Pages - Menu

Wednesday, October 23, 2019

Inilah Aku

Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. —Yakobus 3:10
Inilah Aku
“This Is Me” (Inilah Aku) adalah lagu hit dari The Greatest Showman, sebuah film musikal sukses yang mengangkat kisah P. T. Barnum dan rombongan sirkus kelilingnya. Dalam film, lagu itu dinyanyikan oleh para tokoh yang pernah dihina dan dilecehkan secara verbal karena dianggap tidak sejalan dengan norma sosial dalam masyarakat. Liriknya menyebutkan bahwa perkataan seseorang bagaikan peluru yang mematikan dan pisau yang melukai. Popularitas lagu itu menunjukkan banyaknya orang yang menderita luka batin akibat kata-kata yang tajam.
Yakobus memahami potensi dari kata-kata kita untuk menimbulkan kerusakan dan luka batin jangka panjang. Ia menyebut lidah sebagai “sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yak. 3:8). Dengan analogi yang tegas, Yakobus menekankan pentingnya orang percaya menyadari kekuatan luar biasa dari ucapan mereka. Ia bahkan menyoroti adanya kontradiksi ketika kita menggunakan lidah kita untuk memuji Allah, tetapi menggunakannya juga untuk mengutuk sesama kita yang diciptakan menurut rupa Allah (ay.9-10).
Lagu “This Is Me” juga menantang ucapan-ucapan yang melukai itu dengan menegaskan bahwa sesungguhnya kita semua adalah ciptaan yang mulia—suatu kebenaran yang juga diakui Alkitab. Alkitab menetapkan bahwa martabat dan keindahan yang unik dari setiap manusia bukan disebabkan oleh penampilan lahiriah atau perbuatan kita, melainkan karena setiap dari kita telah diciptakan dengan indah oleh Allah—sebagai mahakarya-Nya yang unik (Mzm. 139:14). Kata-kata yang kita lontarkan kepada dan tentang satu sama lain berdampak besar untuk menegaskan kebenaran yang menguatkan itu. - Lisa Samra
WAWASAN
Peringatan Yakobus akan bahaya menyalahgunakan lidah berada dalam konteks pengaruh perkataan seorang pengajar (3:1). Perkataan dapat membuahkan perpecahan dan akibat buruk, terutama bila diucapkan oleh orang yang berkuasa dan berpengaruh, maka Yakobus menekankan betapa pentingnya kelemahlembutan sebagai hikmat sejati (ay. 2, 13). Jadi, ketika ia mengatakan bahwa “tidak seorangpun berkuasa menjinakkan lidah” (ay.8), Yakobus bukan memaklumi ucapan-ucapan buruk (seolah karena kita tidak mampu, maka biarkan saja), tetapi justru menekankan pentingnya kelemahlembutan. —Monica Brands
Kepada siapa kamu perlu meminta maaf karena kata-katamu yang melukainya? Bagaimana kamu dapat memberikan dorongan semangat kepada seseorang hari ini?
Allah Pencipta, terima kasih Engkau menciptakan kami satu per satu. Tolonglah kami menggunakan kata-kata kami untuk memuji-Mu dan menyemangati orang lain yang telah Engkau ciptakan dengan indah.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate