Pages - Menu

Sunday, September 22, 2019

Bertumbuh dalam Pengenalan

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. —Filipi 4:13
Bertumbuh dalam Pengenalan
“Kamu akan ikut dalam program pertukaran pelajar!” Waktu itu saya berumur tujuh belas tahun dan sangat senang mendengar kabar bahwa saya diterima menjadi peserta program pertukaran pelajar di Jerman. Namun, saya hanya mempunyai waktu tiga bulan sebelum keberangkatan dan belum pernah mengikuti les bahasa Jerman sama sekali.
Hari-hari selanjutnya menjadi sangat padat—saya belajar bahasa berjam-jam, bahkan sampai menuliskan kosa katanya di telapak tangan untuk menghafalnya.
Beberapa bulan kemudian, memang saya berada di dalam kelas di Jerman, tetapi saya sangat kecil hati karena belum juga lancar berbahasa. Hari itu, seorang guru memberi saya nasihat yang bijaksana. “Belajar bahasa ibarat memanjat bukit pasir. Adakalanya kamu merasa tidak maju-maju. Meskipun demikian, teruslah berusaha maka kamu akan berhasil,” katanya.
Terkadang saya mengingat kembali nasihat itu saat saya memikirkan apa artinya bertumbuh sebagai pengikut Yesus. Rasul Paulus mengenang, “Saya sudah mengenal rahasianya untuk menghadapi keadaan yang bagaimanapun juga” (Flp. 4:12 BIS). Bagi Paulus pun kedamaian pribadi tidak serta-merta ia dapatkan, melainkan dialaminya sebagai proses pertumbuhan. Ia membagikan rahasia pertumbuhannya, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (ay.13).
Hidup ini penuh tantangan. Namun, saat kita berpaling kepada Dia yang telah “mengalahkan dunia” (Yoh. 16:33), kita akan mendapati bahwa bukan hanya Dia setia membawa kita melewati segala pergumulan, tetapi juga bahwa tidak ada yang lebih berarti daripada kedekatan kita dengan-Nya. Dia memberikan kepada kita damai-Nya, memampukan kita percaya, dan menguatkan kita berjalan bersama-Nya. —James Banks
WAWASAN
Dalam Filipi 4:7-19, Paulus menggambarkan suatu paradoks. Di satu sisi, ia hidup dengan tenang dan “mencukupkan diri”, percaya bahwa Allah memenuhi segala kebutuhannya (ay.11). Di sisi lain, Paulus menyatakan bahwa orang percaya sepenuhnya bergantung pada Allah dan sesama; ia juga menasihati mereka untuk menyatakan kebutuhan mereka secara jujur dalam doa (ay.7,9,19). Rasul Paulus juga menyinggung paradoks lain: meskipun kita memiliki segala yang kita perlu dalam Allah, tetapi kelimpahan dan damai sejahtera Allah paling terasa dalam komunitas, yaitu dengan sesama orang percaya yang saling berbagi sukacita dan dukacita. Meskipun ia menyatakan bahwa dirinya tidak dalam “kekurangan” (ay.11), Paulus sangat berterima kasih atas kesediaan orang-orang percaya untuk mengambil bagian dalam pergumulannya (ay.10,14). Pada surat lain, ia menguraikan pemikiran tersebut dengan menggambarkan kumpulan orang percaya sebagai satu tubuh yang saling bergantung satu sama lain, di mana setiap orang dibutuhkan (1 Korintus 12:12-27). —Monica Brands
Bagaimana kamu akan berfokus kepada Yesus hari ini? Bagaimana caramu mendorong orang lain untuk juga mendekat kepada-Nya?
Tuhan Yesus, terima kasih atas damai sejahtera yang Kauberikan kepadaku saat aku berpaling kepada-Mu. Tolong aku tetap dekat kepada-Mu hari ini!

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate