Pages - Menu

Wednesday, November 6, 2019

Jangan Pernah Menyerah

Kata [Yesus] kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat.” —Lukas 8:48
Jangan Pernah Menyerah
Ketika seorang teman didiagnosis menderita kanker, dokter menyarankan agar ia bersiap-siap dan membereskan segala urusan yang tersisa. Sambil terisak-isak, ia menelepon saya, mengkhawatirkan suami dan anak-anaknya yang masih kecil. Saya pun meminta teman-teman dekat kami untuk mendoakannya. Kami gembira saat dokter lain menguatkannya untuk tidak putus asa dan menegaskan bahwa ia dan timnya akan berusaha keras meringankan penderitaannya. Meski hari-hari yang dilaluinya terkadang sangat berat, teman saya tetap fokus kepada Allah dan bukan pada masalahnya. Ia tidak pernah menyerah.
Keteguhan imannya mengingatkan saya kepada perempuan yang nekat dalam Lukas 8. Didera oleh penderitaan, kekecewaan, dan pengucilan dua belas tahun lamanya, ia menghampiri Yesus dari belakang dan menjamah ujung jubah-Nya. Kesembuhan yang langsung ia terima adalah buah dari tindakan imannya: terus berharap, percaya bahwa Yesus sanggup melakukan apa yang tidak dapat dilakukan orang lain, meski situasinya terlihat sangat mustahil (ay.43-44).
Mungkin kita sedang mengalami penderitaan yang terasa tidak kunjung berakhir, situasi yang terlihat kelam, atau penantian yang sudah tidak tertahankan lagi. Mungkin kita mengalami situasi yang menekan kita dari segala arah. Mungkin kita tidak kunjung memperoleh kesembuhan yang kita harapkan sekalipun kita terus mempercayai Kristus. Meskipun demikian, Yesus tetap mengajak kita untuk terus mencari Dia, mempercayai-Nya, dan tidak pernah menyerah. Kita dipanggil untuk meyakini bahwa Dia selalu sanggup, selalu dapat dipercaya, dan selalu dapat kita jangkau. —Xochitl Dixon
WAWASAN
Lukas menjabarkan deskripsi paling lengkap tentang kaum perempuan yang mengikuti Yesus serta mendukung-Nya dalam keuangan (8:1-3). Ia juga menceritakan kesembuhan seorang wanita yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan (ay.43-48) dan kebangkitan anak perempuan berusia dua belas tahun (ay.40-56). Di tengah-tengah peristiwa itu ia menyisipkan ucapan Yesus yang mengejutkan tentang Maria, ibu-Nya (ay.19-21). Lukas memancing pembaca untuk melihat apakah pengulangan angka dua belas dalam kisah Kristus dan para perempuan itu hanyalah kebetulan atau memiliki makna ilahi (ay.42-43). Melihat ke belakang, dua belas suku dan dua belas rasul dipilih untuk memberikan kesaksian tentang anak pengharapan yang dijanjikan kepada Hawa (Kejadian 3:15). Memandang ke depan, kitab Wahyu menyebutkan dua belas kesaksian tentang genapnya pemulihan dunia (22:1-2). —Mart DeHaan
Bagaimana baru-baru ini kamu memutuskan tetap mempercayai Yesus di tengah banyaknya tantangan yang ada? Pengharapan apa yang kamu temukan di dalam Dia?
Tuhan Yesus, terima kasih sudah mengingatkan kami bahwa kami tidak pernah berada di luar jangkauan-Mu atau ditinggalkan tanpa harapan. Engkau sanggup melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh siapa pun.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate