Pages - Menu

Sunday, December 13, 2020

Karunia Berbicara di Hari Natal

 

Seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. —Lukas 1:64

Karunia Berbicara di Hari Natal

Serangan stroke yang dialami Tom pasca operasi telah merenggut kemampuan bicaranya dan ia pun harus menjalani rehabilitasi yang cukup panjang. Berminggu-minggu kemudian, kami terkejut sekaligus senang melihat kemunculannya kembali di gereja dalam kebaktian khusus hari Thanksgiving. Yang lebih mengejutkan lagi, Tom berdiri dan berbicara. Ia berbicara dengan terbata-bata, kata-katanya terbolak-balik, diulang-ulang, bahkan salah menyebutkan hari dan tanggal. Namun, satu hal yang jelas: ia memuji Allah! Adakalanya kita mengalami momen yang membuat kita sedih sekaligus diberkati. Melihat Tom dan mendengar kesaksiannya adalah momen seperti itu.

Dalam kisah “pra-Natal” kita bertemu dengan seorang laki-laki yang juga kehilangan kemampuan bicara. Malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Zakharia, seorang imam, dan memberitahukan bahwa ia akan menjadi ayah dari seorang nabi besar (baca Luk. 1:11-17). Zakharia dan istrinya sudah tua, sehingga ia ragu. Saat itulah Gabriel mengatakan kepadanya, bahwa ia tidak akan bisa berkata-kata lagi “sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi” (ay.20).

Hari yang ditunggu itu benar-benar terjadi. Kemudian saat bayi itu akan diberi nama, terjadi keajaiban—Zakharia berbicara. Dengan kata-katanya yang pertama, ia memuji Allah (ay.64). Ia pun berkata, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya” (ay.68).

Seperti Zakharia, begitu bisa berbicara lagi, respons Tom adalah memuji Allah. Hati keduanya condong kepada Dia, yang menciptakan lidah dan pikiran mereka. Apa pun yang sedang kita hadapi saat ini, kita juga dapat merespons dengan cara yang sama. —Tim Gustafson

WAWASAN
Alkitab mewarisi banyak kisah tentang kehamilan yang tidak lazim. Abraham dan Sara sudah berusia lanjut, dan Sara mandul, tetapi kemudian ia melahirkan Ishak sebagai penggenapan janji Allah (Kejadian 17:15-19). Ribka, istri Ishak, tidak mempunyai anak sampai Allah menjawab doa Ishak, sehingga Ribka pun melahirkan Esau dan Yakub (25:21-26). Rahel, istri Yakub, mandul (29:31) sampai Allah campur tangan dan ia pun melahirkan Yusuf (30:22-24). Istri Manoah mandul, tetapi kemudian melahirkan Simson, sesuai janji Allah (Hakim-Hakim 13). Hana meminta anak kepada Allah dan kemudian melahirkan Samuel (1 Samuel 1:1-20). Dalam Lukas 1, malaikat mengabarkan bahwa Elisabet, yang telah tua dan mandul (ay.5-7), akan melahirkan anak laki-laki bernama Yohanes (ay.11-17,57-60). Kelahiran-kelahiran yang ajaib itu menghasilkan orang-orang yang penting bagi rencana Allah. Yohanes mempersiapkan jalan bagi yang paling penting—Yesus, yang lahir dari seorang perawan. —Con Campbell

Bagaimana kamu merespons krisis yang datang? Apa reaksimu, ketika kamu berhasil melalui hal sulit itu?

Terima kasih, ya Bapa, untuk kemampuan berbicara yang Engkau karuniakan. Saat timbul keragu-raguan, sertailah diriku agar imanku tetap teguh. Tolonglah aku belajar menggunakan kata-kataku untuk mendekatkanku kepada-Mu dan memuliakan-Mu.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate