Pages - Menu

Thursday, July 18, 2019

Pertolongan yang Bijaksana

Tabahkan hati orang yang takut; tolonglah orang yang perlu ditolong dan sabarlah terhadap semua orang. —1Tesalonika 5:14 BIS
Pertolongan yang Bijaksana
Saat mobil saya berhenti di lampu merah, saya melihat lagi orang yang sama berdiri di pinggir jalan. Ia memegang papan dari kardus bertuliskan: Butuh uang untuk makan. Pemberian apa pun sangat membantu. Saya berpaling dan menghela nafas. Apakah saya tipe orang yang tidak peduli kepada orang miskin?
Banyak orang berpura-pura membutuhkan sesuatu padahal mereka sebenarnya penipu. Ada yang memang benar-benar membutuhkan bantuan tetapi menghadapi kesulitan dalam mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk. Para pekerja sosial mengatakan bahwa lebih baik menyumbang melalui yayasan-yayasan sosial di kota kami. Dengan berat hati, saya pun beranjak dari tempat itu. Saya merasa bersalah, tetapi mungkin itu langkah yang bijaksana.
Allah memerintahkan kepada kita, “Tegurlah dengan rukun orang yang tidak mau bekerja; tabahkan hati orang yang takut; tolonglah orang yang perlu ditolong” (1 Tes. 5:14 BIS). Untuk melakukannya dengan benar, kita perlu tahu siapa yang termasuk dalam kategori-kategori di atas. Bila kita menegur mereka yang takut, bisa jadi kita sedang mematahkan semangatnya; bila kita menolong orang yang tidak mau bekerja, kita bisa membuatnya semakin malas. Oleh karena itu, yang terbaik adalah kita membantu seseorang yang cukup kita kenal agar kita mengetahui kebutuhan yang sebenarnya.
Apakah Allah menggerakkan hatimu untuk menolong seseorang? Luar biasa! Kamu dapat mulai melangkah. Namun, jangan mengira kamu sudah tahu kebutuhannya. Mintalah kepadanya untuk menceritakan kisahnya, dan dengarkanlah. Setelah itu, berikanlah bantuan dengan bijaksana dan sungguh-sungguh, bukan sekadar untuk membuatmu merasa lebih baik. Bila kita benar-benar bermaksud untuk “berbuat baik, seorang kepada yang lain”, kita bisa lebih sabar “terhadap semua orang,” bahkan di saat mereka jatuh (ay.14-15 BIS). —Mike Wittmer
WAWASAN
Sebagian besar pakar Alkitab sependapat bahwa Paulus menulis surat 1 Tesalonika pada masa delapan belas bulan pertamanya saat tinggal di Korintus (sekitar tahun 49-51 SM) selama perjalanan misinya yang kedua (lihat Kisah Para Rasul 18:1-18). Paulus, Timotius, dan Silas mengajar di rumah ibadat di Tesalonika selama tiga hari Sabat berturut-turut. Selama waktu itu, beberapa orang Yahudi maupun non-Yahudi yang takut akan Allah yang menjadi percaya kepada Yesus (Kisah Para Rasul 17:4). Namun, sejumlah pihak yang membuat keributan memaksa mereka untuk meninggalkan kota (ay. 9-10). Tak lama setelah itu, Paulus mengirim Timotius ke sana untuk melihat keadaan jemaat baru itu. Ketika Timotius bertemu dengan Paulus di Korintus, ia menyampaikan laporan yang akhirnya mendorong Paulus untuk menulis surat ini. Tema utama surat Tesalonika adalah kedatangan Kristus kali kedua. Bacaan hari ini mengajarkan bagaimana kita harus menjalani hidup saat ini hingga kelak Dia kembali. —Alyson Kieda
Kapan kamu merasa paling dibantu oleh orang lain? Apa yang kamu pelajari tentang cara terbaik untuk membantu sesama?
Bapa, ajarlah aku untuk bijaksana dan tekun dalam menolong sesamaku.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate