Pages - Menu

Sunday, September 20, 2020

Menghentikan Kabar Angin

 

Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong. —Keluaran 23:1

Menghentikan Kabar Angin

Setelah ditunjuk sebagai gembala Gereja Trinitas Kudus di Cambridge, Inggris, Charles Simeon (1759-1836) menghadapi perlawanan selama bertahun-tahun. Karena sebagian besar anggota jemaat menolak Simeon dan menginginkan wakil gembala untuk menduduki jabatan tersebut, mereka menyebarkan kabar angin tentang dirinya dan menentang pelayanannya—bahkan pernah sampai mengunci gereja agar Simeon tidak bisa masuk. Namun Simeon, yang rindu dikuasai oleh Roh Allah, mencari jalan untuk menghadapi kabar angin tersebut dengan menyusun beberapa prinsip sebagai pedoman hidupnya. Salah satunya, orang tidak boleh mempercayai kabar angin kecuali kabar itu 100% benar. Prinsip lainnya adalah “selalu percaya bahwa seandainya pihak yang berlawanan diberi kesempatan berbicara, ceritanya pasti akan sangat berbeda.”

Dengan mempraktikkan prinsip ini, Simeon mengikuti perintah Allah kepada umat-Nya untuk berhenti menyebarkan kabar bohong dan omongan keji yang Allah tahu akan mengikis kasih mereka kepada satu sama lain. Satu dari Sepuluh Perintah Allah mencerminkan kerinduan Allah agar umat-Nya hidup jujur: “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” (Kel. 20:16). Selain itu ada perintah dalam kitab Keluaran yang memperkuat perintah tadi: “Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong” (23:1)

Bayangkan betapa berbedanya dunia ini apabila setiap dari kita tidak pernah menyebarkan kabar angin dan kebohongan, serta menolak meneruskannya begitu kita mendengarnya. Kiranya kita terus mengandalkan Roh Kudus untuk menolong kita menyatakan kebenaran dengan penuh kasih, supaya perkataan kita membawa kemuliaan bagi Allah.—Amy Boucher Pye

WAWASAN
Allah memberikan Sepuluh Perintah-Nya sebagai panduan untuk hidup sehari-hari supaya umat-Nya menjalani hidup kudus dengan setia. Perintah ke-1 sampai 4 (Keluaran 20:1-11) mengajar kita untuk mengasihi Allah, yang dikatakan Yesus sebagai “hukum yang terutama dan yang pertama” (Matius 22:38). Perintah ke-5 sampai 10 (Keluaran 20:12-17) mengajar kita: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39). Setelah memberikan Sepuluh Perintah ini, Musa menuliskan berbagai syarat yang jika diikuti akan memampukan bangsa Israel untuk mengasihi sesama mereka (Keluaran 21:1-23:9). “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan” (Mazmur 11:7), Musa memerintahkan mereka untuk mengejar “semata-mata keadilan” (Ulangan 16:20). Kasih kepada sesama berarti keadilan bagi semua. Keluaran 23:1-9 adalah penerapan dari perintah kesembilan: “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” (20:16). Perintah ini menjamin keadilan yang tidak pandang bulu kepada semua orang. Tuduhan palsu, kesaksian yang jahat, pencemaran nama baik, dan perilaku tidak adil karena tekanan dari luar, sikap pilih kasih, atau suap—semua itu memberi andil pada menyimpangnya keadilan yang sejati dan terhalangnya kasih kepada sesama. —K.T. Sim

Apa yang kamu andalkan ketika kamu menghadapi perlawanan? Bagaimana reaksimu ketika mendengar kabar angin?

Tuhan Yesus, tolonglah aku menyatakan kebenaran-Mu dengan penuh kasih. Mampukanlah aku mengucapkan kata-kata yang dapat membawa kedamaian, kasih, dan semangat bagi orang lain.

No comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews

Translate