Pages - Menu

Saturday, November 9, 2019

Doa yang Tidak Berkesudahan

Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang. —Mazmur 141:2
Doa yang Tidak Berkesudahan
“Doa takkan pernah mati.” Sungguh pernyataan yang menarik dari E. M. Bounds (1835-1913), yang banyak menulis tentang doa dan menginspirasi generasi demi generasi. Ia melanjutkan pernyataannya tentang kuasa dan sifat doa yang tidak berkesudahan demikian: “Bibir yang memanjatkan doa itu mungkin sudah tertutup oleh kematian, jantung yang merasakannya sudah berhenti berdetak, tetapi doa-doa mereka tetap hidup di hadapan Allah, hati Allah melekat pada doa-doa itu, dan doa-doa mereka bertahan melampaui mereka yang memanjatkannya; doa bertahan melebihi satu generasi, satu abad, bahkan satu dunia.”
Pernahkah kamu bertanya-tanya apakah doa-doa Anda—khususnya doa yang lahir dari kesulitan, kesakitan, dan penderitaan—sampai ke telinga Allah? Kata-kata Bounds yang begitu bijaksana mengingatkan kita betapa pentingnya doa-doa kita. Itu juga yang kita baca di Wahyu 8:1-5. Bagian itu menggambarkan keadaan surga (ay.1), tempat Allah bertakhta dan mengendalikan alam semesta. Para malaikat berdiri di hadapan Allah (ay.2) dan seorang malaikat, seperti imam pada zaman lampau, mempersembahkan dupa yang berbau harum bersama dengan doa-doa “semua orang kudus” (ay.3). Penggambaran bagaimana doa-doa yang dipanjatkan di bumi sampai kepada Allah di surga sungguh membuka mata sekaligus menguatkan kita (ay.4). Ketika kita mengira doa-doa kita mungkin hilang di tengah jalan atau dilupakan, kiranya apa yang kita baca ini menghibur dan mendorong kita untuk tetap sungguh-sungguh berdoa, karena doa-doa kita berharga bagi Allah! —Arthur Jackson
WAWASAN
Kitab Wahyu adalah salah satu bagian paling misterius dalam Alkitab. Kitab Wahyu penuh dengan perlambang, metafora, kiasan, serta tindakan yang dahsyat. Selama berabad-abad, para pakar Alkitab tidak sependapat soal makna dari nubuatan ini. Namun, ada beberapa hal yang jelas. Pertama, kitab ini lebih menekankan tentang Yesus daripada peristiwa-peristiwa yang digambarkan. Kitab Wahyu dimulai dengan pembukaan, “Wahyu Yesus Kristus” (1:1). Wahyu artinya penyingkapan, jadi kitab Wahyu menuliskan tentang Yesus yang menyingkapkan semuanya itu. Kedua, kitab ini ditulis kepada jemaat-jemaat yang benar-benar ada, yang sedang menghadapi tantangan-tantangan nyata, dengan tujuan menghibur mereka dalam ujian tersebut (pasal 2-3). Ketiga, pesan kitab Wahyu adalah pembalikan atau pemulihan dampak-dampak dosa yang diperbuat Adam dan Hawa. Mereka terpisah dari Allah dan taman-Nya yang sempurna, tetapi semua kebaikan itu dipulihkan oleh kemenangan Kristus (pasal 21-22). —Bill Crowder
Pernahkah kamu mempertanyakan apakah Allah benar-benar mendengar doamu? Bagaimana bagian seperti Wahyu 8:1-5 menyegarkan kembali kehidupan doamu?
Bapa, terima kasih karena Engkau sangat peduli kepada kami, lebih dari yang kami sadari. Tolonglah aku untuk tenang karena tahu mata-Mu tertuju kepada orang-orang benar dan telinga-Mu terbuka kepada doa-doa kami.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate