Pages - Menu

Sunday, September 1, 2019

Tidak Berubah

Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. —Ibrani 13:8
Tidak Berubah
Saya dan istri, Cari, baru-baru ini bepergian ke Santa Barbara, California—kota tempat kami pertama kali bertemu dan jatuh cinta tiga puluh lima tahun lalu—untuk menghadiri reuni kampus. Kami berencana mengunjungi tempat-tempat kenangan yang dahulu suka kami datangi semasa muda. Namun, sewaktu kami sampai di tempat restoran Meksiko favorit kami, ternyata di sana sudah berdiri sebuah toko bahan bangunan. Selembar plakat besi tergantung di dinding toko untuk memperingati kehadiran restoran itu dan pelayanannya selama empat dekade di lingkungan tersebut.
Saya memandangi trotoar jalanan yang sepi dan tidak asing itu, yang dahulu dipenuhi meja dan payung warna-warni. Begitu banyak yang berubah di sekitar kita! Namun, di tengah segala perubahan itu, kesetiaan Allah tidak pernah berubah. Daud mengamati hal tersebut dengan pilu: “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi. Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu” (Mzm. 103:15-17). Daud pun menutup mazmurnya dengan kata-kata ini: “Pujilah Tuhan, hai jiwaku!” (ay.22)
Filsuf kuno Herakleitos berkata, “Kau takkan pernah bisa menginjakkan kaki ke sungai yang sama dua kali.” Kehidupan dan keadaan kita selalu berubah, tetapi Allah tetap sama dan selalu akan menggenapi janji-Nya! Kesetiaan dan kasih-Nya dapat diandalkan dari generasi ke generasi. —James Banks
WAWASAN
Dalam Mazmur 103, Daud memaparkan begitu banyak alasan untuk memuji Allah. Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “memuji” memiliki arti “berlutut”—suatu tindakan penyembahan. Jadi, mazmur ini merupakan ajakan untuk beribadah yang lahir dari puji-pujian dalam hati Daud. Pada ayat 1-6, pemazmur mengingatkan dirinya agar jangan pernah melupakan segala hal indah yang sudah Allah perbuat baginya. Selanjutnya, ada panggilan beribadah yang ditujukan kepada bangsa Israel (ay.7-18). Daud mengagungkan pemeliharaan Bapa yang penuh kasih—bagaimana Dia menyatakan Diri-Nya kepada Musa dan membebaskan bangsa Israel dari Mesir. Terakhir, malaikat-malaikat surgawi pun turut diajak memuliakan dan memuji satu-satunya Allah sejati. Daud kemudian menutup mazmur ini sama seperti kata-kata pembuka, yaitu dengan mengingatkan dirinya untuk memuliakan dan memuji Tuhan dari hatinya yang terdalam: “Pujilah TUHAN, hai jiwaku!” (ay.22). —Bill Crowder
Apa yang menguatkan hatimu saat mengetahui bahwa Allah tidak pernah berubah? Kapan kepastian itu pernah menjadi penghiburan bagimu?
Terima kasih, ya Allah yang Mahakuasa dan kekal, karena Engkau tidak pernah berubah dan selalu dapat diandalkan. Tolonglah aku bergantung kepada kasih dan kesetiaan-Mu hari ini.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate