Pages - Menu

Thursday, March 12, 2020

Memakai Setiap Kesempatan

Hendaklah kalian hidup bijaksana dan memakai setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya.—Kolose 4:5 BIS
Memakai Setiap Kesempatan
Pernah menangkap naga? Saya belum, sampai anak lelaki saya berhasil membujuk saya mengunduh sebuah gim di telepon genggam saya. Gim itu menampilkan peta digital yang mirip dengan dunia nyata sehingga kita bisa menangkap makhluk-makhluk berwarna-warni di sekitar kita.
Tidak seperti kebanyakan gim, yang ini mengharuskan pemainnya bergerak. Ke mana pun kita melangkah itulah tempat bermainnya. Hasilnya? Saya jadi sering jalan kaki! Tiap kali bermain, kami berusaha memakai setiap kesempatan yang ada untuk menangkap makhluk yang bermunculan di sekeliling kami.
Memang mudah untuk terfokus atau terobsesi pada gim yang dirancang untuk memikat para penggunanya. Namun, saat bermain gim ini, saya merasa tertegur oleh pertanyaan yang saya ajukan kepada diri sendiri: Apakah saya juga segigih ini dalam memakai kesempatan-kesempatan rohani di sekitar saya?
Paulus tahu pentingnya bersikap peka terhadap karya Allah di sekitar kita. Dalam Kolose 4, ia minta didoakan agar mendapat kesempatan mengabarkan Injil (ay.3). Kemudian, ia memberikan tantangan, “Di dalam hubungan kalian dengan orang-orang yang tidak percaya, hendaklah kalian hidup bijaksana dan memakai setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya” (ay.5 BIS). Paulus tidak ingin jemaat Kolose melewatkan kesempatan apa pun untuk membawa orang lain kepada Kristus. Namun, untuk itu mereka harus benar-benar mengenali diri dan kebutuhan orang lain, lalu melakukannya dengan cara yang “penuh kasih” (ay.6).
Dalam dunia ini, ada begitu banyak hal yang lebih menuntut waktu dan perhatian kita daripada gim naga khayalan. Namun, Allah memanggil kita untuk menjelajahi “petualangan” di dunia nyata, dengan mencari kesempatan sehari-hari untuk membawa orang lain kepada Dia.—Adam Holz
WAWASAN
Selama menjadi tahanan rumah di Roma, Paulus menulis surat-surat yang sering kali disebut sebagai Surat-surat dari Penjara: Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon. Meskipun dikelompokkan menjadi satu karena sama-sama ditulis dari tempat Paulus dikurung, keempat surat itu memiliki pembaca dan tujuannya masing-masing. Salah satu surat dari penjara (Filipi) dikirimkan ke Yunani, sementara ketiga lainnya dikirimkan ke Asia Kecil (Turki masa kini). Efesus dan Kolose memiliki tema tentang tubuh Kristus dan Kristus sebagai kepala gereja—tetapi keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda. Efesus berfokus kepada Kristus sebagai kepala, sementara Kolose lebih banyak melihat kepada gereja. Filipi, yang ditulis kepada para anggota gereja pertama yang didirikan Paulus di tanah Eropa, menggambarkan bagaimana orang-orang percaya dapat mengalami sukacita bahkan di tengah-tengah keadaan yang sulit. Filemon adalah satu-satunya surat pribadi yang berada dalam kelompok ini, dan di dalamnya Paulus mendorong sahabat terkasihnya untuk berbaik hati kepada seorang hamba pelarian yang baru bertobat, Onesimus. —Bill Crowder
Kapan Allah memakai seseorang dengan cara yang tidak terduga untuk membawa kamu kepada hubungan yang lebih dalam dengan-Nya? Kapan Dia memakai kamu untuk memberi dampak pada hidup orang lain melalui keseharian kamu?
Tuhan Yesus, terima kasih Engkau senantiasa bekerja dalam diri orang-orang di sekitarku. Tolonglah aku memakai setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk menunjukkan kasih dan anugerah-Mu.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate