Pada musim gugur, ketika kura-kura berwarna mulai merasakan datangnya musim dingin, ia pun menyelam ke dasar telaga, mengubur dirinya dalam kotoran dan lumpur. Ia masuk ke dalam cangkangnya dan berdiam diri: denyut jantungnya melambat, nyaris berhenti. Suhu tubuhnya turun, hingga bertahan di atas titik beku. Ia berhenti bernafas, dan menunggu. Selama enam bulan, ia tetap terkubur, dan tubuhnya mengeluarkan kalsium dari tulang-tulangnya masuk ke aliran darah, sehingga perlahan-lahan tubuhnya mulai kehilangan bentuk.
Namun, ketika es di telaga mulai mencair, kura-kura berwarna akan naik ke permukaan air dan bernafas lagi. Tulang-tulangnya akan kembali terbentuk dan ia akan merasakan hangatnya sinar mentari menerpa cangkangnya.
Saya teringat kepada kura-kura berwarna ketika membaca gambaran yang dituliskan oleh pemazmur tentang menantikan Allah. Pemazmur sedang berada dalam “lobang kebinasaan, dari lumpur rawa,” tetapi Allah mendengarnya (Mzm. 40:3). Allah mengangkat dan menempatkannya di atas bukit batu yang teguh. Ia pun menyanyikan pujian, “Engkaulah yang menolong aku dan meluputkan aku” (ay.18).
Barangkali saat ini kamu merasa telah begitu lama menantikan terjadinya perubahan—arah yang baru dalam karier, pemulihan hubungan dengan seseorang, tekad untuk mengubah kebiasaan buruk, atau kelepasan dari situasi yang sulit. Kura-kura berwarna dan pemazmur mengingatkan kita untuk mempercayai Allah: Dia mendengar seruan kita, dan Dia akan membebaskan kita.—Amy Peterson
WAWASAN
Mazmur 40 memuji Allah untuk pertolongan-Nya di masa lalu (ay.2-11) dan memohon pertolongan-Nya sekali lagi dalam krisis yang baru (ay.12-18). “Lobang” dan “lumpur rawa” di ayat 3 adalah gambaran yang diasosiasikan dengan kematian; untuk sang pemazmur, pengalaman penyelamatan Allah di masa lalu sama dramatisnya dengan menerima hidup baru setelah kematian. Meskipun penderitaan sang penulis tidak terbilang banyaknya (ay.13), demikian pula banyaknya perbuatan Allah yang ajaib (ay.6). Sejarah panjang kesetiaan Allah memberikan umat-Nya dasar yang teguh untuk percaya (ay.3). —Monica Brands
Mazmur 40 memuji Allah untuk pertolongan-Nya di masa lalu (ay.2-11) dan memohon pertolongan-Nya sekali lagi dalam krisis yang baru (ay.12-18). “Lobang” dan “lumpur rawa” di ayat 3 adalah gambaran yang diasosiasikan dengan kematian; untuk sang pemazmur, pengalaman penyelamatan Allah di masa lalu sama dramatisnya dengan menerima hidup baru setelah kematian. Meskipun penderitaan sang penulis tidak terbilang banyaknya (ay.13), demikian pula banyaknya perbuatan Allah yang ajaib (ay.6). Sejarah panjang kesetiaan Allah memberikan umat-Nya dasar yang teguh untuk percaya (ay.3). —Monica Brands
Hal apa yang perlu kamu percayakan kepada Tuhan? Bagaimana kamu akan melakukannya hari ini?
Ya Allah, terkadang sulit sekali bagiku untuk
menunggu. Namun, kami percaya bahwa Engkau akan membebaskan kami.
Berilah kami kesabaran, dan biarlah keagungan serta kemuliaan-Mu
dinyatakan dalam hidup kami.
No comments:
Post a Comment