Pages - Menu

Friday, April 19, 2013

Dari Suram Menjadi Cantik


Baca: Ayub 42:10-17

TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu. —Ayub 42:12

Musim semi adalah waktu ketika Allah mengingatkan kita bahwa ada kalanya sesuatu tidak seburuk penampilannya. Dalam rentang beberapa minggu saja, yang semula terlihat mati tak berdaya menjadi hidup kembali. Daerah hutan yang suram berubah menjadi pemandangan yang penuh warna. Ranting pepohonan yang kering sepanjang musim dingin, seakan seperti tangan-tangan yang memohon untuk diberi pakaian, tiba-tiba berhiaskan gaun hijau yang penuh renda. Bunga-bunga yang layu dan gugur ke tanah karena menyerah pada udara dingin perlahan-lahan bangkit dari dalam bumi seolah menentang kematian.

Dalam Kitab Suci, kita membaca tentang sejumlah keadaan yang kelihatannya tanpa harapan. Salah satunya adalah mengenai seorang pria kaya-raya bernama Ayub yang digambarkan Allah sebagai orang yang berintegritas (Ayb. 2:3). Bencana kemudian menimpa dan Ayub pun kehilangan segalanya yang berarti baginya. Dalam kesengsaraan, ia berkata, “Hari-hariku . . . berakhir tanpa harapan” (7:6). Bukti yang dilihat Ayub dan para sahabatnya bahwa Allah telah berpaling darinya ternyata tidak demikian. Allah begitu yakin pada integritas Ayub sehingga Dia mempercayainya dalam peperangan melawan Iblis ini. Pada akhirnya, harapan dan hidup Ayub pun diperbarui.

Ketika berada dalam keadaan yang tampaknya membuat putus asa, saya sungguh terhibur oleh kepastian datangnya musim semi tahun demi tahun. Bersama Allah, tidak ada keputusasaan. Sesuram apa pun tampaknya pemandangan hidup ini, Allah sanggup mengubahnya menjadi taman asri yang penuh warna dan wewangian. —JAL

Ya Allah, kami mohon iman kami diperbarui,
Demi keyakinan dalam segala perbuatan kami,
Demi harapan yang tak pernah pudar,
Demi kemenangan di takhta karunia-Mu. —Brandt

Bersama Allah, selalu ada harapan bahkan dalam keadaan yang membuat putus asa.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate