Pages - Menu

Saturday, August 24, 2019

Kamu Harus Rileks!

Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab Tuhan telah berbuat baik kepadamu. —Mazmur 116:7
Kamu Harus Rileks!
“Kamu harus rileks,” kata tokoh dokter dalam film besutan Disney berjudul Rescuers Down Under, saat sedang merawat Wilbur si elang laut yang terluka. “Rileks? Aku rileks, kok!” sergah Wilbur, yang jelas-jelas tidak rileks dan justru semakin panik. “Mau lebih rileks bagaimana lagi? Nanti aku malah mati!”
Pernahkah kamu merasakan hal yang sama? Dalam film tersebut kepanikan Wilbur sebenarnya bisa dimengerti mengingat metode yang digunakan oleh si dokter tidak terlalu meyakinkan. Namun, adegan tersebut menarik karena mencerminkan dengan baik perasaan kita saat sedang panik.
Ketika kita sedang merasa sangat takut, nasihat untuk rileks bisa jadi terdengar konyol. Saya tahu bagaimana rasanya ketika hal-hal yang mengerikan dalam hidup ini datang bertubi-tubi dan “tali-tali maut” (Mzm. 116:3) membuat saya tegang, sehingga secara naluriah saya cenderung melawan dan bukan rileks.
Namun demikian . . . sering kali di tengah kepanikan, usaha saya untuk melawan justru semakin membuat kegelisahan saya menjadi-jadi dan saya pun dilumpuhkan oleh ketakutan. Akan tetapi, saat saya, sekalipun agak terpaksa, mengizinkan diri saya merasakan kesakitan dan menyerahkannya kepada Allah (ay.4), sesuatu yang mengejutkan terjadi. Ketegangan yang saya rasakan pun mereda (ay.7) dan damai sejahtera yang tidak saya mengerti melanda hati saya.
Saat kehadiran Roh Kudus yang menenangkan itu melingkupi saya, saya pun semakin memahami kebenaran dari inti Injil: perjuangan kita yang terbaik adalah dengan berserah ke dalam dekapan tangan Allah yang kuat (1 Ptr. 5:6-7). —Monica Brands
WAWASAN
Orang yang pernah nyaris kehilangan nyawanya akan semakin menyadari nilai kehidupan dan pentingnya hidup benar di hadapan Allah. Dalam mazmur ini, pemazmur yang tidak disebut namanya bersyukur kepada Allah karena telah meluputkannya dari maut (116:3,8). Dengan keyakinan pada kedaulatan Allah atas hidup dan matinya, ia menulis, “Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya” (ay.15). Setelah mendapatkan kesempatan baru untuk hidup, pemazmur dengan penuh syukur bertanya, “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” (ay.12). Ia pun mempersembahkan tahun-tahun “perpanjangannya” dengan melayani Allah seumur hidup sebagai ungkapan syukur atas kebaikan-Nya (ay.13-19). Ia bertekad untuk “berjalan di hadapan TUHAN di negeri orang-orang hidup” (ay.9). Hizkia dan Yunus juga memanjatkan doa serupa setelah hidup mereka diselamatkan (Yesaya 38:10-20; Yunus 2:1-9). —K.T.Sim
Pergumulan apa yang menjerat kamu seperti “tali-tali maut” dalam hidupmu? Bagaimana kamu dapat bertumbuh menjadi lebih bergantung pada kasih dan pemeliharaan Allah dalam situasi sulit?
Ya Allah, tolonglah kami menyerahkan upaya kami yang sia-sia untuk memegang kendali dan melepaskan beban yang tidak perlu kami pikul supaya kami mengalami kasih karunia dan kebaikan-Mu.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate