Kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya.—Yehezkiel 18:27
Ketika John, pengelola rumah bordil terbesar di London, dijatuhi hukuman penjara, ia masih meyakini bahwa dirinya “orang baik”. Selama di penjara, ia memutuskan untuk menghadiri kegiatan pendalaman Alkitab dengan niat agar bisa menikmati kue dan kopi yang disuguhkan. Namun, ia sangat terkejut melihat bagaimana sesama narapidana di sana terlihat begitu bersukacita. John menangis saat lagu pertama dinyanyikan, lalu seseorang memberinya sejilid Alkitab. Sebuah ayat yang dibacanya dari kitab Yehezkiel membuatnya seperti “disambar petir”. Ayat yang mengubah hidupnya itu berbunyi: “Kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, . . . ia pasti hidup, ia tidak akan mati” (Yeh. 18:27-28). Firman Tuhan membuka matanya dan membuatnya tersadar, “Aku bukan orang baik . . . aku orang jahat yang harus berubah.” Ketika berdoa dengan pembina rohani di penjara, ia berkata, “Aku sudah bertemu dengan Yesus Kristus dan Dia mengubahku.”
Kata-kata dalam kitab Yehezkiel tersebut disampaikan kepada umat Allah yang tinggal di pembuangan. Mereka telah berpaling dari Allah, tetapi Dia masih merindukan mereka bertobat dari pelanggaran mereka dan memperoleh hati dan roh yang baru (ay.31). Kata-kata itulah yang menolong John untuk bertobat dan menjalani hidup baru (ay.32) sembari ia mengikut Yesus, Pribadi yang memanggil orang berdosa untuk bertobat (Luk. 5:32).
Kiranya kita juga menanggapi teguran Roh Kudus atas dosa-dosa kita, supaya kita pun menikmati pengampunan dan kebebasan dari dosa.—AMY BOUCHER PYE
WAWASAN
Inclusio merupakan teknik sastra yang memakai pengulangan sebuah kata,
frasa, atau ide pada awal dan akhir sebuah bacaan. Meski pengulangan
terkadang menunjukkan gagasan penting dalam sebuah teks, tetapi poin
utama inclusio tidak terkandung dalam kata-kata yang diulang melainkan
pada gagasan di antaranya. Dalam Yehezkiel 18:25-29, ayat 25 dan 29
membentuk inclusio. Dengan pengecualian beberapa kata, kedua ayat
tersebut persis sama. Itu berarti pesan yang ditekankan dari paragraf
tersebut muncul di ayat 26-28. Di sini Allah mengingatkan umat-Nya
tentang hubungan dosa dengan maut, dan kebenaran dengan hidup. Allah
mengingatkan mereka bahwa Dia adil dan tidak menghendaki seorang pun
binasa (lihat 2 Petrus 3:9). —J.R. Hudberg
Apa jawabmu apabila orang bertanya apakah kamu “orang baik”? Area mana saja dalam kehidupanmu yang masih perlu mengalami pertobatan?
Allah Bapa, terima kasih karena Engkau telah menyadarkan aku akan dosa-dosaku lewat teguran Roh Kudus-Mu. Lembutkanlah hatiku untuk rela bertobat dan menerima pengampunan dari-Mu.
No comments:
Post a Comment