Pages - Menu

Saturday, May 9, 2020

Keraguan dan Iman

Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan! —Ayub 1:21

Keraguan dan Iman

Ming Teck bangun dengan sakit kepala yang parah dan mengira migrainnya kambuh. Namun, ketika turun dari ranjang, ia langsung jatuh ke lantai. Ia pun dilarikan ke rumah sakit dan dokter mengatakan bahwa ia terkena serangan otak. Setelah empat bulan menjalani masa rehabilitasi, kemampuan berpikir dan berbicaranya mulai pulih, tetapi jalannya masih tertatih-tatih. Ming sering bergumul dengan perasaan putus asa, tetapi ia merasa sangat terhibur membaca kitab Ayub.

Ayub kehilangan seluruh harta benda dan anak-anaknya hanya dalam waktu satu hari. Ketika mendapat berita yang menyedihkan itu, hal pertama yang ia lakukan adalah memandang kepada Allah dalam pengharapan dan memuji Dia sebagai sumber atas segala sesuatu. Ia mengakui kedaulatan tangan Allah bahkan dalam kemalangan (Ayb. 1:21). Kita mengagumi imannya yang kuat, tetapi sesungguhnya Ayub juga bergumul dengan perasaan putus asa. Setelah kemudian kehilangan kesehatannya (2:7), Ayub mengutuki hari kelahirannya (3:1). Ia bersikap jujur di hadapan sahabat-sahabatnya dan juga kepada Allah mengenai penderitaannya. Namun, pada akhirnya, ia dapat menerima bahwa hal baik maupun buruk memang datang dari tangan Allah (13:15; 19:25-27)

Dalam penderitaan, kita juga bisa merasa terombang-ambing antara perasaan putus asa dan pengharapan, keraguan dan iman. Dalam menghadapi masa-masa sukar, kita tidak dituntut Allah untuk bersikap tangguh dan gagah, tetapi kita diundang untuk datang kepada-Nya dengan membawa segala pertanyaan kita. Walaupun terkadang iman kita bisa menjadi lemah, kita dapat mempercayai bahwa Allah akan selalu setia. —Poh Fang Chia

WAWASAN
Kisah Ayub, bahkan dengan kehilangan dan penderitaan yang begitu ekstrem, adalah penyajian yang jujur dari kehidupan dalam sebuah dunia yang rusak. Kita menghadapi perlawanan dari sisi rohani (Iblis) maupun manusia (istri dan teman-teman Ayub). Kita mengalami masa-masa kemakmuran (Ayb. 1:1-3) dan waktu-waktu kehilangan yang berkepanjangan (ps.1–2). Hati kita pedih karena kehilangan orang-orang yang kita kasihi (1:18-19) dan kesehatan kita dicobai (2:7). Pencobaan yang dialami Ayub sangat lengkap hingga menyentuh hampir setiap aspek dari penderitaan manusia, dan respons Ayub juga merupakan respons yang sangat manusiawi. Terkadang, Ayub mengekspresikan iman dan kepercayaan yang luar biasa kepada Allah (1:20-22), dan di waktu lain ia mempertanyakan sikap Penciptanya yang seakan tidak peduli pada kesusahannya (30:20-24). Pengalaman rohani dan emosional yang jatuh-bangun ini mengingatkan kita akan realitas hidup kita di dunia—realitas tempat Allah memanggil kita untuk mempercayai Dia (ps.38–41), sekalipun kita tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada diri kita. —Bill Crowder

Keraguan dan pertanyaan apa saja yang perlu kamu bawa ke hadapan Allah hari ini? Bagaimana kamu dapat menggunakan Ayub 1:21 sebagai tuntunanmu dalam berdoa kepada Allah?

Bapa yang baik, ketika keraguan dan rasa takut menguasaiku, tolonglah aku untuk mengingat bahwa aku berharga di mata-Mu. Engkau selalu memegang kendali dan Engkau mempedulikanku.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate