Pages - Menu

Tuesday, July 9, 2013

Musik Antariksa

Baca: Ayub 38:1-7

Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai? —Ayub 38:6-7

Salah satu observatorium milik NASA telah menemukan adanya sebuah lubang hitam raksasa yang mendengung. Terletak di gugus galaksi Perseus yang berjarak 250 juta tahun cahaya dari bumi, lubang hitam tersebut bergetar dengan frekuensi nada Bes. Namun nada ini terlalu rendah untuk dapat didengar oleh telinga manusia. Ada perangkat ilmiah yang telah mendeteksi nada tersebut pada 57 oktaf di bawah kunci C tengah untuk piano.

Hubungan antara musik dan hal-hal surgawi bukanlah hal yang baru. Bahkan, ketika Allah menyingkapkan diri-Nya sendiri kepada Ayub, Dia bertanya: “Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? . . . pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?” (Ayb. 38:4,7). Kita diberi tahu bahwa pada peristiwa penciptaan alam semesta kita yang begitu luar biasa ini, ada puji-pujian dan seruan sukacita yang menggemakan kemuliaan bagi Allah.

Sebuah himne yang indah ciptaan Santo Franciskus dari Assisi (Kidung Jemaat, No. 60) mengungkapkan ketakjuban dan penyembahan yang kita rasakan ketika menikmati pancaran sinar matahari di siang hari atau bintang yang bertaburan di malam hari.

Hai makhluk alam semesta,
Tuhan Allahmu pujilah:
Haleluya, Haleluya!
Surya perkasa dan terang,
Candra, kartika cemerlang,
Puji Allah tiap kala:
Haleluya, Haleluya, Haleluya!

“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm. 19:2).

Mari kita memuji Dia yang telah menciptakan keindahan alam untuk kita nikmati! —HDF


Indahnya ciptaan Allah memberi kita alasan untuk memuji nama-Nya.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate