Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.—Kejadian 2:18
“Akulah yang mengurus semua keperluannya. Kalau ia bahagia, aku juga,” kata Stella. Merle berkata, “Aku senang selama ia ada di dekatku.” Merle dan Stella sudah menikah selama 79 tahun. Ketika Merle merana saat dirawat di panti jompo, Stella pun dengan senang hati membawanya pulang. Merle berusia 101 tahun dan Stella 95 tahun. Meskipun Stella membutuhkan alat bantu untuk berjalan, dengan penuh kasih ia masih melakukan apa yang dapat ia lakukan bagi suaminya, seperti menyiapkan makanan kesukaannya. Ada yang tidak dapat dilakukannya sendiri, tetapi cucu-cucu dan para tetangga datang membantu mengurusnya.
Kehidupan Stella dan Merle menjadi contoh dari firman Allah dalam Kejadian pasal 2, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (ay.18). Tak satu pun makhluk yang dibawa Allah kepada Adam sesuai dengan deskripsi itu. Hanya di dalam Hawa, yang diciptakan dari tulang rusuk Adam, Adam menemukan penolong dan teman hidup yang sepadan (ay.19-24).
Hawa adalah teman hidup yang sempurna untuk Adam, dan melalui mereka Allah membentuk lembaga pernikahan. Pernikahan tidak dibentuk hanya agar dua individu dapat saling menolong dan memiliki, tetapi juga agar mereka membangun keluarga dan memelihara ciptaan Allah, termasuk memperhatikan orang lain (1:28). Dari keluarga pertama itu terbentuklah komunitas, agar baik menikah atau lajang, tua atau muda, tidak ada dari kita yang hidup seorang diri saja. Sebagai komunitas, kita mendapat kesempatan berharga dari Allah untuk “menanggung beban” satu sama lain dengan rela (Gal. 6:2).—ALYSON KIEDA
WAWASAN
Kejadian 2:4-24 merupakan kali kedua kisah tentang penciptaan dituturkan
dalam Alkitab. Mengapa ada dua? Dalam Kejadian 1, fokusnya terletak
pada Allah dan kuasa-Nya yang menakjubkan: Dia berfirman maka alam
semesta—segala sesuatu—terjadi. Dalam Kejadian 2, kita melihat fokus
yang sangat berbeda. Setelah tidak ditemukan “penolong yang sepadan”
bagi Adam di antara hewan-hewan itu (ay.20), Allah membuat Adam tertidur
dan mengambil tulang rusuknya untuk menjadikan pasangan sekaligus
sahabat yang sempurna: seorang perempuan, yaitu Hawa. Demikian
sempurnanya mereka sehingga keduanya menjadi “satu daging” (ay.24).
Kisah yang kedua berfokus pada kebutuhan mendasar kita akan hubungan
sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dijadikan
serupa dengan-Nya berarti tidak sendirian. Kedua kisah penciptaan ini
menyingkapkan dua aspek mengagumkan dari karakter Allah: Dialah Allah
Mahakuasa, yang telah menciptakan Anda dan saya dari tidak ada menjadi
ada, tetapi kepedulian-Nya membuat Dia tidak ingin kita sendirian
(ay.18). —Alyson Kieda
Terhiburkah kamu saat mengetahui bahwa baik menikah atau tidak, kita sebagai orang percaya tidak akan pernah seorang diri saja? Pernahkah kamu melihat dan mengalami karya nyata dari komunitas orang percaya sebagai tubuh Kristus?
Ya Allah, terima kasih Engkau telah menciptakan pria dan wanita untuk saling memiliki dan Engkau membentuk komunitas supaya tidak ada di antara kami yang benar-benar seorang diri saja.
No comments:
Post a Comment