Pages - Menu

Sunday, August 30, 2020

Memeriksa Diri Sendiri

 

Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada Tuhan. —Ratapan 3:40

Memeriksa Diri Sendiri

Baru-baru ini saya membaca setumpuk surat dari era Perang Dunia II yang dikirimkan oleh ayah saya kepada ibu saya. Saat itu ayah saya ditugaskan di Afrika Utara sementara ibu saya tinggal di West Virginia, Amerika Serikat. Ayah, seorang tentara berpangkat letnan dua di Angkatan Darat, diberi tanggung jawab menyensor surat-surat yang dikirimkan para tentara. Tujuannya supaya jangan ada informasi sensitif yang terbaca oleh musuh. Jadi agak lucu ketika saya melihat di bagian luar dari surat-surat yang dikirimkan ayah saya kepada istrinya, terdapat stempel bertuliskan “Lolos sensor oleh Letnan Dua John Branon.” Ayah saya menyensor surat-suratnya sendiri!

Menyensor diri sendiri adalah hal yang baik bagi kita semua. Beberapa kali dalam Alkitab disebutkan tentang pentingnya menguji diri untuk menemukan apa yang tidak benar dan yang tidak menyenangkan hati Allah. Contohnya, pemazmur berdoa, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku; . . . lihatlah, apakah jalanku serong“ (Mzm. 139:23-24). Nabi Yeremia menggemakan nasihat yang sama: “Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada Tuhan“ (Rat. 3:40). Saat berbicara tentang kondisi hati kita dalam perjamuan kudus, Rasul Paulus berkata, “Hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri“ (1Kor. 11:28).

Roh Kudus dapat menolong kita berpaling dari perilaku dan tindakan yang tidak menyenangkan hati Allah. Karena itu, sebelum kita memulai kegiatan kita hari ini, berhentilah sejenak dan mintalah pertolongan Roh Kudus untuk membantu kita memeriksa diri, agar kita dapat “berpaling kepada Tuhan“ dalam persekutuan yang erat dengan-Nya.—Dave Branon

WAWASAN
Ratapan adalah sebuah konsep yang penting di dalam Perjanjian Lama dan tertanam kuat dalam pola pikir orang Yahudi. Hak istimewa untuk membawa perasaan sakit hati, ketakutan, atau pergumulan terdalam kita kepada Allah yang sangat peduli kepada kehidupan kita adalah hal yang menakjubkan. Dalam Perjanjian Lama, sifat-sifat inilah yang memberikan perbedaan besar antara Allah Israel dan ilah-ilah lainnya. Para berhala yang disembah bangsa-bangsa di Timur Dekat kuno bersifat kasar dan penuntut, maka sifat penyayang dan pengasih dari Allah yang sejati (Keluaran 34:6-7) menjadikan Dia pribadi yang sempurna untuk menerima setiap kepedihan hati umat-Nya. Hal ini tercermin sekali dalam kitab Ratapan. Yeremia, yang dipercaya sebagai penulisnya, menuliskan kitab ini dalam kepedihan hati karena kehancuran Yerusalem di 586 SM. Ratapan ini terdiri dari lima sajak, yang semuanya berisi perasaan duka karena kehancuran “kota damai” (arti dari Yerusalem).—Bill Crowder

Bagaimana cara kamu melakukan pemeriksaan rohani yang sehat terhadap dirimu sendiri? Dua hal apa yang dapat kamu singkirkan untuk memperbaiki hubunganmu dengan Allah?

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku. Lihatlah, apakah ada perubahan yang perlu kulakukan hari ini agar aku dapat mengenal dan melayani-Mu lebih baik lagi.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate