Pages - Menu

Tuesday, January 29, 2019

Mengoyakkan Langit

Koyakkanlah langit dan turunlah, ya Tuhan. —Yesaya 64:1 BIS
Mengoyakkan Langit
Dalam suatu percakapan baru-baru ini, seorang teman menceritakan bahwa ia telah meninggalkan imannya dengan alasan yang tak lagi asing bagi saya. Ia mengeluh, Bagaimana aku bisa percaya kepada Allah yang sepertinya tak pernah melakukan apa pun? Kebanyakan dari kita pasti pernah memikirkan pertanyaan serupa, seperti ketika melihat berita tentang tindak kejahatan maupun pengalaman pahit yang kita alami sendiri. Pergumulan yang dialami teman saya mengungkapkan kerinduannya yang besar agar Allah melakukan sesuatu baginya, dan itu adalah kerinduan yang pernah dirasakan oleh kita semua.
Israel tahu betul perasaan itu. Kerajaan Babel telah menaklukkan Israel, menghancurkan mereka dengan tangan besi, dan mengubah Yerusalem menjadi reruntuhan. Nabi Yesaya pun mengungkapkan keraguan orang Israel yang amat mendalam: Di manakah Allah yang seharusnya menyelamatkan kami? (Yes. 63:11-15). Namun, tepat di saat seperti itulah, Yesaya mengucapkan doa yang berani: “Koyakkanlah langit dan turunlah, ya Tuhan” (64:1 BIS). Kepedihan dan kesusahan hati Yesaya tidak membuatnya menjauh dari Allah, melainkan justru semakin mendekat kepada-Nya.
Keraguan dan masalah kita menunjukkan betapa kita telah jauh tersesat dan membutuhkan Allah untuk menjangkau kita kembali. Di sinilah kita melihat tindakan-Nya yang luar biasa dan tak terbandingkan. Dalam Yesus, Allah memang mengoyakkan langit dan turun bagi kita. Kristus menyerahkan tubuh-Nya yang koyak dan hancur agar Dia dapat merengkuh kita dengan kasih-Nya. Dalam diri Yesus, Allah datang kepada kita. —Winn Collier
Ya Tuhan, aku sering bersikap seolah-olah aku bisa mengatur sendiri hidupku dan menemukan jawaban atas segala pertanyaan hidupku. Namun, sesungguhnya aku tak bisa. Aku membutuhkan-Mu. Koyakkanlah langit dan turunlah, ya Tuhan!
Pertanyaan atau keraguan apa yang ingin kamu nyatakan kepada Allah?

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate