Pages - Menu

Saturday, October 26, 2019

Benih-Benih Anugerah

Benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. —Markus 4:27
Benih-Benih Anugerah
Selama hampir empat dekade, seorang pria di India bekerja keras membuat sebuah lahan kosong yang berpasir menjadi hijau kembali. Setelah melihat erosi dan perubahan ekosistem merusak pulau yang ia cintai, ia pun mulai menanam pohon satu demi satu, dari pohon bambu hingga pohon kapas. Sekarang, pohon-pohon hijau dan satwa liar memenuhi lahan seluas 1.300 hektar itu. Namun, pria itu bersikeras bahwa kelahiran kembali wilayah tersebut dari kegersangan bukanlah hasil kerja kerasnya. Ia menyadari betapa luar biasanya cara kerja alam ini sekaligus kagum pada cara angin yang dapat membawa benih-benih ke tanah yang subur. Burung-burung dan hewan-hewan liar ikut berpartisipasi dalam menaburkannya, dan sungai juga berperan dalam membantu berbagai tanaman dan pohon berkembang.
Cara kerja alam ini tidak selalu dapat kita mengerti atau kendalikan. Menurut Yesus, prinsip yang sama juga berlaku dalam Kerajaan Allah. Dia berkata, “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu” (Mrk. 4:26-27). Allah memberikan kehidupan dan pemulihan kepada dunia sebagai anugerah, tanpa campur tangan kita. Kita hanya melakukan apa yang Tuhan kehendaki dari kita, lalu kita melihat kehidupan berkembang. Kita tahu bahwa segala sesuatu berasal dari anugerah-Nya.
Kita sering tergoda untuk berpikir bahwa kitalah yang bertanggung jawab untuk mengubah hati seseorang atau memastikan hasil dari pekerjaan yang telah kita lakukan dengan setia. Kita tidak perlu hidup dengan tekanan tersebut, karena Allah sendiri yang akan menumbuhkan benih yang kita tabur. Semua karena anugerah-Nya. —Winn Collier
WAWASAN
Dalami Markus 4 (lihat juga Matius 13:1-3; Lukas 5:1-3), tertulis bahwa orang banyak yang berkumpul untuk mendengarkan pengajaran Yesus begitu besar jumlahnya sehingga Dia harus naik ke atas perahu. Mengapa begitu? Karena suara bisa merambat lebih jauh di atas perairan, dan pantai Danau Galilea atau Danau Genesaret (juga disebut Danau Tiberias) di dekat Kapernaum adalah amfiteater alami. Bentuknya melandai turun menuju danau atau teluk—yang kini disebut Teluk Perumpamaan—yang sanggup menampung ribuan orang duduk nyaman dan tata letaknya memungkinkan semua orang mendengarkan suara Kristus. —Alyson Kieda
Pernahkah kamu tergoda untuk berpikir bahwa kamu bertanggung jawab atas pertumbuhan atau hasil yang kamu usahakan? Mengapa sangat penting bagi kita untuk mengandalkan anugerah Allah daripada usaha kita sendiri?
Allah terus berkarya menumbuhkan Kerajaan-Nya oleh anugerah-Nya.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate