Pages - Menu

Wednesday, April 17, 2019

Bertumbuh Mekar Seperti Bunga

Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga. —Mazmur 103:15
Bertumbuh Mekar Seperti Bunga
Cucu saya yang paling kecil baru berusia dua bulan, tetapi setiap kali saya melihatnya, ada saja perubahan-perubahan kecil dalam dirinya. Baru-baru ini, ketika saya sedang berbicara lembut kepadanya, ia menatap saya dan tersenyum! Tiba-tiba saja saya menangis. Mungkin saya gembira melihat senyumnya, sekaligus terharu mengenang senyum pertama anak-anak saya sendiri—sesuatu yang saya saksikan sekian puluh tahun lalu, tetapi yang rasanya baru terjadi kemarin. Terkadang memang ada saat-saat yang tidak bisa dijelaskan seperti itu.
Dalam Mazmur 103, Daud menuliskan sebuah pujian puitis yang memuji Allah sembari mengingat betapa cepatnya saat-saat indah dalam hidup kita berlalu: “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia” (ay.15-16).
Meskipun mengakui betapa singkatnya hidup ini, Daud menggambarkan bunga itu “berbunga” atau berkembang. Meskipun setiap tangkai bunga mekar dan tumbuh dengan cepat, tetapi wangi, warna, serta keindahannya membawa sukacita besar pada saat itu. Berbeda dengan setangkai bunga yang bisa sedemikian cepatnya dilupakan—“dan tempatnya tidak mengenalnya lagi” (ay.16)—kita mendapatkan jaminan bahwa ”kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia” (ay.17).
Seperti bunga, kita dapat bersukacita dan bertumbuh pada suatu waktu; tetapi kita juga bisa mensyukuri bagaimana setiap momen dalam kehidupan kita tidak pernah benar-benar terlupakan. Allah mengendalikan setiap detail hidup kita, dan kasih setia-Nya yang kekal akan selalu menyertai anak-anak-Nya selama-lamanya! —Alyson Kieda
WAWASAN

Dalam Mazmur 103, Daud memuji sifat belas kasih Allah. Dengan membandingkan kasih Allah dengan dengan kasih seorang ayah, ia menuliskan bahwa Tuhan berbelas kasihan kepada orang-orang yang takut akan Dia. Maksud Daud bukanlah bahwa Allah berbelas kasih kepada mereka yang ketakutan terhadap Dia, seolah Tuhan mengawasi dan memastikan agar semua orang menerima otoritas-Nya karena tertekan oleh rasa takut. Sebaliknya, kata “takut” di sini memiliki pengertian sebagai pengenalan yang tepat dan sikap yang patut kepada pribadi yang memang layak dihormati. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada mereka yang takut akan Dia, yang memiliki pengertian dan menyembah-Nya dengan penuh hormat.
Mungkin kita cenderung berpikir bahwa rasa takut kitalah yang menghasilkan belas kasih-Nya. Namun, dalam ungkapan puitisnya, Daud mengajarkan bahwa belas kasihan itu berasal dari Allah, sama sekali bukan balasan atas pengakuan kita tentang Dia. Belas kasih Allah merupakan sikap Allah terhadap kita karena melihat siapa kita sebenarnya—debu. Allah berbelas kasih kepada kita karena kita hanya debu. —J.R. Hudberg
Dalam hal apa Anda bisa “berbunga” di saat ini? Bagaimana Anda dapat memberikan sukacita kepada orang lain?
Allah menyediakan apa yang kita butuhkan untuk bertumbuh bagi-Nya.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate