Pages - Menu

Monday, August 3, 2020

Perang Benar-Benar Sudah Berakhir

Kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia. —Roma 6:4

Perang Benar-Benar Sudah Berakhir

Selama dua puluh sembilan tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II, Hiroo Onoda bersembunyi di hutan belantara dan menolak untuk percaya bahwa negaranya sudah menyerah. Dahulu, para petinggi militer Jepang mengirim Onoda ke pulau Lubang yang terpencil di Filipina dengan perintah untuk memata-matai pasukan Sekutu. Lama setelah perjanjian perdamaian ditandatangani dan perang berakhir, Onoda tetap tinggal dalam hutan belantara tersebut. Pada tahun 1974, komandan Onoda datang ke pulau itu untuk menemuinya dan meyakinkannya bahwa perang benar-benar sudah berakhir.

Selama tiga puluh tahun, Onoda hidup dalam kondisi memprihatinkan dan terisolasi dari dunia luar karena ia menolak untuk menyerah—menolak untuk percaya bahwa pertikaian sudah usai. Kita dapat melakukan kesalahan yang sama. Rasul Paulus menyerukan kebenaran yang menakjubkan bahwa “kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya” (Rm. 6:3). Di atas kayu salib, dengan cara yang penuh kuasa dan misterius, Tuhan Yesus membungkam kebohongan Iblis, mengenyahkan kengerian maut, dan melepaskan manusia dari cengkeraman dosa yang kuat. Meskipun kita sudah “mati bagi dosa” dan “hidup bagi Allah” (ay.11), sering kali kita menjalani hidup seakan masih berada di bawah kuasa Iblis. Kita takluk pada godaan dan menyerah pada bujukan dosa. Kita mempercayai kebohongan dan tidak mempercayai Tuhan Yesus. Namun, kita tidak perlu putus asa. Kita tidak perlu hidup dalam kebohongan. Oleh anugerah Allah, kita dapat menghayati kemenangan Kristus yang nyata.

Meskipun kita masih akan terus bergumul dengan dosa, pembebasan dialami ketika kita menyadari bahwa Yesus Kristus telah memenangi peperangan. Kiranya kita dapat menghidupi kebenaran itu dengan kuasa-Nya.—WINN COLLIER

WAWASAN
Pertanyaan Paulus di Roma 6:1—“Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” —mengalir dari pengamatannya di pasal sebelumnya bahwa “di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (5:20). Jadi, Paulus bertanya apakah kasih karunia adalah izin untuk berdosa. Jawabannya tentu tidak, apabila kita lebih menghargai keberadaan kita di bawah tangan kasih dan pemeliharaan Kristus daripada di bawah penghukuman dan penawanan hukum Taurat (ay.21). Jawabannya tentu tidak, ketika kita melihat bahwa apa yang terenggut dari Adam sekarang kita alami secara berlimpah—hidup, kasih, damai, dan pengharapan—dengan menyadari makna dari kesatuan kita di dalam dan bersama Yesus (pasal 5-6).—Mart DeHaan

Bagaimana kamu terpengaruh untuk mempercayai bahwa kematian dan dosa masih berkuasa atas hidup kamu? Di manakah kamu dapat melihat kemenangan Kristus memang sudah nyata?

Tuhan Yesus, aku tahu Engkau sudah menang atas kejahatan dan kegelapan. Tolonglah aku hidup dengan menghayati kemenangan-Mu.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate