia yang diciptakan-Nya! Saya segera teringat pada perkataan Daud, sang pemazmur, yang mengungkapkan kekagumannya pada kreativitas Allah: “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dashyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya” (Mzm. 139:14).

Segala kerumitan yang luar biasa dari tubuh kita mencerminkan kejeniusan dan hikmat dari Pencipta kita yang agung. Keajaiban rancangan-Nya tidak hanya memukau kita, tetapi juga mendorong kita untuk senantiasa menyembah Dia! —WEC

Tuhan, kami begitu kagum kepada-Mu! Terima kasih karena Engkau
menciptakan kami dengan begitu rumit dan jeli dan Engkau
mengenal kami dengan begitu dalam. Kami mengasihi-Mu dan
mempercayakan hidup kami kepada-Mu.

Setiap makhluk hidup diciptakan oleh Allah dan menampilkan keindahan karya tangan-Nya.

Saturday, April 20, 2013

Dikuatkan Melalui Penderitaan


Baca: 1 Petrus 5:1-11

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, . . . menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. —1 Petrus 5:10

Suatu ibadah gereja sering diakhiri dengan doa berkat. Doa berkat yang umum diucapkan terambil dari pesan penutup Petrus dalam suratnya yang pertama: “Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya” (1Ptr. 5:10). Terkadang frasa “sesudah kamu menderita seketika lamanya” dihilangkan dari doa berkat tersebut. Mengapa? Mungkin karena berbicara mengenai penderitaan tidak terlalu menyenangkan.

Namun seharusnya kita tidak terkejut ketika penderitaan datang menerpa kita. Rasul Paulus, yang tahu benar apa artinya menderita, menulis: “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2Tim. 3:12).

Jika kita hidup tunduk kepada Allah (1Ptr. 5:6) dan melawan si Iblis (ay.9), tidaklah mengherankan apabila kita dicemooh, disalahpahami, dan bahkan dimanfaatkan. Namun Rasul Petrus berkata bahwa penderitaan itu mengandung suatu maksud. Penderitaan dimaksudkan untuk “melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu” (ay.10).

Tuntunan Allah bagi pertumbuhan iman kita sering kali mengharuskan kita untuk melalui berbagai kesulitan. Namun semuanya itu mengokohkan kita untuk menghadapi berbagai badai hidup di masa yang akan datang. Kiranya Allah menolong kita agar tetap setia seiring dengan usaha kita untuk sungguh-sungguh hidup memuliakan nama-Nya. —CPH

Ya Tuhan, kiranya aku kelak
Tak gentar diterpa aniaya;
Karena janji-Mu bahwa yang setia
Akan diberi mahkota kemenangan. —Bosch

Ketika Allah hendak menguatkan kita, Dia mendidik kita melalui kesulitan.

Friday, April 19, 2013

Dari Suram Menjadi Cantik


Baca: Ayub 42:10-17

TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu. —Ayub 42:12

Musim semi adalah waktu ketika Allah mengingatkan kita bahwa ada kalanya sesuatu tidak seburuk penampilannya. Dalam rentang beberapa minggu saja, yang semula terlihat mati tak berdaya menjadi hidup kembali. Daerah hutan yang suram berubah menjadi pemandangan yang penuh warna. Ranting pepohonan yang kering sepanjang musim dingin, seakan seperti tangan-tangan yang memohon untuk diberi pakaian, tiba-tiba berhiaskan gaun hijau yang penuh renda. Bunga-bunga yang layu dan gugur ke tanah karena menyerah pada udara dingin perlahan-lahan bangkit dari dalam bumi seolah menentang kematian.

Dalam Kitab Suci, kita membaca tentang sejumlah keadaan yang kelihatannya tanpa harapan. Salah satunya adalah mengenai seorang pria kaya-raya bernama Ayub yang digambarkan Allah sebagai orang yang berintegritas (Ayb. 2:3). Bencana kemudian menimpa dan Ayub pun kehilangan segalanya yang berarti baginya. Dalam kesengsaraan, ia berkata, “Hari-hariku . . . berakhir tanpa harapan” (7:6). Bukti yang dilihat Ayub dan para sahabatnya bahwa Allah telah berpaling darinya ternyata tidak demikian. Allah begitu yakin pada integritas Ayub sehingga Dia mempercayainya dalam peperangan melawan Iblis ini. Pada akhirnya, harapan dan hidup Ayub pun diperbarui.

Ketika berada dalam keadaan yang tampaknya membuat putus asa, saya sungguh terhibur oleh kepastian datangnya musim semi tahun demi tahun. Bersama Allah, tidak ada keputusasaan. Sesuram apa pun tampaknya pemandangan hidup ini, Allah sanggup mengubahnya menjadi taman asri yang penuh warna dan wewangian. —JAL

Ya Allah, kami mohon iman kami diperbarui,
Demi keyakinan dalam segala perbuatan kami,
Demi harapan yang tak pernah pudar,
Demi kemenangan di takhta karunia-Mu. —Brandt

Bersama Allah, selalu ada harapan bahkan dalam keadaan yang membuat putus asa.

Thursday, April 18, 2013

Kenyamanan Rumah Sendiri


Baca: Yohanes 14:1-6

Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal . . . Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. —Yohanes 14:2

Suatu kali, semasa bekerja sebagai staf bagian sumber daya manusia untuk suatu perusahaan konstruksi, kami mendapat pekerjaan di negara bagian tetangga. Ini berarti setiap harinya para pekerja kami harus menempuh perjalanan pulang-pergi masing-masing dua jam, ditambah waktu kerja satu hari penuh. Untuk meringankan beban, kami memesan kamar motel untuk keperluan menginap sepanjang minggu, tetapi kami juga menyiapkan kendaraan dan sopir untuk mengantar mereka yang memutuskan untuk pulang hari. Alhasil, hampir semua pekerja memilih pulang!

Seorang pekerja kami yang suka mengeluh tidak lagi bersikap demikian ketika melukiskan istri dan keempat putranya begitu gembira sekaligus terkejut pada malam pertama ia kembali. Ia tidak memberi tahu mereka bahwa ia akan pulang, sehingga kehadirannya yang tak diduga itu mengejutkan mereka. Istrinya lalu menghubungi pemilik perusahaan untuk berterima kasih dan menyatakan bahwa keluarga mereka akan “setia seumur hidup” kepada siapa pun yang memahami betapa pentingnya rumah bagi pekerjanya.

Siapa pun yang pernah jauh dari rumah, meski hanya sebentar, akan memahami penghiburan yang diperoleh para murid dari perkataan Yesus ketika Dia menjanjikan ada rumah kekal yang menanti mereka (Yoh. 14:2). Lalu untuk melengkapi sukacita mereka, Yesus memberitahukan bahwa Dia akan menyiapkan dan membawa mereka ke rumah itu. Yang paling luar biasa, Dia juga akan berada di sana (ay.3).

Ingatlah penghiburan terbesar dalam hidup ini: Yesus berjanji bahwa suatu hari nanti kita akan pulang ke rumah untuk hidup bersama-Nya. —RKK

Bapa Surgawi, kami bersyukur kepada-Mu atas perkataan Tuhan
Yesus yang menjawab kerinduan terdalam jiwa kami akan harapan
dan penghiburan tentang rumah yang kekal. Kami ingin hidup
bersama-Mu. Dalam nama Yesus, amin.

Tiada tempat senyaman rumah, tiada tempat seindah surga.

Wednesday, April 17, 2013

Tanjung Pencobaan


Baca: Yakobus 1:1-8

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. —Yakobus 1:2-3

Pada tanggal 10 Juni 1770, kapal yang dinakhodai James Cook asal Inggris menghantam sebuah karang di lepas pantai timur laut Australia. Cook pun mengarahkan kapalnya menuju ke perairan yang lebih dalam tetapi ia kembali menghantam karang, dan kali ini tabrakan itu hampir menenggelamkan kapalnya. Pengalaman ini mendorong Cook untuk menulis dalam catatan pelayarannya: “Ujung utara ini dinamai Cape Tribulation (Tanjung Pencobaan) karena di sinilah awal semua masalah kami.”

Banyak dari kita telah mengalami suatu pencobaan yang tampaknya memicu datangnya serangkaian pencobaan lainnya. Kehilangan pekerjaan, kematian orang yang dicintai, perceraian yang tidak dikehendaki, atau memburuknya kesehatan, dapat menjadi bagian dari daftar tersebut.

Meski krisis bisa jadi merupakan “Tanjung Pencobaan” bagi kita, Allah tetap berdaulat penuh dan tentu masih memegang kendali. Dia bermaksud memakai percobaan untuk membangun ketahanan dalam diri kita. Yakobus menulis: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan” (Yak. 1:2-3). Makna kata yang diterjemahkan menjadi “ketekunan” adalah memiliki kekuatan yang tetap teguh atau kemampuan untuk bertahan.

Di tengah pencobaan yang menjungkirbalikkan hidup Anda, ingatlah bahwa Allah masih terus berkarya. Dia hendak memakai pengalaman Anda di “Tanjung Percobaan” untuk membangun karakter Anda. Dia telah menjanjikan kasih karunia-Nya untuk menolong Anda melewati semua itu (2Kor. 12:9). —HDF

Dia limpahkan karunia kala beban bertambah berat,
Dia tambahkan kekuatan kala jerih payah meningkat;
Saat bertambah derita, bertambah pula belas kasih-Nya,
Saat cobaan berlipat, damai pun dilipatgandakan-Nya. —Flint

Iman bertumbuh paling baik di masa-masa pencobaan. —Rutherford

Tuesday, April 16, 2013

Tentang Uang


Baca: 1 Timotius 6:6-12

Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah . . . . —1 Timotius 6:17

Marilyn dan Steven baru menikah beberapa tahun, dan kondisi keuangan mereka agak ketat. Namun ketika Marilyn melihat seprai mereka yang usang, ia ingin menggantinya. Jadi ia memutuskan untuk membeli seprai baru dengan kartu kredit—dengan harapan ia akan mendapatkan cukup uang untuk melunasinya, bagaimanapun caranya.

Renungan yang dibacanya hari itu mengacu ke Amsal 22:27 (BIS), “Nanti jika engkau tidak sanggup melunasinya, tempat tidurmu pun akan disita.” Ayat itu mengejutkan Marilyn dan ia pun memutuskan tidak jadi berhutang demi memiliki seprai baru.

Keputusan tentang cara menggunakan uang kita adalah urusan pribadi kita dengan Tuhan, dan terkadang itu bukan keputusan yang mudah. Namun Allah telah memberikan petunjuk dalam firman-Nya. Dia berkata kepada kita: “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu” (Ams. 3:9), dan “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Mat. 6:24).

Dengan menghayati kebenaran-kebenaran tersebut, kita menelusuri lebih jauh ke dalam firman-Nya yang dapat menolong kita untuk menggunakan uang dengan cara yang bijaksana. Kita membaca pernyataan ini: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan” (Luk. 12:15). Ayat lain mengatakan, “Yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi” (Ams. 22:7). Dan dalam 1 Timotius, kita didorong untuk “suka memberi dan membagi” (6:18).

Uang adalah urusan yang besar. Sebagai Allah yang menyediakan segala kebutuhan kita, Dia dapat menunjukkan kepada kita cara menggunakan uang yang membawa kemuliaan bagi-Nya. —JDB

Tuhan, terkadang urusan uang dan keuangan membuat kewalahan.
Betapa sulitnya mengambil keputusan, oleh karena itu
pimpinlah diriku dan berilah hikmat untuk menggunakan
keuanganku dengan cara yang menyenangkan-Mu.

Jangan biarkan harta menjadi allahmu.

Monday, April 15, 2013

Baik Sekali, David Schumm


Baca: Yesaya 35:3-10

“Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang . . . .” —Yesaya 35:4

Di ibadah untuk mengenang mendiang David Schumm, kami mengingat kembali optimisme, ketekunan, dan iman seorang pria yang menderita cerebral palsy akut (gangguan fungsi otak dan saraf). Sepanjang 74 tahun hidupnya, ia harus berusaha keras bahkan untuk melakukan hal-hal sederhana di dalam kehidupannya sehari-hari. Ketika menjalani semua itu, ia tetap tersenyum dan berusaha membantu sesama dengan mengabdi selama lebih dari 23.000 jam sebagai volunter di rumah sakit serta memberikan nasihat kepada para remaja bermasalah.

David memilih Yesaya 35:3-10 untuk dibacakan dalam kebaktiannya: “Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: ‘Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!’ . . . Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara” (ay.3-4,6). Janji ini, yang diberikan kepada bangsa Israel saat mereka berada dalam pembuangan, mengingatkan kita akan pengharapan kita pada suatu masa ketika kelak Kristus akan kembali bagi mereka yang percaya dan mengikut Dia.

Sepanjang minggu-minggu terakhir hidupnya, David sering menunjukkan kepada para penjenguknya sebuah gambar Yesus berukuran besar yang ada di dekat tempat tidurnya, sambil berkata, “Dia akan segera datang menjemputku.” Inilah pengharapan yang diberikan Yesus Kristus kepada semua anak-Nya, dan yang mendorong kita untuk mengucapkan syukur dan pujian bagi-Nya! —DCM

Kabar yang indah benar, Kidung besar menggegar,
Sabda Rajamu dengar!
Yesus ‘kan datang seg’ra. —D. Peterson
(Pujian Bagi Sang Raja, No. 1398)

Hiduplah seolah-olah Kristus mati kemarin dan akan datang kembali hari ini.

Sunday, April 14, 2013

Ceritakan Kisahnya


Baca: Mazmur 78:1-8

. . . , tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya. —Mazmur 78:4

Dalam wawancara dengan majalah Wired, pembuat film George Lucas ditanya tentang bagaimana ia ingin dikenang. Ia menjawab: “Saya akan dikenang sebagai seorang pembuat film . . . Semoga beberapa kisah yang saya ceritakan masih akan tetap relevan. . . . Jika Anda adalah orangtua, Anda tahu bahwa Anda harus meneruskan pelajaran hidup kepada anak-anak Anda. Jika tidak demikian, mereka harus jatuh-bangun mempelajarinya sendiri . . . Jadi kisah-kisah lama harus disampaikan lagi dalam bentuk yang bisa diterima setiap generasi baru. Rasanya saya tak akan berpaling terlalu jauh dari kisah-kisah lama, karena saya pikir kisah-kisah itu masih perlu diceritakan.”

Dalam Mazmur 78, pemazmur menyadari adanya kemungkinan umat Allah akan melupakan karya ajaib Allah dan menjadi generasi yang terhilang. Oleh karena itu, ia mengajak mereka untuk tidak bosan-bosannya menceritakan kisah lama tentang karya penebusan-Nya kepada generasi-generasi mendatang (ay.4). Tujuan dari menceritakan kisah sejarah mereka dengan terus-menerus ini bukan semata-mata untuk menghafal data historis, melainkan untuk menumbuhkan iman, ketaatan, dan harapan di dalam Tuhan (ay.7) dan untuk menjaga agar generasi mendatang tidak tersesat dalam ketidakpercayaan dan pemberontakan seperti generasi sebelum mereka (ay.8).

Karena kekuatan kuasa dan karunia Allah di dalam hidup kita, kita rindu untuk senantiasa menceritakan kisah-kisah-Nya agar kita dapat menumbuhkan iman dan ketaatan pada generasi mendatang. —MLW

‘Ku suka menuturkan
Sabda-Nya yang besar;
Dan yang belum percaya,
Supaya mendengar. —Hankey
(Kidung Jemaat, No. 427)

Kisah kasih karunia masa lalu akan mengilhami terbitnya kisah iman masa mendatang.

Saturday, April 13, 2013

Sistem Kepercayaan


Baca: Lukas 16:1-10

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.” —Lukas 16:10

Banyak rumah di daerah kami yang menjual hasil kebun bunga, buah dan sayur-mayur dengan memajangnya di tepi jalan. Sesekali kami mampir untuk berbelanja di suatu kedai penjualan yang tidak diawasi dan dijalankan dengan “sistem kepercayaan”. Setelah memilih apa yang ingin kami ambil, kami menaruh uang pembayarannya ke dalam sebuah kotak atau kaleng kopi bekas yang tersedia. Lalu kami pun pulang untuk menikmati buah-buahan dan sayuran segar yang baru dipetik itu.

Namun sistem kepercayaan seperti itu tidak selalu berhasil. Teman saya Jackie memiliki kedai penjualan bunga di depan rumahnya. Suatu hari, ketika melihat ke luar jendela, ia melihat seorang wanita berpakaian rapi dengan topi besar sedang memasukkan berpot-pot bunga ke bagasi mobilnya. Jackie tersenyum sambil memperkirakan akan mendapat keuntungan sebesar $50 dari kerja kerasnya dalam berkebun. Namun ketika memeriksa kotak uangnya, ternyata kotak itu kosong! Sistem kepercayaan menyingkapkan bahwa wanita tadi tidak dapat dipercaya.

Mungkin bagi wanita itu, mengambil sejumlah bunga merupakan hal sepele. Namun bersikap jujur dalam hal-hal yang kecil menunjukkan bagaimana kita akan bertindak dalam hal-hal yang besar (Luk. 16:10). Kejujuran di seluruh bidang kehidupan kita adalah salah satu cara bagi kita untuk dapat memuliakan Yesus Kristus, Juruselamat kita.

“Sistem kepercayaan” terbaik bagi pengikut Kristus adalah Kolose 3:17, “Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus.” —CHK

B’ri yang terbaik pada Raja,
B’ri hatimu pada-Nya;
Layani Dia terutama,
Kuduskan s’mua bagi-Nya. —Grose
(Pujian Bagi Sang Raja, No. 433B)

Seorang yang jujur tidak perlu merasa was-was.

Friday, April 12, 2013

Memulihkan Waktu Yang Terhilang


Baca: Yoel 2:21-27

Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, . . . . —Yoel 2:25

Tidak seorang pun dari kita dapat berkata bahwa kita tidak memiliki penyesalan. Kita sering terjerumus pada pilihan-pilihan buruk yang berkepanjangan dan yang meninggalkan bekas mendalam di pikiran, tubuh, dan jiwa kita.

Seorang sahabat saya menghabiskan bertahun- tahun hidupnya dalam ketergantungan pada alkohol dan narkoba. Namun Allah melakukan karya yang luar biasa di dalam hidupnya, dan baru saja ia merayakan 25 tahun kebebasannya dari ketergantungan itu. Ia sekarang menjalankan bisnis yang sukses, memiliki istri yang setia dan anak-anak yang mengasihi Yesus. Ia memiliki kerinduan besar untuk menjangkau orang-orang yang masih hidup dalam kebobrokan, sekaligus melayani sebagai mentor yang bijaksana dan penuh kasih demi memulihkan hidup mereka.

Allah tidak pernah lelah untuk menolong kita! Bahkan jika kita telah membuat pilihan-pilihan yang buruk di masa lalu yang kita sesali, kita dapat memutuskan bagaimana kita akan menjalani hidup sekarang. Kita dapat memilih untuk terus hidup di dalam kehidupan yang bobrok dan hanya berkubang dalam penyesalan, atau sebaliknya, kita dapat berlari kepada Kristus dan percaya bahwa Dia sanggup untuk “memulihkan . . . tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang” (Yl. 2:25). Ketika dengan hati yang bertobat kita memohon kuasa Kristus untuk memulihkan dan membebaskan kita, Dia akan menolong kita.

Walaupun mungkin masih ada akibat dari masa lalu yang kita tanggung, kita dapat merasa yakin bahwa Allah memiliki masa depan yang baik dan mulia bagi mereka yang percaya kepada-Nya! —JMS

Tuhan, dengan rendah hati dan bersyukur kami datang kepada-Mu
dan meletakkan semua masa lalu kami di bawah kaki-Mu. Terimalah
kami apa adanya dan bentuklah sesuatu yang indah dari hidup kami
yang akan membawa kemuliaan bagi-Mu!

Allah tidak pernah lelah berkarya untuk menghasilkan sesuatu yang indah dari hidup kita.

Thursday, April 11, 2013

Sederhana Saja


Baca: 2 Korintus 1:12-14

Sebab kami hanya menuliskan kepada kamu apa yang dapat kamu baca dan pahamkan. Dan aku harap, mudah-mudahan kamu akan memahaminya sepenuhnya. —2 Korintus 1:13

James Madison, presiden keempat Amerika Serikat, memiliki peran penting dalam penyusunan Undang-Undang Dasar AS. Ia memberikan peringatan agar hukum yang disusun itu tidak “terlalu panjang sehingga tidak terbaca, atau terlalu membingungkan sehingga tidak terpahami.” Setelah membaca sejumlah formulir pemerintah yang berbelit-belit isinya, rasanya saran tersebut masih penting untuk diperhatikan sekarang.

Terkadang ketika memberitakan Injil, kita memperumit apa yang sebenarnya sederhana itu. Kita bersyukur karena Alkitab menyajikan kabar baik tentang keselamatan itu dengan jelas dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Yesus berkata kepada Nikodemus, seorang ahli Farisi yang terpelajar, bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Dia kemudian berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (14:6). Dengan lugas, rasul Paulus berkata kepada sipir penjara di Filipi yang menanyakan cara untuk bisa diselamatkan: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” (Kis. 16:31).

Kisah kasih Allah yang mulia itu sederhana saja. Dia mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan kita dari dosa dan kematian. Suatu kabar luar biasa yang bisa dimengerti oleh anak-anak sekalipun. —JDE

Mari tuturkan kembali,
Kisah yang indah benar;
Warta berharga sekali,
Yesus Pahlawan besar. —Crosby
(Kidung Jemaat, No. 145)

Melalui iman dalam Kristus, kita menerima pengampunan Allah dan terlepas dari penghukuman dosa.

Wednesday, April 10, 2013

Apakah Ambisi Itu Salah?


Baca: Kolose 3:22-24

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. —Kolose 3:23

Apakah ambisi itu salah? Apakah salah jika kita termotivasi dan berusaha keras untuk menjadi yang terbaik? Bisa saja salah. Perbedaan antara ambisi yang benar dan yang salah terletak pada tujuan dan motivasi kita —apakah itu untuk kemuliaan Allah atau untuk kemuliaan diri sendiri.

Dalam 1 Tesalonika 4:1, Paulus menyatakan bahwa orang Kristen harus menjalani hidup yang “berkenan kepada Allah.” Bagi sejumlah orang, dorongan untuk menyenangkan-Nya merupakan transformasi yang terjadi seketika pada saat keselamatan; bagi orang lain, transformasi itu berlangsung tersendat-sendat dan sering salah jalan. Baik perubahan itu terjadi seketika atau secara bertahap, seorang Kristen harus berjuang menggenapi tujuan Allah, bukan mengejar keinginan diri sendiri.

Jika demikian, kita harus bertanya tentang pekerjaan kita: “Apakah pindah kerja bisa memampukan saya untuk melayani orang lain dan memuliakan Allah?” Ambisi yang berorientasi kepada Allah difokuskan kepada-Nya dan sesama, dengan selalu mengingat anugerah yang telah diberikan-Nya dan bagaimana kita dapat dipakai oleh-Nya.

Paulus menasihati kita untuk bekerja dengan “tulus hati karena takut akan Tuhan” (Kol. 3:22). Apa pun yang kita lakukan—di ruangan rapat, di pelabuhan, di mana pun kita bekerja—kita harus melayani seperti kita melakukannya untuk Allah (ay.23-24).

Kita sungguh memuliakan Allah dan menikmati kehadiran-Nya ketika bekerja dengan penuh semangat dan memberi yang terbaik demi menyenangkan Dia, dan bukan diri sendiri. Kita melakukan pelayanan demi nama-Nya dan demi orang lain, bukan melayani diri dan kepentingan sendiri—karena Dia layak menerima yang terbaik. —RKK

Tuhan, tolong aku untuk bekerja dengan penuh semangat sehingga
bisa menyenangkan hati-Mu. Kuserahkan tindakan dan perkataanku
hari ini sebagai kesaksian untuk membawa kemuliaan bagi-Mu. Pakai
aku hari ini untuk membawa sesamaku kepada-Mu. Amin.

“Dalam niat mengejar kebesaran, kita justru menjadi kerdil.” —Eli Stanley Jones, Misionaris

Tuesday, April 9, 2013

Menjaga Citra Anda


Baca: Kolose 3:1-14

Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. —Kolose 3:14

Sebuah ritel busana ternama mensyaratkan kepada pramuniaga mereka untuk berpakaian seperti para model iklan yang terpampang pada jendela tokonya. Praktek ini disebut sebagai “menjaga citra merek”. Pemikiran di balik praktek ini adalah para pembeli cenderung akan membeli pakaian karena ingin terlihat seperti orang-orang yang mereka lihat mengenakan pakaian itu.

Dalam budaya yang mementingkan kepuasan konsumen, amat mudah tergoda untuk berpikiran bahwa kita dapat “membeli” penerimaan dengan jalan memakai benda-benda yang juga dipakai orang tersohor. Pihak penjual hendak membuat kita percaya bahwa dengan terlihat cantik atau tampan, kita akan disukai orang lain.

Terkadang kita bahkan meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita dapat membawa orang menjadi pengikut Allah dengan cara membuat diri kita tampil menarik bagi dunia. Namun Alkitab dengan jelas menyatakan yang benar-benar penting bagi Allah. Dia menginginkan kita terlihat seperti Yesus dalam karakter kita. Dengan kata lain, Yesus menjadi “merek” kita, karena kita terus dijadikan serupa dengan gambaran-Nya (Rm. 8:29). Kita menarik orang lain kepada Kristus ketika kita mengenakan sifat-sifat-Nya, yang meliputi belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran (Kol. 3:12), dan kasih sebagai yang terutama (ay.14).

Daripada memoles dan menjaga citra diri kita sendiri, kita perlu menjaga dan mencerminkan gambaran Allah, yang sedang terus disempurnakan di dalam kita melalui Kristus. —JAL

‘Ku mau serupa, Tuhan yang mulia,
Inilah doa harapanku.
Rela buangkan semua hartaku,
‘Tuk mendapatkan Yesus Kristus. —Chisholm
(Kidung Puji-Pujian Kristen, No. 291)

Salah satu peran Roh Kudus adalah membentuk keserupaan dengan Kristus di dalam diri kita.

Monday, April 8, 2013

I L-O-V-E . . .


Baca: Roma 6:1-11

Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. —Roma 6:8

Saya dan suami sedang berada di kolam renang untuk umum ketika orang-orang di sekitar kami mulai menatap ke langit. Sebuah pesawat kecil sedang mengeluarkan asap yang berbentuk huruf-huruf. Sementara kami mengamati, si pilot mengeja huruf-huruf: “I L-O-V-E”. Orang mulai menebak-nebak, mungkinkah ini suatu lamaran pernikahan? Mungkin ada seorang pria romantis sedang berdiri di dekat situ pada sebuah balkon dengan kekasihnya, dan ia akan segera mengajukan lamaran untuk menikahinya. Kami terus menatap ke atas: “I L-O-V-E Y-O-U J-E-”. Saya mendengar ada gadis yang menebak: “Aku yakin namanya Jen atau mungkin Jessica.” Pilotnya terus mengeja. Ternyata tulisannya adalah: “J-E-S-U-S”. Pilot itu menyatakan kasihnya kepada Yesus di hadapan orang banyak.

Seorang teman saya sering mengakhiri doa-doanya dengan, “Aku mengasihi Engkau, Tuhan.” Ia berkata, “Tidak mungkin aku tak mengatakan ‘Aku mengasihi-Mu’ atas segalanya yang telah Dia perbuat bagiku.” Dalam Roma 6:1-11, teks Alkitab untuk hari ini, Rasul Paulus menyatakan kepada kita sebagian dari apa yang telah Yesus lakukan bagi kita, yang membuat-Nya layak untuk kita kasihi: Dia telah disalibkan, dikuburkan, dan dibangkitkan untuk hidup kembali. Karena semua itu, kita yang telah beriman kepada Yesus kini memiliki hidup baru (ay.4), kita tidak lagi dikendalikan oleh dosa atau rasa takut pada kematian (ay.6,9), dan suatu hari kelak kita juga akan dibangkitkan untuk hidup bersama Dia selamanya (ay.8).

Tidak heran kita berkata, “Aku mengasihi-Mu, Yesus!” —AMC

Ditebus—sungguh kusuka menyatakannya!
Ditebus oleh darah Sang Anak Domba;
Ditebus oleh belas kasih-Nya yang tak terkira
Aku adalah anak-Nya, kini dan selamanya. —Crosby

Untuk menunjukkan kasih-Nya, Yesus mati bagi kita; untuk menunjukkan kasih kita, kita hidup bagi Dia.

Sunday, April 7, 2013

Bahaya Yang Tak Kasat Mata


Baca: Yakobus 1:13-25

Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. —Yakobus 1:14

Ketika saya masih kecil, keluarga kami lolos dari tragedi yang nyaris mencelakakan kami. Sebagian besar peralatan utama dan tungku perapian di rumah kami menggunakan bahan bakar gas alam, tetapi suatu kebocoran kecil di salah satu pipa gas membuat hidup kami terancam. Ketika gas menyebar ke seluruh rumah kami yang kecil, kami sekeluarga dibuat tak berdaya oleh uap yang mematikan dan akhirnya kami kehilangan kesadaran. Seandainya kami tidak ditemukan oleh tetangga yang kebetulan mampir berkunjung, kami semua bisa saja mati terbunuh oleh musuh berbahaya yang tak kasat mata ini.

Sebagai pengikut Kristus, kita juga dapat dikelilingi oleh beragam bahaya yang tak kasat mata. Berbagai godaan yang meracuni diri dan kelemahan manusiawi kita dapat membahayakan kehidupan dan hubungan kita dengan sesama. Namun berbeda dengan gas alam di rumah masa kecil saya, bahaya yang tak kasat mata ini tidak berasal dari luar diri kita, melainkan diam di dalam diri kita. Yakobus menulis, “Tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya” (Yak. 1:14).

Kecenderungan diri kita untuk berbuat dosa, ditambah lagi dengan kegagalan kita untuk melihat beragam kelemahan diri sendiri, dapat membawa kita pada pilihan-pilihan beracun yang menghancurkan kita. Hanya dengan berserah kepada Allah ketika Dia menyingkapkan isi hati kita melalui firman-Nya (ay.23-25), maka kita dapat menjalani suatu kehidupan yang menyenangkan Tuhan. —WEC

Turun, Roh Allah, dalam hatiku;
Sucikan daku dan hidupkanlah;
Ubah lemahku oleh kuasa-Mu;
Kasihku pada-Mu murnikanlah. —Croly
(Kidung Jemaat, No. 239)

Roh Allah yang tak kasat mata adalah perlindungan terbesar terhadap bahaya dosa yang tak kasat mata.

Saturday, April 6, 2013

Tak Ada Yang Disembunyikan


Baca: Ulangan 30:11-20

Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. —Ulangan 30:11

Dalam tulisannya di surat kabar Wall Street Journal, Missy Sullivan mencatat banyaknya perjanjian penggunaan, garansi, dan pernyataan penyangkalan yang menyertai berbagai produk yang hampir-hampir tidak terbaca. Kalimat-kalimat itu sengaja dicetak dengan ukuran huruf yang sangat kecil sehingga orang benar-benar enggan untuk membaca dan memahaminya. Oleh karena itu, banyak orang tak membaca seluruh isi kontrak sebelum menandatanganinya. Merujuk pada perjanjian penggunaan setebal 32 halaman yang menyertai ponsel barunya, seorang profesor universitas dalam bidang komunikasi grafis menyebut tentang perusahaan ponsel tersebut, “Mereka tidak menghendaki pelanggan untuk membacanya.”

Sebaliknya, Tuhan selalu berusaha untuk berhubungan dengan umat-Nya dalam cara-cara yang jelas dan meyakinkan, tanpa bermaksud untuk membingungkan atau menipu. Ketika Musa berbicara kepada bangsa Israel tepat sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian, ia berkata, “Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh . . . Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu” (Ul. 30:11,19).

Tuhan ingin kita memahami rencana dan tujuan-Nya dengan jelas, sehingga kita bisa mengasihi, taat, dan berpegang teguh kepada-Nya—“karena Dialah hidupmu. Maka umurmu akan lanjut . . . .” (ay.20 FAYH). Hal itu dengan jelas dinyatakan oleh-Nya. —DCM

Bapa, kami ingin belajar tentang diri-Mu dan semakin lebih
mengenal-Mu dalam hubungan kami bersama-Mu. Ajar kami
sehingga kami bertumbuh dalam pemahaman kami akan Engkau
dan akan rencana-Mu bagi hidup kami.

Tak ada yang disembunyikan Allah dalam hubungan-Nya dengan kita.

Friday, April 5, 2013

Pengawasan Supernatural


Baca: Matius 6:1-6, 16-18

Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. —Matius 6:18

Tidak jauh dari rumah kami, pihak yang berwenang telah memasang seperangkat kamera untuk memotret pengemudi yang kedapatan melanggar lampu merah. Para pelanggar kemudian akan menerima surat tilang lewat pos bersama dengan “foto bukti peristiwa”, yang menjadi bukti nyata dari pelanggaran lalu lintas tersebut.

Terkadang saya membayangkan Allah berbuat seperti halnya yang dilakukan kamera itu—Dia ada di atas sana dan sedang menunggu saatnya untuk memergoki saya melakukan suatu kesalahan. Allah memang melihat dosa kita (Ibr. 4:13), tetapi Dia juga melihat dan menaruh perhatian pada perbuatan baik kita. Dengan pengawasan supernatural-Nya, Allah melihat nilai pengorbanan kita ketika kita mempersembahkan uang pada gereja atau kepada mereka yang membutuhkannya (Mrk. 12:41- 44). Dia mendengar doa-doa pribadi kita (Mat. 6:6). Dan ketika berpuasa, kita dapat terus melakukan kegiatan seperti biasa karena kita yakin bahwa “Bapa [kita] . . . melihat yang tersembunyi” (ay.18).

Ketika mengetahui bahwa Allah melihat segala sesuatu, kita pun bebas dari kekhawatiran terhadap pandangan orang lain. Ketika melakukan segala yang benar, kita tidak membutuhkan pujian dari orang yang melihatnya; sebaliknya, ketika berdosa, kita tidak perlu khawatir tentang reputasi kita, asalkan kita telah menyelesaikan masalahnya dengan Allah dan pihak-pihak yang kita rugikan. Kita dapat merasa tenang karena mengetahui bahwa “mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia” (2Taw. 16:9). —JBS

Tuhan, terima kasih karena Engkau melihat segalanya. Engkau tahu
segalanya yang kupikirkan dan kulakukan. Tolong aku untuk
menyenangkan hati-Mu dan hidup sesuai dengan standar-Mu,
apa pun yang dipikirkan orang lain.

Orang lain melihat apa yang kita lakukan, tetapi Allah melihat alasan kita melakukannya.

Thursday, April 4, 2013

Kasih Yang Merangkulku


Baca: 1 Yohanes 4:7-21

Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. —1 Yohanes 4:11

Kasih adalah inti suatu hubungan yang bertumbuh subur. Kitab Suci menegaskan bahwa kita perlu menjadi orang yang mengasihi—mengasihi Allah dengan segenap hati kita, mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, dan mengasihi para musuh kita. Namun rasanya sulit untuk mengasihi ketika kita tidak merasa dikasihi. Baik anak-anak yang terlantar, orang-orang yang merasa diabaikan oleh pasangannya, ataupun orangtua yang terasing dari anak-anaknya, mereka semua merasakan betapa pedihnya kehidupan tanpa kasih.

Bagi setiap orang yang rindu untuk dikasihi, bersukacitalah karena mengetahui bahwa Anda dikasihi Allah dengan limpahnya. Pikirkanlah dampak luar biasa dari kasih- Nya yang dicurahkan bagi Anda di atas kayu salib. Renungkanlah kenyataan bahwa jika Anda telah percaya kepada-Nya, kasih-Nya akan menutupi kesalahan dan kegagalan Anda dan bahwa kini Anda mengenakan kebenaran-Nya yang tanpa noda (Rm. 3:22-24). Nikmatilah kenyataan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan Anda dari kasih-Nya (8:39). Terimalah pemberian-Nya yang penuh kasih berupa masa depan yang telah terjamin bagi Anda, di mana Anda akan dikasihi untuk selamanya (Yoh. 3:16).

Ketika Yohanes berkata bahwa kita “haruslah . . . juga saling mengasihi,” ia menyebut kita sebagai “yang kekasih” (1Yoh. 4:11; lihat 3:1-2). Ketika menerima kenyataan bahwa Anda sangat dikasihi Allah, lebih mudah bagi Anda untuk menjadi pribadi penuh kasih yang sesuai dengan kehendak Allah bagi Anda—bahkan untuk mengasihi mereka yang tidak mengasihi Anda. —JMS

Andaikan jagad milikku
Dan ‘kuserahkan pada-Nya,
Tak cukup bagi Tuhanku-
Diriku yang diminta-Nya. —Watts
(Kidung Jemaat, No. 169)

Menerima kasih Allah bagi kita merupakan kunci untuk mengasihi sesama.

Wednesday, April 3, 2013

Persahabatan


Baca: 1 Samuel 23:14-18

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. —Amsal 17:17

Persahabatan adalah salah satu karunia hidup yang terbesar. Sahabat sejati membawa kebaikan yang tertinggi bagi sahabat-sahabatnya, dengan maksud supaya mereka bisa mengenal Allah dan mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran mereka. Dietrich Bonhoeffer, seorang pendeta dan martir asal Jerman, pernah berkata, “Tujuan persahabatan semata-mata ditentukan oleh kehendak Allah atas sang sahabat itu.”

Yonatan, sahabat Daud, menjadi teladan yang luar biasa dari persahabatan sejati. Daud sedang berada di pengasingan, bersembunyi di padang gurun Zif, ketika menyadari bahwa “Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawanya” (1Sam. 23:15). Yonatan pun pergi ke Koresa untuk menemui Daud. Arti penting dari peristiwa ini terletak pada niat Yonatan: Ia menolong Daud untuk mendapatkan kembali kekuatan di dalam Allah, atau seperti disebutkan Alkitab, “Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah” (ay.16).

Itulah inti persahabatan Kristen. Lebih dari berbagi minat bersama, lebih dari berbagi kasih sayang, lebih dari berbagi sukacita dan tawa, tujuan utama persahabatan adalah menaburkan firman hidup yang kekal di dalam hidup orang lain, mengingatkan mereka pada hikmat Allah, menyegarkan kembali jiwa mereka dengan firman tentang kasih- Nya, dan mengokohkan iman mereka kepada Allah.

Berdoalah bagi sahabat Anda dan mintalah kepada Allah untuk memberi Anda perkataan yang tepat dan pada saat yang tepat untuk menolong mereka memperoleh kekuatan baru di dalam Allah dan firman-Nya. —DHR

Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau mengasihi kami. Kiranya
kasih-Mu mendorong kami untuk menyatakan kasih kepada sesama.
Berilah kepekaan akan Roh-Mu sehingga kami tahu cara terbaik
untuk menguatkan mereka dalam perjalanan imannya bersama-Mu.

Sahabat sejati adalah karunia Allah dan diberikan untuk menguatkan iman kita kepada-Nya.

Tuesday, April 2, 2013

Tidak Butuh Pengganti


Baca: Mazmur 139:1-12

Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? —Mazmur 139:7

Ketika mengunjungi putra saya di San Diego, kami memutuskan untuk beribadah di Shadow Mountain Church dan ingin mendengarkan khotbah Dr. David Jeremiah. Steve dan saya bangun pagi-pagi pada hari Minggu itu dan menempuh perjalanan sekitar satu jam dengan mobil hingga tiba di gereja. Namun penantian kami berubah menjadi kekecewaan ketika mengetahui ternyata Dr. David Jeremiah tidak hadir di ibadah pada hari itu. Ada “orang lain”—seorang pengganti—yang berkhotbah.

Beberapa minggu kemudian, saya dijadwalkan untuk berkhotbah di suatu gereja di Grand Rapids tempat saya dan istri berjemaat. Ketika berdiri di depan jemaat, saya menyadari bahwa sekarang saya yang menjadi “orang lain” itu dan jemaat mungkin kecewa karena mereka datang untuk mendengarkan pendeta kami—dan bukan saya—yang berkhotbah.

Meski merasa nyaman ketika bisa mengandalkan orang-orang yang sudah kita kenal, kita harus mengakui bahwa terkadang mereka pun dapat tergantikan. Namun Pribadi yang paling kita butuhkan— Pribadi yang menjadi andalan hidup kita—selalu hadir (Mzm. 139:7- 8). Ketika kita rindu masuk ke hadirat Allah dalam doa, Dia selalu ada di sana: “Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku” (55:18).

Apakah Anda mencari Allah? Dia selalu hadir bagi Anda. Jadi, tidak dibutuhkan pengganti. —JDB

Ya Tuhan, aku sungguh bersyukur bahwa Engkau selalu hadir.
Aku tak perlu membuat janji untuk berbicara dengan-Mu, ya Allah
semesta alam. Ke mana pun atau kapan pun aku melangkah,
aku tahu pasti Engkau selalu hadir besertaku.

Tak perlu menunggu giliran untuk datang kepada Tuhan—telinga-Nya selalu siap mendengar seruanmu.

Monday, April 1, 2013

Bunga Daffodils


Baca: Lukas 24:13-34

“Sesungguhnya Tuhan telah bangkit.” —Lukas 24:34

Ketika musim semi tiba dan bunga-bunga mulai bermekaran di halaman kami, putra saya yang berusia lima tahun membenamkan kakinya ke petak tanaman bunga daffodils. Ia melihat ada sisa-sisa tanaman yang mati dari bulan-bulan sebelumnya dan berkata, “Bu, ketika melihat sesuatu yang mati, aku teringat pada Paskah karena Yesus mati di kayu salib.” Saya menjawab, “Ketika Ibu melihat sesuatu yang hidup—seperti bunga daffodils itu, Ibu teringat akan Yesus yang bangkit kembali!”

Menurut Injil Lukas, salah satu alasan yang kita tahu bahwa Yesus telah bangkit dari kematian adalah ketika Dia menghampiri dua pengembara yang sedang berjalan menuju ke Emaus tepat tiga hari setelah penyaliban-Nya. Yesus berjalan bersama mereka; makan malam bersama mereka; bahkan menjelaskan kepada mereka arti nubuat Perjanjian Lama (24:15-27). Pertemuan ini menunjukkan kepada keduanya bahwa Yesus telah menaklukkan kematian—bahwa Dia telah bangkit dari kematian. Alhasil, keduanya bergegas kembali ke Yerusalem dan memberi tahu para murid, “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit!” (ay.34).

Jika Yesus tidak bangkit dan hidup kembali, sia-sialah iman kita sebagai umat Kristen, dan kita masih berada di bawah hukuman dosa kita (1Kor. 15:17). Akan tetapi Alkitab memberi tahu kita bahwa Yesus telah “dibangkitkan karena pembenaran kita” (Rm. 4:25). Hari ini, kita dapat hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah karena Yesus hidup! —JBS

‘Ku melayani Tuhan, yang bangkit bagiku;
‘Ku tahu Dia sungguh hidup, meski yang lain ragu.
Kurasakan rahmat-Nya, kudengar firman-Nya,
Dalam setiap saat Dia s’lalu dekat. —Ackley
(Buku Lagu Perkantas, No. 168)

Salib dan kubur kosong memberikan keselamatan penuh.
 

Total Pageviews

Translate