Pages - Menu

Monday, July 9, 2018

Tenanglah, Hai Jiwaku!

Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku. —Mazmur 131:2
Tenanglah, Hai Jiwaku!
Bayangkanlah orangtua yang dengan penuh kasih berusaha menenangkan anaknya yang sedang sedih, kecewa, atau menderita. Dengan lembut ia bergumam ke telinga sang anak—“ssttt.” Sikap tubuh dan gumaman sederhana itu dimaksudkan untuk menghibur dan menenangkan si buah hati. Kita dapat membayangkannya karena itu terjadi di mana saja dan kapan saja. Banyak dari kita pernah memberi atau menerima ungkapan penuh kasih seperti itu. Gambaran itulah yang terlintas di benak saya ketika merenungkan Mazmur 131:2.
Gaya bahasa dan alur tulisan dari mazmur itu mengindikasikan bahwa Daud sebagai penulis telah mengalami sesuatu yang memicunya untuk sungguh-sungguh merenung. Pernahkah kamu mengalami kekecewaan, kekalahan, atau kegagalan yang mendorong kamu untuk berdoa dan merenung dengan khusyuk? Apa yang kamu lakukan ketika situasi kehidupan ini membuatmu terpuruk? Bagaimana responsmu ketika gagal dalam ujian, kehilangan pekerjaan, atau mengalami putus hubungan? Daud mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan sekaligus menelusuri dan memeriksa jiwanya secara jujur (Mzm. 131:1). Saat hendak berdamai dengan situasi yang dihadapinya, ia pun menemukan kepuasan seperti yang dialami seorang anak kecil yang merasa nyaman hanya dengan berbaring di dekat ibunya (ay.2).
Situasi-situasi dalam kehidupan ini terus berubah dan terkadang membuat kita terpuruk. Namun, kita bisa berharap dan merasa tenang ketika tahu bahwa ada satu Pribadi yang telah berjanji tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikan kita. Kita dapat mempercayai-Nya sepenuhnya. —Arthur Jackson
Bapa, saat segala sesuatu berubah dalam hidupku, tolonglah aku untuk tidak cemas, melainkan tetap mempercayai-Mu dan menemukan kepuasan hanya di dalam-Mu.
Kepuasan hanya ditemukan di dalam Kristus.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate