Pages - Menu

Monday, May 13, 2019

Kerinduan yang Terukir

Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana. —Ulangan 34:4
Kerinduan yang Terukir
“Ah, setiap dermaga adalah kerinduan yang terukir!” begitulah bunyi sebaris kalimat dalam puisi berbahasa Portugis “Ode MarĂ­tima” karya Fernando Pessoa. Dermaga itu mewakili perasaan kita saat sebuah kapal beranjak perlahan meninggalkan kita. Kapal berangkat tetapi dermaga tetap di tempatnya, menjadi monumen abadi yang melambangkan harapan dan impian, perpisahan dan kerinduan. Kita merasa sedih karena ada yang hilang, dan atas sesuatu yang tidak dapat kita raih.
“Kerinduan” merujuk kepada hasrat nostalgia yang kita rasakan—suatu kepedihan mendalam yang tak terjelaskan. Sang pujangga melukiskan sesuatu yang tidak terlukiskan.
Bagi Musa, Gunung Nebo mungkin adalah “kerinduan yang terukir”. Dari Nebo, ia melihat tanah perjanjian yang takkan dicapainya. Firman Tuhan kepada Musa—“Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana”(Ul. 34:4)—mungkin terdengar keras. Namun, jika hanya itu yang kita lihat, kita justru melewatkan inti masalahnya. Allah justru sedang menghibur Musa: “Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu” (ay.4). Tidak lama setelah itu, Musa meninggalkan Nebo untuk suatu negeri yang jauh lebih indah dari Kanaan (ay.5).
Dalam kehidupan ini, sering kita seperti berdiri di dermaga. Orang yang kita cintai pergi; pengharapan kita musnah; impian kita pupus. Namun di tengah itu semua, kita merasakan sekilas keindahan taman Eden dan secercah surga. Kerinduan kita membawa kita kepada Tuhan. Dialah yang memuaskan segala kerinduan kita. —TIM GUSTAFSON
WAWASAN

Pasal terakhir dalam kitab Ulangan menceritakan kembali perihal Musa yang dilarang masuk ke tanah perjanjian karena ketidaktaatannya kepada Allah di mata air Meriba (Bilangan 20:1-13; Mazmur 106:32-33). Namun, Musa diizinkan melihat tanah perjanjian dari Gunung Nebo di Moab (wilayah Yordania zaman modern), di sebelah timur Sungai Yordan (Ulangan 34:1-4).
Seluruh angkatan Israel pertama yang berumur dua puluh tahun ke atas telah mati di padang gurun, kecuali Musa, Yosua, dan Kaleb (Bilangan 32:11-12). Musa sedang mempersiapkan angkatan kedua untuk memasuki Kanaan, saat itulah orang Israel menggerutu kepada Musa karena tidak ada air untuk diminum (20:1-13). Allah menyuruh Musa, “Katakanlah kepada bukit batu itu . . . demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka” (ay.8). Namun bukannya berkata kepada bukit batu, Musa memukulnya dua kali (ay.11). Dengan perbuatan itu, di depan rakyat ia menunjukkan kurangnya iman bahwa Allah mampu memenuhi kebutuhan umat-Nya, dan hal itu sama dengan tidak menghormati Allah (ay.12). —K.T. Sim
Apa saja kerinduan Anda yang belum tergenapi? Area mana saja dalam hidup ini yang coba Anda puaskan dengan hal-hal yang salah? Bagaimana Anda dapat menemukan kepuasan sejati dalam Allah saja?
Hal terindah dalam hidupku adalah kerinduan—untuk meraih Gunung yang mulia dan menemukan asal usul semua keindahan yang ada. —C. S. Lewis

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate