Pages - Menu

Friday, July 12, 2019

Pengikut-Pengikut Sang Putra

Benih yang jatuh di tanah yang subur ibarat orang yang mendengar kabar itu, lalu menyimpannya di dalam hati yang baik dan jujur. Mereka bertahan sampai menghasilkan buah. —Lukas 8:15 BIS
Pengikut-Pengikut Sang Putra
Bunga matahari mudah tumbuh di mana saja. Setelah diserbuki oleh lebah, bunga matahari dapat muncul di pinggir jalan raya, di bawah kandang burung, pada ladang dan padang rumput. Namun, untuk tumbuh dengan baik, bunga matahari membutuhkan tanah yang subur. Menurut majalah Farmer’s Almanac, tanah yang agak asam dan kaya nutrisi, dengan pengairan yang baik, serta “diberi pupuk organik atau kompos” akan menghasilkan biji bunga yang lezat, penuh minyak yang murni, dan menjadi sumber penghasilan bagi para petaninya yang ulet.
Kita juga membutuhkan “tanah yang subur” untuk pertumbuhan rohani (Luk. 8:15 BIS). Seperti dalam perumpamaan tentang penabur yang diajarkan Yesus, firman Tuhan bisa tumbuh bahkan di tanah yang berbatu-batu dan semak duri (ay.6-7). Meski demikian, firman Tuhan hanya dapat bertahan di tanah yang subur dari “orang yang mendengar kabar itu, lalu menyimpannya di dalam hati yang baik dan jujur. Mereka bertahan sampai menghasilkan buah” (ay.15 BIS).
Bunga matahari yang masih muda juga bertumbuh perlahan dengan mengikuti arah sinar matahari sepanjang hari dalam proses yang disebut heliotropisme. Bunga matahari yang sudah dewasa pun sama. Kelopaknya menghadap ke arah timur secara permanen, sehingga permukaan bunga menjadi hangat, lebih banyak lebah penyerbuk yang datang, dan akhirnya hasil panen pun menjadi berlimpah.
Seperti para petani bunga matahari, kita bisa memberikan wadah yang baik dan subur bagi firman Tuhan agar dapat bertumbuh, dengan cara berpegang pada firman-Nya dan mengikuti arah tuntunan Sang Putra Allah. Hati yang baik dan jujur adalah wadah bagi firman Allah untuk mendewasakan kita. Proses itu berlangsung setiap hari. Kiranya kita mau bertumbuh sesuai dengan tuntunan-Nya. —Patricia Raybon
WAWASAN
Dalam beberapa hal, injil Lukas berbeda dari tiga injil lainnya—Matius, Markus, dan Yohanes. Pertama, Lukas ditulis oleh seorang non-Yahudi (sekaligus satu-satunya penulis non-Yahudi dalam Perjanjian Baru). Kedua, tulisan Lukas merupakan hasil dari penelitian yang cermat (Lukas 1:1-4), sedangkan Injil lainnya ditulis berdasarkan pengamatan langsung atau penuturan saksi mata (Injil Markus diyakini sebagai tulisan dari penuturan Petrus). Sebagai seorang dokter (Kolose 4:14), Lukas secara unik menunjukkan ketertarikannya atas hal-hal medis. Contohnya, meski semua kitab Injil mencatat tentang serangan Petrus terhadap Malkhus, hamba Imam Besar, di taman Getsemani, hanya Lukas yang menceritakan bahwa Yesus menyembuhkannya (Lukas 22:51). Lukas juga menceritakan peranan kaum perempuan (8:1-3). Terakhir, tulisan Lukas terdiri dari dua ‘jilid’ (yaitu Injil Lukas dan Kisah Para Rasul). Dalam dua surat tersebut, Lukas memberikan lebih banyak gambaran daripada penulis Perjanjian Baru yang lain, termasuk Rasul Paulus. —Bill Crowder.
Bagaimana kondisi tanah rohanimu? Berbatu-batu, bersemak duri, atau kaya dengan “nutrisi rohani”? Mengapa demikian? Ketika kamu mengikuti arah Sang Putra Allah setiap hari, bagaimana kebiasaan itu berdampak pada kondisi hatimu?

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate