Anak-anak saya sangat gembira, sementara saya merasa gelisah. Saat liburan, kami mengunjungi sebuah akuarium yang memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk membelai hiu-hiu kecil yang dipelihara dalam kolam khusus. Saat saya bertanya kepada petugas apakah hiu-hiu itu pernah menggigit jari pengunjung, ia menjelaskan bahwa ikan-ikan itu baru saja diberi makan dan sudah diberi makanan ekstra. Hewan-hewan itu tidak akan menggigit karena tidak merasa lapar.
Pelajaran yang saya dapat tentang membelai hiu ternyata sesuai dengan perkataan dalam kitab Amsal: “Orang yang kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis” (Ams. 27:7). Rasa lapar—kekosongan yang dirasakan dalam batin—dapat melemahkan ketajaman kita dalam mengambil keputusan. Rasa lapar mendorong kita untuk mencari kepuasan diri dengan apa pun yang dapat memuaskan kita, sekalipun hal itu membawa kerugian bagi orang lain.
Namun, Allah menghendaki hidup kita tidak dikuasai oleh hasrat kita. Dia rindu kita dipenuhi oleh kasih Kristus supaya apa pun yang kita lakukan bersumber dari kedamaian dan stabilitas yang Dia sediakan. Kesadaran terus-menerus bahwa kita dikasihi tanpa syarat itulah yang memberikan kita kepercayaan diri. Kita pun dimampukan untuk menyaring hal-hal yang “baik” dalam kehidupan ini—seperti pencapaian, harta benda, dan hubungan dengan sesama.
Hanya hubungan dengan Yesus yang dapat memberikan kepuasan sejati. Kiranya kita memegang teguh kasih-Nya yang ajaib bagi kita, sehingga kita senantiasa “dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (ef. 3:19) demi kebaikan kita—dan orang lain juga. —Jennifer Benson Schuldt
WAWASAN
Amsal banyak berbicara tentang hubungan antar manusia (10:12; 16:28; 17:9-10; 18:24) serta pentingnya memiliki teman-teman yang takut akan Allah (12:26; 13:20;17:17; 22:24-25; 24:1-2). Dalam Amsal 27, Salomo memuji nilai seorang sahabat sejati (ay.5-6, 9-10, 17). Kawan yang bisa dipercaya adalah orang-orang yang masuk dalam kehidupan Anda dan bisa menegur serta mengoreksi dengan kasih; mereka tidak takut ‘mengecewakan’ Anda untuk sementara (dengan teguran) demi melindungi Anda dari bahaya yang fatal (ay.5-6). Nasihat mereka yang tulus dan jujur terasa seperti aroma minyak dan wangi-wangian yang menyenangkan (ay.9). Teman sejati adalah mereka yang tetap dekat dan selalu ada saat Anda membutuhkannya, menyediakan penghiburan dan dukungan dalam masa-masa kesukaran (ay.10). Teman sejati menjadikan Anda orang yang lebih baik (ay.17). —K.T. Sim
Amsal banyak berbicara tentang hubungan antar manusia (10:12; 16:28; 17:9-10; 18:24) serta pentingnya memiliki teman-teman yang takut akan Allah (12:26; 13:20;17:17; 22:24-25; 24:1-2). Dalam Amsal 27, Salomo memuji nilai seorang sahabat sejati (ay.5-6, 9-10, 17). Kawan yang bisa dipercaya adalah orang-orang yang masuk dalam kehidupan Anda dan bisa menegur serta mengoreksi dengan kasih; mereka tidak takut ‘mengecewakan’ Anda untuk sementara (dengan teguran) demi melindungi Anda dari bahaya yang fatal (ay.5-6). Nasihat mereka yang tulus dan jujur terasa seperti aroma minyak dan wangi-wangian yang menyenangkan (ay.9). Teman sejati adalah mereka yang tetap dekat dan selalu ada saat Anda membutuhkannya, menyediakan penghiburan dan dukungan dalam masa-masa kesukaran (ay.10). Teman sejati menjadikan Anda orang yang lebih baik (ay.17). —K.T. Sim
Apa yang paling kamu kejar dalam hidup ini?
Mengapa Yesus sanggup memenuhimu dengan cara yang tidak dapat dilakukan
oleh yang lain?
Mereka yang menerima Yesus sebagai Roti Hidup tidak akan lapar lagi.
No comments:
Post a Comment