Pages - Menu

Sunday, September 6, 2020

Gagal Lagi

 

Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? —Galatia 3:3

Gagal Lagi

Dahulu, ketika masih aktif berkhotbah, adakalanya saya merasa tidak layak melayani pada hari Minggu pagi. Sepanjang minggu sebelumnya, saya merasa belum menjadi suami, ayah, atau teman yang baik. Saya bahkan merasa, sebelum Allah bisa memakai saya lagi, saya harus memperbaiki hidup saya. Jadi, saya berjanji untuk menyelesaikan khotbah saya sebaik mungkin dan berusaha hidup lebih baik lagi di minggu yang akan datang.

Akan tetapi, itu semua tidak benar. Galatia 3 menyatakan bahwa Allah senantiasa memampukan kita dengan Roh-Nya, dan karya-Nya yang luar biasa melalui diri kita adalah anugerah yang cuma-cuma—bukan karena kita telah melakukan sesuatu yang membuat kita layak.

Kehidupan Abraham mencontohkan hal ini. Ia pernah gagal sebagai seorang suami. Ia dua kali membahayakan nyawa Sara dengan berbohong demi menyelamatkan dirinya sendiri (Kej. 12:10-20; 20:1-18). Namun, Allah “memperhitungkan [iman Abraham] itu kepadanya sebagai kebenaran” (Gal. 3:6). Abraham menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah meskipun ia pernah mengalami kegagalan, dan Allah memakainya untuk membawa keselamatan kepada dunia melalui keturunannya.

Perbuatan buruk memang tidak dapat dibenarkan. Yesus memanggil kita untuk mengikut Dia dalam ketaatan, dan Dia telah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk kita melakukannya. Hati yang keras dan menolak untuk bertobat akan selalu merintangi tujuan-Nya digenapi atas kita. Meski demikian, kesanggupan-Nya untuk memakai kita tidaklah bergantung pada seberapa baik diri kita, melainkan bergantung sepenuhnya pada kerelaan Allah untuk berkarya melalui diri kita apa adanya: sebagai pribadi yang telah diselamatkan dan bertumbuh oleh kasih karunia. Kamu tidak perlu bersusah payah memperoleh kasih karunia-Nya, karena Dia memberikannya dengan cuma-cuma.—David H. Roper

WAWASAN
Dalam surat kepada umat Tuhan di Galatia, sebuah provinsi Romawi yang terletak di bagian barat dari negara Turki modern, Paulus menentang pengajaran sebuah kelompok yang dikenal sebagai Yudaiser. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesias tetapi juga mensyaratkan ketaatan pada adat-istiadat agama Yahudi tertentu agar dapat diselamatkan. Hal ini berarti mereka mendorong kaum non-Yahudi untuk menjadi Yahudi supaya dapat menjadi pengikut Yesus. Sunat menjadi syarat utama. Pada sidang di Yerusalem, para pemimpin gereja mendiskusikan manakah praktik keagamaan Yahudi yang masih perlu diikuti oleh orang Kristen non-Yahudi (Kisah Para Rasul 15). Dengan berkata bahwa “jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan” (ay.1), kaum Yudaiser sedang mengajarkan Injil palsu yang berdasarkan perbuatan, bukan kasih karunia (Galatia 2-3; 6:15).—J.R. Hudberg

Bayangkah situasi-situasi ketika kamu pernah merasa tidak layak. Bagaimana Allah, dan kamu sendiri, melihat peristiwa tersebut?

Aku bersyukur, ya Allah, karena Engkau memberkatiku dan memakaiku meskipun aku penuh dengan kegagalan. Sungguh ajaib anugerah-Mu!

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate